Sunday 11 January 2015

Manajemen Pada Pasien Dengan Leukemia


1.      Pengertian Leukemia
Leukemia adalah neoplasma yang berasal dari sel hematopoitik yang pada awalnya berproliferasi di sumsum tulang sebelum menyebar ke darah tepi, limpa, kelenjar limfe, dan akhirnya jaringan lain (Harison, 2000).
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel lain (Elizabeth J. Corwin, 2009).
Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi di hati, limpa dan nodus limfatikus, invasi organ nonhematologis, seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal dan kulit (Brunner & Suddarth, 2002).

2.      Etiologi Leukemia
Etiologi leukemia tidak diketahui, tetapi cukup banyak bukti adanya pengaruh genetic dan pathogenesis virus. Kerusakan sumsum tulang akibat pajanan radiasi atau bahan kimia (benzene) dapat menyebabkan leukemia (Brunner & Suddarth, 2002).

3.      Jenis-Jenis Leukemia
Secara garis besar leukemia dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
a.      Leukemia Akut
Leukemia ini ditandai dengan perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan dan memburuk. Penderita dapat meninggal dalam hitungan hari jika tidak segera diobati.
b.      Leukemia Kronik
Kanker darah yang memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama

Leukemia juga diklasifikasikan berdasarkan jenis sel darah putih yang terinvasi yaitu limfosit atau myeloid. Ada 4 jenis leukemia umum, yaitu :
a.      Leukemia Mielogenus Akut (AML)
Tipe leukemia ini lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandigkan anak-anak. AML mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel myeloid : monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit dan trombosit.
Tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya produksi sel darah normal, yaitu :
-          Kepekaan terhadap infeksi terjadi akibat granulositopenia, kekurangan granulosit
-          Kelelahan dan kelemahan terjadi karena anemia
-          Kecenderungan perdarahan terjadi akibat trombositopenia, kekurangan jumlah trombosit.
Proliferasi sel lekemi dalam organ mengakibatkan berbagai gejala tambahan :
-          nyeri akibat pembesaran limpa atau hati
-          masalah kelenjar limfa
-          sakit kepala atau muntah akibat leukemia meningeal (sering terjadi pada leukemia limfositik)
-          nyeri tulang akibat penyebaran sumsum tulang
Penatalaksanaan AML yaitu kemoterapi. Obat yang biasanya digunakan meliputi daunorubicinhydrochloride (Cerubidine), cytarabine (Cytosar-U) dan mercaptopurine (Purinethol).  Transplantasi sumsum tulang juga bisa dilakukan \, setelah terlebih dahulu dilakukan penghancuran sumsum lekemik dengan kemoterapi.
b.      Leukemia Mielogenus Kronis (CML)
Merupakan jenis leukemia yang sering terjadi pada orang dewasa dan sangat sedikit bagi anak-anak. CML lebih banyak terdapat sel normal disbanding pada akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.
Manifestasi klinis CML mirip dengan AML, tetapi tanda dan gejalanya lebih ringan. Terdapat peningkatan leukosit dan limpa sering membesar.
Terapi pilihan adalah busulfan (Myleran), hydroxyurea, dan chlorambucil (Leukeran) sendiri atau dengan kortikosteroid.

c.       Leukemia Limfositik Akut (ALL)
ALL suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan lelaki lebih banyak dibandingkan perempuan.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer dan mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya hematopoesis normal terhambat mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, sel darah merah dan trombosit.
Manifestasi ALL nyeri karena pembesaran hati atau limpa, sakit kepala, muntah karena keterlibatan meninges dan nyeri tulang.
Terapi utama ALL adalah kemoterapi dengan kombinasi vincristine, prednisone, daunorubicin, dan asparaginase untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine, methotrexate, vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada system saraf pusat.
d.      Leukemia Limfositik Kronis (CLL)
CLL cenderung merupakan kelainan ringan yang mengenai individu 50-70 tahun. Gejala CLL sehubungan dengan adanya anemia, infeksi atau pembesaran nodus limf dan organ abdominal. Jumlah eritrosit dan trombosit mungkin normal atau menurun, tetapi limfosit menurun.
Kemoterapi dengan kortikosteroid dan Chlorambucil (leukeran) sering digunakan apabila gejalanya berat. Jika pasien tidak berespons dengan terapi ini bisa dengan pemberian fludarabine monofosfat, 2-chorodeoxyadenosien (2-CDA) atau pentostatin. Efek samping obat ini penekanan sumsum tulang, dengan adanya infeksi seperti pneumocystis carinii, listeria, mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus.

