BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 2010). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasim secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan jenis-jenis otot pada kerangka tubuh manusia!
2. Bagaimana proses mobilisasi sesuai dengan tahap tumbuh kembang?
3. Jelaskan prosedur tindakan keperawatan memindahkan pasien dengan menggunakan hydraulic lift!
4. Jelaskan prosedur tindakan keperawatan berjalan dengan kruk lofstrand (kruk lengan bawah)!
5. Jelaskan prosedur pengkajian “activity daily living” dengan menggunakan barthel index!
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan aktivitas.
2. Untuk mengetahui prosedur tindakan dengan baik dan benar dan terjadinya kesalahan.
3. Untuk mendapatkan data yang benar saat menangani klien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Otot
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika disaat otot mengalami kediaman ataupun sengaja untuk tidak di gerakkan.
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari
ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.
2.2. Fisiologi Otot Kerangka
Otot merupakan suatu organ/alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma mengubah bentuk. Sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang di sebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek.
Dalam garis besarnya sel otot dapat di bagi dalam tiga golongan, yaitu :
1. Otot motoritas, di sebut juga otot serat lintang oleh karena di dalamnya proplasma mempunyai garis – garis melintang. Pada umumnya otot ini melekat pada kerangka sehingga di sebut juga otot kerangka. Otot ini dapat bergerak menurut kemauan kita ( otot sadar ), pergerakannya cepat tetapi lekas lelah, rangsangan di alirkan melalui saraf motoris.
2. Otot otonom, di sebut juga otot polos karena protoplasmanya licin tidak mempunyai garis – garis melintang. Otot ini terdapat di alat – alat dalam seperti ventrikulus, usus, kandung kemih, pembuluh darah dan lain – lain, dapat bekerja di luar kemauan kita ( otot tidak sadar ) oleh karena rangsangannya melalui saraf otonom.
3. Otot jantung, bentuknya menyerupai otot serat lintang di dalam sel proptoplasmanya terdapat serabut – serabut melintang yang bercabang – cabang tetapi kalau kita melihat fungsinya seperti otot polos, dapat bergerak sendiri secara otomatis karena ia mendapat rangsangan dari susunan otonom. Otot semacam ini hanya terdapat pada jantung yang mempunyai fungsi tersendiri. Sebagian besar otot tubuh ini melekat pada kerangka, dapat bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian - bagian kerangka dalam suatu letak yang tertentu. Jadi otot karangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh.
Proses terjadinya pergerakan kontraksi pada otot:
Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila ia mendapat rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik, rangsangan mekanis panas, dingin dan lain – lain. Dalam keadaan sehari – hari otot ini bekerja atau berkontraksi menurut pengaruh atau perintah yang datang dari susunan saraf motoris.
Tiap otot di kelilingi oleh jaringan yang merupakan selaput pembungkus yang disebut perimisium/fasia. Fasia ini selain sebagai pembungkus otot juga berfungsi :
1. Menahan dan melindungi otot supaya otot tetap pada tempatnya
2. Tempat asal/origo dari beberapa otot
3. Tempat letaknya pembuluh darah dan saraf untuk jaringan otot
Macam-macam dari jenis otot:
Menurut bentuk dan serabutnya, meliputi otot serabut sejajar atau bentuk kumparan, otot bentuk kipas, atau bersirip dan otot melingkar/sfingter. Menurut jumlah kepalanya, meliputi:
1. Otot berkepala dua
2. Otot berkepala tiga (Trisep)
3. Otot berkepala empat(Quadrise)
Menurut fungsinya dan kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Otot sinergis, otot bekerja sama
2. Otot antagonis, otot yang bekerja berlawanan
