Monday 7 April 2014

Pendidikan Dalam Keperawatan


Laporan Tugas Mandiri
PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN
Oleh  :
Anggi Septria Ningsih
1307101020077


Description: images.jpeg


FAKULTAS KEPERAWATAN  UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam ke pangkuan nabi Muhammad S.A.W, alhamdulillah tugas mandiri blok  modul 2 telah kami selesaikan. Tugas ini berisi rangkuman materi “ Pendidikan dalam Keperawatan” yang telah kami pelajari dalam blok 4 modul 2.
Kami berharap laporan mandiri ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kami menyadari dalam menyusun laporan mandiri ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan mandiri ini nantinya.

Banda Aceh, Desember 2013

                                                                             Penyusun         







DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Teori Belajar.............................................................................................. 2
a.       Teori Behaviorisme.............................................................................. 2
b.      Teori Belajar Kognitif menurut Piaget................................................ 2
c.       Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne................................. 3
d.      Teori Belajar Gestalt............................................................................ 3
e.       Teori Belajar Bermakna Ausebel......................................................... 4
f.       Teori Belajar Kognitif dari Gagne....................................................... 5
g.      Teori Kognitif: Pendekatan Konstruktivisme...................................... 6
h.      Teori Belajar Aktif Dave Meier........................................................... 8
2.      Contoh metode Student-center Learning (SCL)....................................... 9
a.       Sejarah PBL........................................................................................ 10
b.      Definisi dan mekanisme PBL.............................................................. 10
1.      Tutorial.......................................................................................... 12
2.      Self-Directed Learning (SDL).................................................. .... 17
3.      Pleno dan kuliah Pakar.................................................................. 17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................ 19



BAB I
PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang
Teori-teori dalam belajar memungkinkan peserta didik untuk memahami bagaimana proses belajar itu dilakukan dan bagaimana meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif agar sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Artinya, proses belajar ini diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan intelektual dan kapasitas belajar dari peserta didik itu sendiri, melainkan juga keterampilan gerak dan attitude dari peserta didik. Tenaga pendidik diharapkan mampu membuat mekanisme belajar yang efektif yang nantinya akan menghasilkan output sesuai yang diharapkan.
Salah satu metode pembelajaran yang dinilai sangat baik adalah Student Center Learning (SCL). Pada metode SCL, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar. Tenaga pendidik dalam SCL berperan sebagai fasilitator, artinya tenaga pendidik tidak mengajar sepanjang proses pembelajaran seperti pada metode Teacher Center Learning (TCL). Metode SCL dinilai lebih menguntungkan dalam proses pembelajaran. Salah satu metode SCL yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah Problem Base Learning (PBL).



BAB II
PEMBAHASAN
1.        Teori Belajar
a.     Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah dan mengabaikan aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Ciri-ciri teori belajar behaviorisme adalah:
1.      Mementingkan pengaruh-pengaruh lingkungan
2.      Mementingkan bagian-bagian ( elementastik )
3.      Mementingkan peranan reaksi
4.      Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5.      Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu
6.      Mementingkan pembentukan kebiasaan
7.      Pemecahan problem, ciri khasnya “trial and error”.
b.    Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran kontruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu, yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.

Menurut Piaget perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap, yaitu:
1.      Sensory motor
2.      Pre operational
3.      Concret operasional
4.      Formal operational
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekontruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi.
c.    Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu, sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
d.   Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai bentuk atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt adalah obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang akan terorganisasikan.
e.    Teori Belajar Bermakna Ausebel
Ausebel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Bermakna yaitu materi pelajaran yang baru sesuai dengan konsep yang ada dalam struktur kognisi siswa.
Sama seperti Burner dan Gagne, Ausebel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat apabila mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun siswa pada pendidikan lebih tinggi kegiatan langsung akan menyiksa waktu. Lebih efektif apabila guru menggunakan penjelasan, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Langkah-langkah atau implikasi yang biasanya dilakukan untuk menerapkan belajar bermakna Ausebel sebagai berikut:
1.      Advance Organizer (Handout)
Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa diharapkan secara mentsal akan siap menerima materi jika mereka mengetahui sebelumnya apa yang akan disampaikan oleh guru.
2.      Progressive Differensial
Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan hal-hal atau konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh.