4.      Patofisiologi



 







5.      Komplikasi
a.      Perdarahan dan infeksi, merupakan penyebab utama kematian.
Risiko pendarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit rendah ditandai dengan memar (ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum di permukaan kulit). Pasien dapat mengalami perdarahan berat jika trombosit turun sampai dibawah 20.000/mm3 darah.
b.      Pembentukkan batu ginjal, anemia dan masalah gastrointestinal merupakan komplikasi lain.
Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi akan meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien rentan mengalami pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah kristalisasi asam urat dan pembentukan batu.
Masalah gastrointestinal sering terjadi anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi mukosa mulut.

6.      Manifestasi Klinis
Leukemia akut memperlihatkan gejala yang mencolok dan leukemia kronis berkembang secara lambat dan mungkin hanya memperlihatkan sedikit gejala sampai stadium lanjut.
a.       Anemia
Kepucatatan, rasa lelah dan kadang disertai sesak. Penderita sesak karena jumlah eritrosit dibawah normal sehingga kadar oksigen di dalam tubuh berkurang.
b.      Pendarahan
Perdarahan terjadi karena kadar trombosit dalam darah yang rendah. Perdarahan seringkali terjadi pada gusi atau dibawah jaringan kulit kadang kala disertai dengan mimisan. Perdarahan dan memar akibat trombositopenia dan gangguan koagulasi.
c.       Infeksi
Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih.
d.      Nyeri tulang
Nyeri tulang akibat penumpukkan sel di sumsum tulang, yang menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Nyeri tulang berhubungan dengan leukemia biasanya bersifat progresif
e.       Nyeri perut dan penurunan nafsu makan
Sel leukemia dari sumsum tulang yang keluar bersama aliran darah dapat bersarang di ginjal, hati dan limpa yang mengakibatkan pembesaran organ sehingga timbul rasa nyeri. Karena rasa nyaman di perut hilang, nafsu makan berkurang dan terjadinya penurunan berat.

f.       Limfadenopati, splenomegali dan hepatomegali akibat infiltrasi sel leukemik ke organ-organ limfoid dapat terjadi
Sel leukemia juga dapat terkumpul dikelenjar limfa misalnya dibawah leher, dada, ketiak, dan pangkal paha yang menyebabkan kelenjar limfa menjadi besar. Jika menginvasi kelenjar limfa menjadi membesar. Jika menginvasi sampai kelenjar getah bening di dada mungkin anak akan kesulitan bernafas, mengeluhkan rasa sakit di dada atau batuk.

7.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan Darah Tepi
Pada ALL ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang leucopenia (25%). Pada AML ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita CLL ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada CML ditemukan leukositosis lebih dari 50000/mm3.
b.      Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan Sumsum Tulang atau bone marrow puncture adalah suatu tindakan untuk mengambil sampel massa dari sumsum tulang belakang dengan cara mengebor pada ruas tulang tertentu di vertebrae. Hasil pemeriksaan sumsum tulang pasien leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular dengan gambaran hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast). Jumlah sel blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.

8.      Pemeriksaan Fisik
Pembesaran limfa ditemukan di hampir semua jenis leukemia. Anemia, gejala-gejala hipermetabolisme (penurunan berat badan berkeringat) menunjukkan taha lanjut dari penyakit ini. Pada AML ditemukan hipertrofi gusi yang mudah berdarah kadang-kadang disertai gangguan penglihatan yang disebabkan karena pendarahan fundus okuli.

9.      Penanganan Leukemia
a.       Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan kanker yang menggunakan obat-obatan anti kanker. Lima kelompok besar obat-obatan anti kanker, yaitu alkaloid vinca, antimetabolit, antibiotic, enzim dan miscellaneous agent. Obat-obat ini dapat diberikan dengan cara ditelan maupun disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah, otot, di bawah kulit, di ruang antara dua ruas tulang belakang, maupun langsung ke organ tubuh yang terkena kanker. Kerugian kemoterapi adalah obat-obatan tersebut tidak bisa membedakan antara sel kanker dan sehat.
b.      Radiasi
Radiasi digunakan untuk membunuh sel leukemia yang berakumulasi di berbagai bagian tubuh, seperti otak dan saraf (leukemia akut) dan saluran limfa (leukemia kronik). Radiasi menggunakan sinar gamma dengan dosis tinggi yang dilokalisasikan pada tempat berkumpulnya sel leukemia.
c.       Transplantasi stem cell
Pada pasien yang masih muda bila kemoterapi tidak berhasil, maka dapat dilakukan transplantasi sel dengan donor sumsum dari saudara kandung atau keluarga dekat.