3. Otot abduktor, otot yang menggerakkan anggota menjauhi tubuh
4. Otot adduktor, otot yang menngerakkan anggota mendekati tubuh
5. Otot fleksor, otot yang membengkokkan sendi tulang atau melipat sendi
6. Otot ekstensor, otot yang meluruskan kembali sendi tulang atau melipat sendi
7. Otot pronator, ketika ulna dan radial dalam keadaan sejajar
8. Otot supinator, ketika ulna dan radial dalam keadaan menyilang
9. Endorotasi, memutar ke dalam
10. Eksorotasi, memutar keluar
11. Dilatasi, memanjangkan otot
12. Kontraksi, memendekkan otot
2.3. Otot Kerangka Tubuh
1. Otot kepala
a. Otot pundak kepala, berfungsi membentuk gales aponeurotika disebut juga muskulus oksipitifrontalis, terbagi dua bagian:
1) Muskulus frontalis, berfungsi mengerutkan dahi dan menarik dahi mata
2) Oksipitalis frontalis, menarik kulit kebelakang
b. Otot wajah terbagi atas:
1) Muskulus rektus okuli dan Muskulus oblikus okuli berfungsi memutar mata
2) Muskulus orbikularis okuli, berfungsi sebagai penutup mata atau otot sfingter okuli
3) Muskulus levator palpebra superior, berfungsi menarik, mengangkat kelopak mata atas ketika membuka mata
c. Otot mulut, bibir, dan pipi terbagi atas:
1) Muskulus triangularis dan muskulus orbikularis oris, berfungsi menarik sudut nulut ke bawah
2) Muskulus quadratus labii superior, berfungsi menarik bibir ke atas
3) Muskulus quadratus labii inferior, berfungsi menarik bibir ke bawah membentuk mimik muka ke bawah
4) Muskulus buksinator, membentuk dinding samping rongga mulut berfungsi menahan makanan ketika mengunyah.
5) Muskulus zigomatikus, berfungsi mengangkat dagu mulut ke atas ketika senyum.
d. Otot pengunyah, terbagi atas:
1) Muskulus maseter, berfungsi mengangkat rahang bawah ketika mulut terbuka.
2) Muskulus temporalis, berfungsi menarik rahang bawah ke atas dan ke belakang.
3) Muskulus pteregoid internus dan eksternus, berfungsi menarik rahang bawah ke depan.
e. Otot lidah, membantu pancaindera untuk mengunyah, terbagi atas :
1) Muskulus genioglosus, berfungsi mendorong lidah ke depan
2) Muskulus stiloglosus, berfungsi menarik lidah ke atas dan ke belakang
3) Muskulus genioglosus, berfungsi mendorong lidah ke depan
Gambar 2.1. Otot Pada Bagian Kepala
2. Otot leher
a. Muskulus platisma, terdapat di samping leher menutupi sampai bagian dada. berfungsi menekan mandibula, menarik bibir ke bawah dan mengerutkan kulit bibir.
b. Muskulus sternokleidomastoid disamping kiri kanan leher ada suatu tendo sangat kuat. Fungsinya menarik kepala ke samping, ke kiri, dan ke kanan, memutar kepala dan kalau keduannya bekerja sama merupakan fleksi kepala ke depan disamping itu sebagai alat bantu pernafasan.
c. Muskulus longisimus kapitis, terdiri dari splenius dan semispinalis kapitis. Ketiga otot ini terdapat di belakang leher, terbentang dari belakang kepala ke prosesus spinalis korakoid. Fungsinya untuk menarik kepala belakang dan menggelengkan kepala.
Gambar 2.2. Otot Pada Bagian Leher
3. Otot bahu
a. M. Deltoid (otot segitiga), otot ini membentuk lengkung bahu dan berpangkal di bagian sisi tulang selangka ujung bahu, balung tulang belikat dan diafise tulang pangkal lengan. Di antara otot ini dan taju besar tulang pangkal lengan terdapat kandung lendir. Fungsinya mengangkat lengan sampai mendatar.
b. M. Subskapularis ( otot depan tulang belikat ) otot ini mulai dari bagian depan tulang belikat, menuju taju kecil tulang pangkal lengan, di bawah uratnya terdapat kandung lendir. Fungsinya menengahkan dan memutar tulang humerus ke dalam.
c. M. Supraspinatus (otot atas balung tulang belikat ). Otot ini berpangkal dilekuk sebelah atas menuju ke taju besar tulang pangkal lengan. fungsinya mengangkat lengan.
d. M. Infraspinatus ( otot bawah balung tulang belikat ). Otot ini berpangkal dilekuk sebelah bawah balung tulang belikat dan menuju ke taju besar tulang pangkal lengan. Fungsinya memutar lengan keluar.