3.      Integrative Reconciliation
Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang persamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari.
4.      Consolidation
Pemantapan materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa bisa lebih paham selanjutnya siap menerima materi baru.
f.     Teori Belajar Kognitif dari Gagne
Strategi kognitif merupakan keterampilan yang terorganisasi dari dalam dan fungsinya untuk mengatur dan memonitor penggunaan konsep dan aturan atau kemampuan internal yang terorganisasi yang dapat membantu siswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
Implikasi teori belajar kognitif Gagne bagi pembeljaran, antara lain:
1.      Memperhatikan dan melakukan pengamatan secara efektif
2.      Meng-encode materi yang dihadapi untuk penyimpanan jangka panjang (image forming, focusing, scanning dan sebagainya)
3.      Mengingat kembali (retrival), (mnemonic system, visual image dan Rhyming)
4.      Pemecahan masalah


g.    Teori Kognitif: Pendekatan Kontruktivisme
Pada dasarnya pengetahuan yang kita miliki adalah kontruktivisme (bentukan) diri kita sendiri. Seseorang yang belajar akan membentuk pengertian, ia tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan atau apa yang ia baca, melainkan menciptakan pengertian baik secara personal maupun sosial.
Pengetahuan dibentuk melalui interaksi  dengan lingkungannya. Agar dapat mengerti sesuatu yang dipelajari, maka pembelajaran harus bisa menemukan, mengorganisir, menyimpan, mengemukakan dan memikirkan suatu konsep atau kejadian dalam proses yang aktif dan konstruktif. Melalui proses pembentukan konsep yang terus-menerus maka pengertian bisa dibangun.
1.      Pandangan Konstruktivisme
Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Berpikir yang baik lebih penting dari pada mempunyai jawaban yang benar.
2.      Gagasan Konstruktivisme tentang Pengetahuan
Mahasiwa mengkontruksi skema kognitif, kategori, konsep dan struktur dalam membangun pengetahuan, sehingga setiap siswa memiliki skema kognitif, kategori dan struktur yang berbeda. Proses abstraksi dan refleksi seseorang menjadi sangat berpengaruh dalam konstribusi pengetahuan (Reflection/abstraction as primary). Faktor yang mempengaruhi konstruksi pengetahuan adalah:

a)      Hasil konstruksi yang telah dimiliki (contructed knoeledge)
b)      Domain pengalaman (domain of experience)
c)      Jaringan struktur kognitif (excisting cognitive atructure)
3.      Makna Belajar dalam Kontruktivisme
Makna belajar dalam konstruktivisme adalah:
a)      Belajar berarti membentuk makna
b)      Konstruksi merupakan proses yang terus menerus
c)      Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta, tapi proses pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian.
4.      Peran dalam Pembelajaran Konstruktivisme
Peran dalam Pembelajaran Konstruktivisme adalah:
a)      Menyediakan pengalaman belajar
b)      Memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan mahasiswa
c)      Menyediakan sarana yang membuat mahasiwa berpikir produktif
d)     Memonitor dan mengevaluasi hasil belajar mahasiwa
5.      Proses Pembelajaran Konstruktivisme
Proses Pembelajaran Konstruktivisme adalah:
a)      Orientasi (Apesepsi)
b)      Elisitasi, pengungkapan ide mahasiswa
c)      Evaluasi dalam pembelajaran konstruktivisme
Alternative assesment, dengan menggunakan potofolio, observasi proses, simulasi dan permainan, dinamika kelompok, studi kasus dan performance appraisal.
6.      Strategi Pembelajaran Konstruktivisme
Strategi Pembelajaran Konstruktivisme antara lain Student-centered learning strategis, dimana siswa belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, self-regulated learning dan generative learninng.
7.      Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Belajar
Berdasarkan prinsip bahwa “dalam belajar seseorang harus mengkonstruksi sediri pengetahuannya”, maka guru yang hendaknya mengusahakan agar murid aktif berpartisipasi dalam membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya.
h.    Teori Belajar Aktif Dave Meier
Belakangan ini ada sebuah teori belajar aktif yang dinamakan teori holistik. Dave Meier mengemukakan bahwa konsep guru mengenai siapa murid yang diajarinya menentukan sekali terhadap kegiatan belajar yang ditentukan dan yang dikelolanya. Meier mengkritik kecenderungan pendidikan di Barat yang memandang manusia hanya sebagai tubuh dan pikiran. Aktivitas tubuh dan pikiran dipisahkan dalam kegiatan belajar. Pembelajaran sangat kaku. Selain itu pembelajaran individual amat ditekankan. Cara berpikir ilmiah pun sangat diutamakan. Peranan media cetak dalam belajar seperti sumber utama sangat ditekankan.
Dari penelitiannya, Dave Meier berpendapat bahwa manusia memiliki empat dimensi, yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihaan atau visual (V) dan pemikiran atau intelek (I). Bertolak dari pandangan ini ia mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat SOVI (somatis, auditori, visual dan intelektual).