10.  Asuhan Keperawatan Pada Pasien Leukemia
a.      Pengkajian
Pemeriksaan umum : - kesadaran : composmentis sampai koma
-          Tekanan darah : hipotensi
-          Nadi : takikardi dan filiformis
-          Suhu demam sampai dengan hiperpireksia
-          Pernafasan : takipnea, sesak nafas
Pemeriksaan fisik : - wajah : pucat
-          Mata : conjungtiva pucat, perdarahan retina, pupil odema
-          Hidung : epitaksis
-          Mulut : gusi berdarah, bibir pucat, hipertrofi gusi, stomatitis
-          Leher : pembesaran kelenjar getah bening, faringitis
-          Dada : nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura
-          Abdomen : hepatomegali, spenomegali, limfodenopati
-          Skeletal : nyeri tulang dan sendi
-          Integument : purpura, ekimosis, ptekie, mudah memar
Pemeriksaan klinis : - kelemahan dan kelelahan
-          Kecenderungan perdarahan
-          Petekia dan ekimosis
-          Nyeri
-          Sakit kepala
-          Muntah
-          Demam
-          Infeksi
Pemeriksaan darah : - menunjukkan perubahan sel darah putih
-          Anemia
-          Jumlah trombosit rendah (trombositopenia)

b.      Diagnose Keperawatan
-          Nyeri berhubungan dengan infiltrasi leukosit jaringan sistemik
-          Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan perubahan proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi
-          Kelemahan dan tidak toleran tehadap aktivitas berhubungan dengan anemia
-          Berduka berhubungan dengan kehilangan yang kemungkinan terjadi dan perubahan peran fungsi
-          Gangguan integritas kulit : alopesia berhubungan dengan efek toksik kemoterapi
-          Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan penampilan, dalam fungsi dan peran
-          Resiko infeksi sehubungan dengan ketidakefektivan system imun

c.       Intervensi
Tujuan utama pasien meliputi :
-          Pencapaian dan pemeliharaan kenyamanan
-          Pencapaian atau pemeliharaan kecukupan nutrisi
-          Toleransi aktivitas
-          Kemampuan menghadapi diagnose dan prognosis
-          Promosi gambaran diri yang positif
-          Tidak adanya komplikasi
Intervensi :
-          Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial
Kriteria hasil :
·         Menunjukkan tidak adanya infeksi
·         Mencegah perdarahan
Intervensi :
·         Monitor ttv
Rasional : deteksi dini terhadap tanda dan gejala infeksi
·         Ambil darah melalui ibu jari tidak dengan jarum suntik
Rasional : mencegah perdarahan
·         Inspeksi kulit setiap hari pada daerah yang rusak
Rasional : kulit yang baik sebagai pertahanan pertama melawan organisme
·         Inspeksi rongga mulut apakah ada candida dan kerusakkan pada lapisan mukosa oral
Rasional : kesehatan mukosa oral adalah sebagai pertahanan melawan serangan organisme
·         Instruksi keluarga tentang tanda infeksi dan langkah yang diambil jika ada dugaan infeksi
Rasional : keluarga kooperatif dan mampu melakukan tindakan terhadap pencegahan infeksi
·         Beri semangat untuk hygiene oral
Rasional : kebersihan oral yang buruk merupakan medium utama untuk pertumbuhan organisme
·         Beri pasien analgetik
Rasional : membantu mengurangi nyeri akibat infiltrasi dan pembesaran organ abdominal, nodus limf, tulang dan sendi
-          Peningkatan intoleransi aktivitas pasien
Kriteria hasil :
·         Keluarga mengerti tanda-tanda dan penyebab anemia
·         Membentuk ADL yang tepat tanpa bantuan
Intervensi :
·         Kaji urine setiap 4 jam
Rasional : memonitor transport oksigen dalam toleransi aktivitas
·         Diskusikan dengan keluarga atau pasien tanda anemia dan tindakan pilihan
Rasional : keluarga kooperatif dan mampu melakukan tindakan pilihan
·         Berikan transfuse RBC
Rasional : menormalkan jumlah sel darah merah dan kapasitas oksigen
·         Susunlah periode istirahat
Rasional : memberikan energy untuk penyembuhan dan regenerasi sel

d.      Implementasi
Lakukan sesuai dengan intervensi diatas

e.       Evaluasi
Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada pasien leukemia adalah :
-          Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
-          Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan dan adanya laporan peningkatan toleransi aktivitas
-          Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
-          Pasien menyerap makanan dan cairan, tidak mengalami mual dan muntah
-          Membrane mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
-          Kulit tetap bersih dan utuh
-          Pasien mengungkapkan masalah kerontokkan rambut, serta membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokkan rambut dan menerapkan metode ini sehingga pasien tampak rapi, bersih dan berpakaian menarik
-          Pasien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur dan pengetahuan tentang penyakit dan tindakannya.
Referensi :

-          Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
-          Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
-          Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
-          penyakitleukemia.com/jenis-jenis-penyakit-leukemia/