1) M. Teres Mayor ( otot lengan bulat besar ). Otot ini berpangkal di siku bawah tulang belikat dan menuju ke taju kecil tulang pangkal lengan. Di antar otot lengan bulat kecil dan otot lengan lengan bulat besar terdapat kepala yang panjang dari muskulus triseps brakii. Fungsinya bisa memutar lengan ke dalam.
2) M. Teres Minor ( otot lengan belikat kecil ). Otot ini berpangkal disiku sebelah luar tulang belikat dan menuju ke taju besar tulang pangkal. Fungsinya memutar lengan ke luar.
Gambar 2.3. Otot Pada Bagian Bahu
4. Otot dada
Otot dada besar ( muskulus pektoralis mayor ). Pangkalnya terdapat diujung tengah selangka, tulang dada dan rawan iga. Fungsinya dapat memutar lengan ke dalam dan menengahkan lengan, menarik lengan melalui dada, merapatkan lengan ke dalam.
a. Otot dada kecil (muskulus pektoralis minor ). Terdapat di bawah otot dada besar, berpangkal di iga III, IV, dan V menuju ke prosesus korakoid. Fungsinya menaikkan tulang belikat dan menekan bahu.
b. Otot bawah selangka ( muskulus sublavikula ) . Terdapat di antar tulang selangka dan ujung iga I, bagian dada atas sebelah bawah os klavikula. Fungsinya menentapkan tulang selangka disendi sebelah tulang dada dan menekan sendi bahu ke bawah dan kedepan.
c. Otot gergaji depan ( muskulus seratus anterior ). Berpangkal di iga I sampai IX dan menuju ke sisi tengah tulang belikat, tetapi yang terbanyak menuju ke bawah.
d. Otot dada sejati yaitu otot – otot sela iga luar dan otot sela – sela iga dalam. Fungsinya mengangkat dan menurunkan iga waktu bernapas. Otot dada bagian dalam disebut juga otot dada sejati, yaitu dada yang membantu pernapasan terdiri dari.
1) Muskulus interkostalis eksternal dan internal terdapat diantara tulang – tulang iga. Fungsinya mengangkat dan menurunkan tulang iga ke atas dan ke bawah pada waktu bernapas.
2) Muskulus diafragmatikus, merupakan alat istimewa yang ditengahnya mempunyai aponeurosis yang disebut sentrum tendineum. Bentuknya melengkung ke atas mengahadap ke rongga toraks, mempunyai lobang tempat lalu aorta vena kava dan esofagus. Fungsinya menjadi batas antara rongga dada dan rongga perut. Kontraksi dan relaksasinya memperkecil serta memperbesar rongga dada waktu bernapas.
Gambar 2.4. Otot Pada Bagian Dada
5. Otot perut
a. Muskulus abdominis inetrnal ( dinding perut ). Garis di tengah dinding perut dinamakan linea alba, otot sebelah luar ( muskulus abdominis ekternal). Otot yang tebal dinamakan aponeurosis, membentuk kandung otot yang terdapat disebelah kiri dan kanan linea itu.
b. Lapisan sebelah luar sekali di bentuk otot miring luar ( muskulus obliqus eksternus abdominasi ). Berpangkal pada iga V yang bawah sekali. Serabut ototnya yang sebelah belakang menuju ke tepi tulang panggul ( krista iliaka ). Serabut yang depan menuju linea alba. Serabut yang tengah membentuk ikat yang terbentang dari spina iliaka anterior superior ke simfisis.
c. Lapisan kedua dibawah otot di bentuk oleh otot perut dalam ( M.obliqua internus abdominis). Serabut miring menuju ke atas dan ke tengah . Aponeurosis terbagi 2 dan ikut membentuk kandung otot perut lurus mulai dari pedang rawan iga III dibawah dan menuju ke simfisis. Otot ini mempunyai 4 urat melintang.
d. Muskulus transversus abdominis, merupakan xifoid menuju artikule ke kosta III terus ke simfisis. Otot ini membentuk 4 buah urat yang bentuknya melintang dibungkus oleh muskulus rektus abdominis otot vagina.
