Sunday 2 June 2019

Adab Bertetangga dan Hewan Peliharaan

#30HariMenulis2019_hari_2
Ayam

Siapa sih yang gak suka makan Ayam? Hampir dapat dipastikan setiap orang suka salah satu jenis protein hewani ini. Dagingnya yang gurih, lembut dan sangat nikmat membuat makanan ini hampir tak ada yang membenci, kecuali bagi mereka yang alergi. Banyak banget jenis ayam di pasaran. Tapi yang sering dijumpa memang jenis Ayam Ras dan Ayam Kampung.


Berbicara lebih jauh tentang Ayam
Kampung, saya punya sedikit unek-unek. Rasanya biar plong, gak perlu ngedumel terus.


Pernah ngelihat bagaimana Ayam kampung dipelihara? Pasti pernah dong ya. Ayam dibiarkan bebas berkeliaran sesuka hatinya untuk mengumpani dirinya sendiri. Mau makan nasi sisa kah, makanan yang sudah dibuang orang kah, atau seperti di film Upin Ipin, Ayamnya mencari cacing.
Lah terus apa hubungannya dengan saya? Ada dong. Saya paling sebel sama Ayam yang ngotorin teras rumah yang baru selesai dipel. Mana ngepelnya sekalian sambil gendong bayi. Rasanya itu sakit tapi tak berdarah. Badan benar-benar udah lelah hayati, eh si ayam melenggang dengan santai seumpama model di atas red karpet. Padahal halaman rumah udah dipagar, tapi Si Ayam tetap bisa terbang. Sebel tau!


Sebenarnya untuk kasus seperti ini salah siapa sih? Salah yang punya rumah, ayamnya, atau si pemelihara ayam?
Hal lumrah jika setiap orang mau memelihara hewan. Niatnya mau dikonsumsi pribadi atau memang dipelihara karena rasa sayang untuk jadi teman saat berkeluh kesah terserah yang melihara. Tapi tolong jaga kenyamanan orang lain di sekitarnya.


Gak harus peliharaan ayam, melihara apapun tetap harus memikirkan kemashlahatan orang lain. Misalnya ayamnya dikandangin kek. Jangan selalu mengotori rumah orang lain. Atau yang memelihara hewan melata, siapkan kandangnya dengan baik. Jangan sampai si peliharaan bisa keluar dan menakuti masyarakat sekitar.


Manusia itu memang makhluk sosial. Sudah kodratnya manusia untuk hidup saling berdampingan dan saling komunikasi. Cuma kalau untuk masalah ayam yang selalu buang hajat di teras, kok rasanya susah sekali mulut ini untuk bernegosiasi dengan Sang Pemilik. Apa daya, terpaksa bersabar dari pada bertengkar. Anggap lah jadi amal ibadah tidak menyakiti hewan, karena tidak saya usir dan sakiti dengan kekerasan. Tapi kok rasa ikhlasnya Saya belum muncul juga ya?


Jadi benar kalau dibalik hak kita, ada hak orang lain yang harus kita jaga. Kita merasa berhak memelihara ayam misalnya, tapi ada hak orang lain dibaliknya. Seperti saya yang tidak suka lantai teras depan dipenuhi kotoran ayam yang saya sendiri tak memeliharanya. Bukan Cuma kotorannya, tanaman sayur yang saya dan suami tanam juga pada mati karena dicekerin ayam. Sudah diusir berulang kali, tetap kembali lagi. Siapa yang sanggup ngusir terus-terusan? Sedangkan bisa dipastikan kita punya kegiatan lain yang jauh lebih penting daripada sekedar mengurusi ayam tetangga!


Total Kata : 424 kata

0 komentar:

Post a Comment