2.        Metode SCL (Student Center Learning)
Salah satu metode pembelajaran SCL adalah PBL (Problem Base Learning). PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan mahasiswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga mahasiswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan memecahkan masalah.
Metode Problem-Based Learning yang lebih dikenal dengan sebutan PBL merupakan salah satu metode pembelajaran atau perkuliahan yang sudah banyak diterapkan oleh berbagai universitas yang ada di dunia. PBL tidak hanya terbatas penerapannya dalam pendidikan kedokteran, dunia keteknikan juga cocok untuk menerapkan sistem ini (elearning.unimal.ac.id).
Dalam PBL, dikenal istilah tutorial yang merupakan inti dari penerapan PBL. Tutorial berbentuk seperti diskusi kelompok kecil dimana mahasiswa dan tutor memiliki peran masing-masing yang harus dilaksanakan demi kelangsungan diskusi. Selain itu dikenal istilah skenario yang merupakan kasus yang didiskusikan dalam tutorial, the seven jumps yang merupakan langkah-langkah pencapaian keefektifan tutorial, learning objective (LO) yang merupakan tujuan belajar mandiri mahasiswa dan istilah-istilah lainnya.
a.       Sejarah PBL
Problem-Based Learning (PBL) telah digunakan sebagai suatu metode pembelajaran sejak lama. Pada tahun 1889 suatu metode yang dikenal “multiple working hypotheses” diperkenalkan.
Program inovatif PBL pertama kali diperkenalkan oleh Faculty of Health Sciences of McMaster University di Kanada pada tahun 1966. Yang menjadi ciri khas dari pelaksanaan PBL di Mc Master adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasar masalah.
Kemudian pada tahun 1976, Maastricht Faculty of Medicine di Belanda menyusul sebagai institusi pendidikan kedokteran kedua yang mengadopsi PBL. Kekhasan pelaksanaan PBL di Maastrich terletak pada konsep tes kemajuan (progress test) dan pengenalan keterampilan medik sejak awal dimulainya program pendidikan. Dalam perkembangannya, PBL telah diadopsi baik secara keseluruhan atau sebagian oleh banyak fakultas kedokteran di dunia.
b.      Definisi dan Mekanisme PBL

Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang mendorong mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan mahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan sumber-sumber belajar secara tepat.
Selain itu, PBL merupakan kurikulum dan proses. Kurikulum PBL menuntut kemahiran mahasiswa dalam pengetahuan yang kritis, keahlian memecahkan masalah, strategi pembelajaran mandiri, dan kemampuan berpartisipasi dalam tim melalui masalah yang dipilih dan didisain hati-hati. Proses PBL merupakan tiruan dari pendekatan sistemik yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah atau menjawab tantangan dalam kehidupan dan karier profesi.
PBL juga berperan sebagai strategi instruksional yang mendukung belajar aktif. Strategi ini dapat dipakai sebagai kerangka pengembangan suatu modul, kursus, program atau kurikulum (Emilia, 2006). Ciri-ciri utama PBL adalah sebagai berikut: belajar berfokus pada mahasiswa, proses belajar menggunakan diskusi kelompok kecil, dosen berperan sebagai fasilitator atau pemandu, problem merupakan cara untuk mengorganisir dan sebagai pemicu belajar, problem merupakan media untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mendukung belajar secara mandiri. Beberapa konsep yang perlu dipahami dari penerapan PBL berupa tutorial, self-directed learning, dan pleno.