Otot yang masuk ke dalam formasi bagian bawah dinding perut atau dinding abdominal posterior:
1) Muskulus Psoas, terletak di belakang difragma bagian bawah mediastinum, berhubungan dengan quadratus lumborum di dalamnya terdapat arteri, vena dan kelenjar limfe.
2) Muskulus Iliakus terdapat pada sisi tulang ilium, sebelah belakang berfungsi menopang sekum, dan sebelah depan menyentuh kolon desendens.
Gambar 2.5. Otot Pada Bagian Perut
6. Otot Punggung
a. Otot yang menggerakkan lengan
1) Trapezius ( otot kerudung ). Terdapat di semua ruas – ruas tulang punggung. Berpangkal di tulang kepala belakang. Fungsinya mengangkat dan menarik sendi bahu. Bagian atas menarik skapula ke bagian medial dan yang bawah menarik ke bagian lateral.
2) Muskulus latisimus dorsi ( otot punggung lebar ), berpangkal pada ruas tulang punggung yang kelima dari bawah fasia lumboid, tepi tulang punggung dan iga III dibawah, gunanya menutupi ketiak bagian belakang, menengahkan dan memutar tulang pangkal lengan kedalam.
3) Muskulus rumbhoid ( otot belah ketupat ), berpangkal dari taju duri, dari tulang leher V, ruas tulang punggung V, di sini menuju ke pinggir tengah tulang belikat. Gunanya menggerakkan tulang belikat ke atas dan ke tengah.
Gambar 2.6. Otot Pada Bagian Lengan
b. Otot antara ruang tulang belakang dan iga
Otot yang bekerja menggerakkan tulang iga atau otot bantu pernafasan terdiri dari dua otot yaitu :
1) Muskulus Seratus posterior inferior atau otot gergaji belakang bawah Terletak dibawah otot punggung lebar, berpanggal di fasia lumbodorsalis dan menuju ke iga V dari bawah berfungsi menarik tulang iga ke bawah pada waktu bernafas.
2) Musklus seratus posterior, terletak di bawah otot belah ketupat dan berpangkal di ruas tulang leher ke enam dan ke tujuh dari ruas tulang puggung yang ke 2. Gunanya menarik tulang iga ke atas waktu inspirasi.
c. Otot punggung sejati
1) Muskulus interspinalis tranversi dan muskulus semispinalis, terdapat antara kiri kanan prosesus tranversus dan prosesus spina. Fungsinya untuk sikap dan pergerakan tulang belakang.
2) Muskulus sakrospinalis ( muskulus eroktor spina) terletak di samping ruas tulang belakang kiri dan kanan. Fungsinya memelihara dan menjaga kedudukan kolumna vertebra dan pergerakan dari ruas tulang belakang.
3) Muskulus quadratus luborum, terletak antara krista iliaka dan os kosta, terdiri dari dua lapisan; fleksi dari vertebra lumbalis dan diamping itu juga merupakan dinding bagian belakang rongga perut.
d. Otot pangkal lengan atas
1) Otot – otot ketul atau fleksor terdiri dari :
a) Muskulus bisep braki (otot lengan berkepala dua) otot ini meliputi dua buah sendi dan mempunyai dua buah kepala (kaput). Berfungsi membengkokkan lengan bawah siku meratakan hasta dan mengangkat lengan.
b) Muskulus brakialis (otot lengan dalam). Otot ini berpangkal di bawah otot segi tiga di tulang pangkal lengan dan menuju taju di pangkal tulang hasta berfungsi membengkokkan lengan bawah siku.
c) Muskulus korakobrakialis otot ini berpangkal di prosesus korakoid dan menuju ke tulang pangkal lengan. Funginya mengangkat lengan.
