Thursday 8 January 2015

Menilik Warung Kopi Sebagai Sarana Pemenuhan Informasi





Demi menggapai impian masuk ke kampus impian, banyak hal yang dilakukan para calon mahasiswa sebelumnya. Belajar kreatif, aktif dan dinamis telah dilakukan demi mencapai sasaran bisa masuk di perguruan tinggi nantinya. Banyak para calon mahasiswa yang bergadang demi bisa mengejar target tersebut, bahkan hingga sakit-sakitan.
Setelah lulus, tidak mudah untuk menjadi seorang mahasiswa yang dulunya hidup bersama keluarga namun sekarang harus kost. Apalagi, melihat keadaan Aceh yang dipenuhi dengan sejuta warung kopi yang bertebaran di mana-mana. Banyak godaan untuk terus nongkrong setiap harinya. Banyak statement  buruk yang bertebaran seputar warung kopi di Aceh. Salah satunya, warung kopi adalah pusat kelalaian. Bukan hanya untuk mahasiswa, tetapi juga untuk semua elemen masyarakat yang notabenenya banyak menghabiskan waktu di warung kopi. Intinya, just waste their time there, kira-kira seperti itu.
alt tag warung kopi
Image Source: travellingsejati2014
Jika kita cermati, banyak hal yang menarik yang bisa digali dengan adanya warung kopi di Aceh. Sudut pandang atau perspektif yang buruk tentang warung kopi selama ini harus diubah. Minimal, mahasiswa mampu menunjukkan fungsi warung kopi di Aceh dari segi education. Selain warung kopi banyak memberikan peluang pekerjaan part time untuk mahasiswa sehingga kebutuhan hidup perbulannya terpenuhi dan mahasiswa mampu bersaing, warung kopi juga menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi untuk diskusi sesama mahasiswa atau malah dengan dosen pembimbing mata kuliah tertentu.
Di era globalisasi yang semakin canggih ini, teknologi tidak ada batasnya lagi. Banyak kampus yang menerapkan kebebasan berekspresi melalui penyediaan layanan wi-fi. Tidak lama lagi, kampus-kampus cyber akan terbentuk di Indonesia. Kampus cyber membuat mahasiswanya lebih aktif dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat untuk mereka. Kampus cyber merupakan salah satu jembatan membuat mahasiswa kreatif dengan memanfaatkan segala fasilitas yang ada.
Kampus tidak melakukan kegiatan belajar mengajar selama 24 jam. Untuk mendapatkan akses wi-fi gratis, para mahasiswa biasanya memilih datang ke warung kopi untuk mengerjakan tugas. Dengan hanya memesan secangkir kopi, mahasiswa sudah bisa menikmati layanan wi-fi gratis yang disediakan si empunya warumg kopi. Dengan kecekatan, keterampilan dan kerajinan mahasiswa mengakses sebuah informasi pembelajaran yang belum diketahuinya, mahasiswa selangkah lebih maju dan lebih dekat untuk menjadi mahasiswa berprestasi, terutama di bidang yang ditekuninya.
Selain itu, kemudahan akses informasi dan teknologi yang disediakan oleh provider membuat mahasiswa online lebih banyak sehingga karakter pekerja keras, ingin tahu dan cekatan akan terbentuk. Etos kerja yang lebih baik dan mampu bekerja dalam tim juga akan terbentuk karena biasanya para mahasiswa datang bergerombol ke warung kopi untuk mengerjakan tugas mereka bersama-sama.
Seperti dua sisi koin yang berbeda, di sisi lain, keberadaan ratusan warung kopi dan kemudahan akses internet yang diberikan juga tidak selalu berbuah baik. Banyak mahasiswa dengan rasa penasaran tinggi mencoba mengakses situs-situs tertentu yang kurang layak diakses oleh kalangan yang terdidik dan berpendidikan. Untuk itu, perlu adanya pengawasan dan pelatihan bimbingan karakter bagi mahasiswa di tingkat universitas, minimal di tingkat fakultas yang menaungi mahasiswa tersebut sehingga dengan kesadaran sendiri mahasiswa hanya akan mengakses informasi mengenai tugas kuliah dan informasi yang bermanfaat untuk diterapkan di kehidupan mahasiswa tersebut.
Pendidikan karakter juga penting diberikan karena akan membentuk kesadaran mahasiswa untuk segera meninggalkan warung kopi ketika waktu maghrib hampir tiba. Budaya islami di Aceh yang kental harus diikuti. Seperti peribahasa yang sangat terkenal, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung sehingga pandangan masyarakat terhadap mahasiswa dan warung kopi juga terstruktur lebih bagus. Dalam artian, mahasiswa menghormati kebiasaan-kebiasaan yang ada di bumi Aceh ini.
Intinya, keberadaan warung kopi di Aceh merupakan salah satu sarana yang membantu memenuhi kebutuhan mahasiswa akan akses informasi dan terknologi. Artinya, kita tidak boleh memberikan pandangan yang negative terkait banyaknya warung kopi di Aceh. Banyak sisi positif yang bisa ditemukan dengan adanya warung kopi yang banyak ini. Semuanya hanya tinggal bagaimana kebijaksanaan masyarakat secara umum dan mahasiswa secara khusus untuk memanfaatkan sumber kemudahan akses IPTEK yang ada ini.


Note: Tulisan ini diikutsertakan dalam blog contest yang diselenggarakan oleh Universitas Ubudiyah Indonesia

0 komentar:

Post a Comment