1.   Tutorial
Pembelajaran dengan PBL mengambil tema yang beragam dan berbasis sistem blok. Dalam PBL, mahasiswa menggunakan “trigger material” berupa kasus atau skenario yang didiskusikan antarmahasiswa untuk mendefinisikan tujuan belajar mereka sendiri. Skenario dibahas dalam dua kali pertemuan atau diskusi kecil yang dikenal dengan istilah tutorial.
Tutorial terdiri dari sekelompok mahasiswa dalam kuantitas kecil (10-12 orang) dan seorang instruktur atau tutor yang bisa berupa dosen. Diskusi tutorial sebaiknya dapat mencapai deep learning. Kondisi tersebut dapat dicapai dengan adanya efektivitas kelompok tutorial. Kelompok tutorial yang aktif dicirikan dengan dinamika kelompok yang baik, tutor yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, partisipasi aktif semua mahasiswa dalam kelompok tersebut dan kualitas skenario yang baik sebagai trigger material sehingga dapat memotivasi belajar. Tutor berfungsi sebagai learning facilitator dan knowledge transmission. Untuk mensukseskan tutorial, mahasiswa berkomunikasi secara aktif, mendengarkan satu sama lain, berpartisipasi secara aktif, memiliki minat terhadap kelompok, dan keterlibatan semua mahasiswa dalam satu kelompok sangatlah penting.
a)         Peran Tutor
Dalam proses pembelajaran sistem PBL, tutor memiliki peran sebagai fasilitator, sebagai professional, sebagai pencatat dan sebagai evaluator.

1)   Tutor sebagai fasilitator
·      Tutor bukanlah instruktur, tugasnya membantu mahasiswa, bukan menuntut mahasiswa.
·      Tutor bekerja dengan mahasiswa (sebagai mitra pembelajaran), bukan sebagai pemberi kuliah, menanamkan semangat kerjasama dalam belajar.
·      Tutor memberikan ilustrasi atau contoh tentang konsep.
·      Tutor memimpin dan mengarahkan mahasiswa agar mereka mencari dan menemukan informasi secara independen.
·      Tutor membantu mahasiswa untuk bertanggung jawab atas proses pembelajaran mahasiswa secara aktif.
·      Tutor menyediakan waktu untuk adanya proses umpan balik.
·      Tutor menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
·      Tutor memandu dan memotivasi mahasiswa untuk mengidentifikasi pokok bahasan.
·      Tutor mengingatkan mahasiswa untuk selalu mengintegrasikan pengetahuan (horizontal dan vertikal).
2)   Tutor sebagai pendengar
·      Tutor mencermati tujuan belajar mahasiswa yang muncul dalam diskusi.
·      Tutor membantu mahasiswa menggali pengetahuan yang telah mereka dapatkan.
·      Tutor memberikan umpan baklik secukuonya berdasarkan materi yang sedang dibahas.
3)   Tutor sebagai profesi
·      Tutor memperlihatkan sikap professional kepada mahasiswa.
·      Tutor menjaga informasi personal dan akademik tentang rahasia mahasiswa.
·      Tutor sselalu berdikusi dengan supervisor dalam mencari umpan balik dan mencari solusi jika ada masalah pada siswa tertentu.
·      Tutor tidak perlu menjadi pembimbing/konsultan terhadap masalah pribadi.
·      Tutor harus mencari petunjuk/pengarahan bila ada konflik pribadi diantara mahasiswa.
·      Tutor harus selalu menjaga hubungan profesional di antara mahasiswa.
4)   Tutor sebagai pencatat
·      Informasi tentang mahasiswa harus selalu up to date
·      Tutor harus selalu mengikuti prosedur tutorial/the seven jump
·      Tutor memberikan penilaian terhadap mahasiswa
5)   Tutor sebagai evaluator
·      Tutor menggunakan strategi assesment yang sesuai: sejalan dengan tujuan pembelajaran, dengan format yang sesuai.
·      Tutor memonitor program mahasiswa, ialah memberi umpan balik yang konstruktif termasuk kinerja para mahasiswa.
·      Tutor memberi refleksi keefektifan belajar.
b)        Peran Mahasiswa
1)   Peran pimpinan diskusi (Leader)
·      Duduk di sisi terbaik di mana ia dapat melihat semua anggota diskusi dan whiteboard.
·      Membuka diskusi
·      Menjaga kontak mata dan mampu menghangatkan suasana.
·      Mengatur jalannya diskusi sesuai dengan the seven jump.
·      Mengatur giliran mengungkap pendapat.
·      Berusaha mengajak teman yang belum memberikan pendapat untuk bicara.
·      Ikut memberi pendapatnya sendiri dalam diskusi dan mengajak penulis untuk memberikan pendapatnya juga.
·      Mengendalikan teman yang terlalu banyak bicara/ mendominasi.
·      Menengahi perbedaan pendapat tentang topik diskusi.
·      Tidak mendominasi diskusi dengan pendapatnya sendiri.
·      Selalu menanyakan kesepakatan pendapat tentang apa yang ditulis di whiteboard.
·      Bertanggungjawab atas isi rangkuman/executive summary.
·      Membuat kesimpulan dan menutup diskusi 10 menit sebelum waktu diskusi berakhir supaya ada waktu untuk refleksi.