2) Otot – otot kedang ( ekstensor )
Kepala berpangkal di sebelah belakang tulang pangkal lengan dan menuju ke bawah kemudian bersatu dengan yang lain.
a) Kepala dalam di mulai di sebelah dalam tulang pangkal lengan.
b) Kepala panjang di mulai pada tulang dibawah sendi dan ketiganya mempunyai sebelah urat yang melekat di olekrani.
e. Otot lengan bawah
1) Otot – otot kedang yang memainkan peranannya dalam pengetulan di atas sendi siku, sendi – sendi tangan, sendi – jari, dan sebagian dalam gerak silang hasta, yaitu :
a) Muskulus ekstensor karpi radialis longus (ekstensi lengan).
b) Muskulus ekstensor karpi radialis brevis (ekstensi lengan).
c) Muskulus ekstensor karpi ulnaris (ekstensi lengan).
d) Digitorum karpi radialis, berfungsi ekstensi tangan kecuali ibu jari.
e) Muskulus ekstensor policis longus, berfungsi ekstensi ibu jari.
2) Otot – otot ketul yang menedangkan siku dan tangan serta ibu jari dan meratakan hasta tangan, otot ini berkumpul sebagai berikut :
a) Otot – otot di sebelah telapak tangan. Otot ini ada empat lapis. Lapis ke-dua disebelah luar pangkal tulang adalah pangkal lengan. Di dalam lapisan pertama terdapat otot-otot yang meliputi sendi siku, sendi antara hasta dan tulang pengumpil sendi di pergelangan tangan. Berfungsi membengkokkan jari tangan. Lapisan yang ke-empat ialah otot-otot untuk sendi-sendi antara tulang hasta dan tulang pengumpil. Di antara otot – otot ini disebut :
(1) Otot silang hasta bulat ( muskilus pronator teres ) berfungsi mengerjakan silang hasta dan membengkokkan lengan bawah siku.
(2) Otot-otot ketul untuk tangan dan jari tangan (muskulus palmaris ulnaris) berfungsi mengetulkan lengan.
(3) Muskulus palmaris longus.
(4) Muskulus fleksor karpi radialis.
(5) Muskulus fleksor digitor sublimis. Berfungsi dalam proses fleksi jari telunjuk dan kelingking.
(6) Muskulus fleksor policis longus berfungsi dalam proses fleksi jari ke 1, 2, 3, 4.
(7) Muskulus fleksor policis longus berfungsi memfleksikan ibu jari
b) Otot yang bekerja memutar radialis (pronator dan supinator).
c) Otot-otot disebelah tulang pengumpil berfungsi membengkokkan lengan di siku, membengkokkan tangan ke arah tulang pengumpil atau tulang hasta.
d) Otot-otot di sebelah punggung atas, di sebut otot kedang jari bersama yang meluruskan jari tangan.
7. Otot Panggul
Otot ini berasal dari tulang panggul atau kolumna vertebralis menuju ke pangkal paha. Berikut adalah bagian-bagian dari otot panggul:
a. Sebelah depan bagian dalam dari panggul terdapat :
1) Muskulus psoas mayor. Terbentang dari prosesus tranfersi lumbalis menuju trokantel minor dan iliakus.
2) Muskulus iliakus, berasal dari fosa iliaka menuju trokanter minorMuskulus psoas minor yang terletak di muka psoas manyor. Ketiga otot ini di sebut juga otot iliopsoas, fungsinya mengangkat dan memutar tungkai ke bagian luar.
b. Sebelah belakang bagian luar terdapat :
1) Muskulus gluteos maksimus merupakan otot yang terbesar yang terdapat di sebelah luar panggul membentuk bokong. Fungsinya, antagonis dari iliopsoas yaitu rotasi fleksi dan endorotasi femur.
