Tuesday 4 June 2019

Maaf yang Tertunda

#30HariMenulis2019_Hari_4
- Random Pages - (tema dari hari ke-6)
“Ambillah sebuah buku, buka halamannya secara acak, dan menulislah dari kalimat pertama yang Anda lihat.”

Maaf yang Tertunda

Mobil terus melaju di jalanan yang basah ( Tere Liye, Komet, halaman 8). Aku terus melirik ke arah jalan. Hujan kian deras, tak ada tanda-tanda akan berhenti. Khawatir terlambat dari janji semula, kecepatan mobil ku tambah sembari tangan mengambil handphone di saku kemeja.

“Sepertinya aku terlambat, Key. Jalanan benar-benar licin”. Ucapku sembari mengerem.

“Shit, kenapa ada kucing di saat hujan kian lebat”. Rutukku kesal

“Apa yang terjadi Rey? Tutup teleponnya. Fokuslah menyetir. Aku usahakan tetap menunggu”. Nada suara Keyra terdengar khawatir.

Kulajukan kembali mobil ini dengan hati-hati. Kucing tadi benar-benar membuatku takut. Seandainya tak sempat mengerem tadi, sudah pasti kepala ini membentur pohon di sebelah jalan.

‘Key, tolong tetap menungguku. Jangan beranjak’

Jalanan kian lengang seiring hujan yang kian lebat. Berusaha mengendarai sebaik mungkin di jalan licin ini. Mataku melirik arloji di tangan. Sudah jam 09.30 WIB. Waktuku tak banyak lagi.

Akhirnya gapura itu mulai kelihatan. Tapi sial, antrian panjang di musim liburan seperti ini. Tak sabar, kutekan klakson mobil berkali-kali, berharap keramaian ini segera lenyap. Tapi sayang, suara bising terdengar di mana-mana. Benar-benar membuat frustasi.

Setelah setengah jam melewati semua itu, aku tiba di sana. ‘pasti Keyra sedang menungguku' ucapku dalam hati. Mau tak mau, langkah kaki terus ku percepat. Tak ayal, aku menabrak seseorang.

“Maaf Bu, saya tak sengaja. Terburu-buru”. Kataku sambil membantu ibu itu berdiri.

“ Gak masalah Nak, sepertinya ada hal penting yang mau Kamu lakukan. Ibu paham”. Jawab ibu berjilbab ungu itu sembari tersenyum.

Kuteruskan langkah ini untuk bertemu Keyra. Ruang tunggu sudah nampak. Mataku melihat ke segala penjuru, tak ku temukan Keyra di sana.

Aku bertanya kepada salah satu pegawai maskapai. Ternyata pesawat Keyra suda berangkat 10 menit yang lalu. Kemacetan tadi terus terbayang diingatan. Aku menyesal tak berangkat sedari tadi.

“Key, kenapa tak Kau tunggu Aku? Aku hanya ingin minta maaf Key”. Aku berteriak. Tak kupedulikan tatapan orang-orang yang memandang aneh. Air mata terus jatuh, mengingat betapa jahatnya aku selama ini.

Bayangan Keyra yang menangis waktu itu terus mengganggu, membuatku semakin terisak. Jika saja waktu masih bisa berlalu, tentu aku harus percaya Keyra, bukan fitnah itu.

Rasa di dada kian sesak. Kuambil handphone dan mulai membuka foto-foto Keyra yang kuambil dari laman sosial medianya. Foto-foto bersamaku dulu telah musnah terhapus oleh rasa benci. ‘Key, andai kesempatan masih ada. Andai aku tak percaya mereka. Pasti saat ini kita sudah bersanding Key’.

Harapan itu tinggal harapan, karena kenyataannya, Aku sendiri yang menghancurkannya. Membuat wanita yang akan jadi pendamping hidupku pergi tanpa tau kapan kami bersatu. Aku, masih berharap sang waktu memaafkan khilafku.

Total Kata: 417 kata

0 komentar:

Post a Comment