2)   Peran Penulis (Scriber)
·      Menulis pendapat yang telah disepakati bersama di papan tulis dan di catatan kelompok.
·      Ikut serta memberi pendapat dalam diskusi.
·      Tidak menulis apa yang belum disepakati dalam diskusi.
3)   Peran Pembuat Rangkuman (Co-Scriber)
·      Membantu penulis untuk membuat rangkuman tertulis di executive summary.
·      Ikut memberikan pendapat dalam diskusi.
c)   Konsep The Seven Jump
Dalam tutorial PBL, dikenal suatu metode yang dinamai The Seven Jumps atau Seven Jumps Method (SJM). SJM merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Gijselaers  (1995)  sebagai  metode  pembelajaran untuk  tutorial  calon dokter pada University of Limburg-Maastricht dengan pendekatan PBL. Sesuai dengan namanya, pada  metode  ini  terdapat  tujuh langkah  pembelajaran  yang  harus  dilakukan oleh mahasiswa, yaitu:
1)      Identifikasi istilah asing
2)      Identifikasi masalah
3)      Analisa masalah
4)      Strukturisasi
5)      Identifikasi tujuan belajar
6)      Masa belajar mandiri
7)      Presentasi hasil belajar mandiri

2.   Self-Directed Learning (SDL)

SDL adalah sesuatu proses dimana seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber–sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. SDL adalah metode yang digunakan ketika seorang pelajar, bukan lembaga, mengontrol tujuan belajar dan sarana belajar dengan baik. Ini adalah proses yang berkesinambungan, cenderung informal, dan merupakan faktor penting dalam belajar sepanjang hayat. Banyak orang dewasa terlibat dalam SDL untuk meningkatkan kinerja mereka. Lain dalam hal rekreasi, hobi, masalah kesehatan, keluarga atau masyarakat, SDL hanya digunakan untuk meningkatkan sumber daya intelektualitas mereka.
3.      Pleno dan Kuliah Pakar
Dalam PBL juga dikenal dengan istilah kuliah pakar dan pelaksanaan pleno. Kuliah pakar biasanya diberikan setelah semua skenario dalam blok terbahas. Pakar membahas mengenai kasus atau latar belakang keilmuan yang berhubungan dengan skenario.
Pleno merupakan pertemuan atau diskusi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang sama dari mahasiswa terhadap skenario yang dibahas. Dalam kegiatan ini kelompok mahasiswa diminta memberikan presentasi mengenai pembahasan suatu skenario kemudian diadakan sesi tanya jawab serta diakhiri dengan kuliah singkat dari pakar. Rangkaian PBL berakhir dengan adanya ujian PBL dan evaluasi program. Adapun keefektifan dari pleno ini dibuktikan dengan adanya lebih dari 80% mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atmajaya Jakarta (FK UAJ) berpendapat bahwa diskusi pleno merupakan komponen yang penting karena membantu pemahaman terhadap skenario. Sebagian besar merasa bahwa jumlah kelompok yang melakukan presentasu sudah cukup memadai karena telah memberikan variasi hasil diskusi yang cukup.












BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.      Teori belajar menggambarkan bagaimana proses seseorang menerjemahkan kemampuan (competencies), keterampilan (skills) dan sikap (attitude) dalam perkembangannya
2.      PBL merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan mahasiswa dalam melakukan insvestigasi kasus dan memahaminya.
3.      PBL memegang konsep student-centered learning atau self-directed learning yang berpusat pada pembelajaran mandiri yang dilakukan oleh mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati & Mudiono.(1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pusat Pembukuan dan Rineka Cipta
Gulo, W.(2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia
Hadi, R. (2007). Dari Teacher Center Learning ke Student Center Learning: Perubahan Metode Pembelajaran di Perguruan Tinggi, 3. Dikutip pada tanggal 12 Desember 2013 dari http://ejournal.stainpurwokerto.ac.id/
Sudjana, D. (2005). Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production
Suparno, P.(1997). Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisi




0 komentar:

Post a Comment