2) Muskulus gluteos medius dan minimus, terdapat di bagian belakang sendi panggul dibawah gluteos maksimus. Fungsinya, abduksi dan endorotasi dari femur dan bagian medius eksorotasi femur.
Gambar 2.7. Otot Pada Bagian Punggung
8. Otot Ekstremitas Bawah
a. Otot tungkai atas
Otot tungkai atas (otot paha), memiliki selaput pembugkus yang sangat kuat dan disebut fasia lata yang di bagi atas 3 golongan yaitu :
1) Muskulus abduktor terdiri dari :
a) Muskulus abduktor maldanus sebelah dalam.
b) Muskulus abduktor brevis sebelah tengah.
c) Muskulus abduktor longus sebelah luar.
Ketiga otot ini menjadi satu yang di sebut muskulus abduktor femoralis. Fungsinya menyelenggarakan gerak abduksi pada femur.
2) Muskulus ekstensor ( quadriseps femoris ) otot berkepala empat. Otot ini merupakan otot terbesar dari :
- Muskulus rektus femoris
- Muskulus vastus leteralis eksternal
- Muskulus vastus medialis internal
- Muskulus vastus intermedial
3) Otot fleksor femori ( Terdapat di bagian belakang bagian paha ) terdiri dari:
a) Biseps femoris otot berkepala dua. Fungsinya membengkokkan paha dan meluruskan tungkai bawah.
b) Muskulus semi membranosus, otot seperti selaput. Fungsinya membengkokkan tungkai bawah.
c) Muskulus semi tendinosus, otot seperti urat, fungsinya membengkokkan urat bawah serta memutar kedalam.
d) Muskulus sartorius, otot penjahit, bentuknya panjang seperti pita, terdapat di bagian paha, fungsi : eksorotasi femur memutar memutar ke luar pada waktu lutut mengetul, serta membantu gerakan fleksi femur dan membengkok keluar.
b. Otot tungkai bawah
Terdiri dari:
1) Otot tulang kering depan muskulus tibialis anterior. Fungsinya mengangkat pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki.
2) Muskulus ekstensor talangus longus. Fungsinya meluruskan jari telunjuk ke tengah jari, jari manis dan kelingking kaki.
3) Otot kedang jempol, fungsinya meluruskan ibu jari kaki. Urat-urat tersebut terpaut oleh ikat melintang dan ikan silang sehingga otot itu bisa membengkokkan kaki ke atas. Otot-otot yang terdapat di belakang mata kaki luar dipaut oleh ikat silang dan ikat melintang. Berfungsi dapat mengangkat kaki sebelah luar.
4) Otot ketul empu kaki panjang ( muskulus falangus longus ). Berpangkal pada betis, uratnya melewati tulang jari dan melekat pad ruas jari kaki. Fungsinya membengkokkan empu kaki.
5) Otot tulang betis belakang ( muskulus tibialis posterior ). Berpangkal pada selaput antara tulang dan melekat pada pangkal tulang kaki. Fungsinya dapat membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki dan telapak kaki sebelah ke dalam.
6) Otot kedang jari bersama. Letaknya di punggung kaki, fungsinya dapat meluruskan kaki ( muskulus ekstensor falangus ).
Sel otot dapat dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu potensial aksi yang di hantarkan sepanjang membran sel. Sel ini mengandung protein kontraktil dan mempunyai mekanisme yang di aktivitasi oleh potensial aksi. Kira – kira 40% dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka, kontraksi dapat di terapkan pada semua jenis otot.
Otot kerangka terdiri dari serabut otot tersendiri yang merupakan komplek bangunan dari susunan saraf. Kebanyakan otot kerangka dimulai dan berakhir dalam tendo serta serabut otot yang tersusun sejajar di antara ujung tendinosa, sehingga tenaga kontraktil unit bersifat aditif. Tiap serabut otot merupakan suatu sel tunggal, multinoklear, panjang dan silindris. Serabut otot di bentuk dari fibril yang di bagi ke filamen tersendiri dan di bentuk dari protein kontraktil.
2.4. Mobilisasi Sesuai Tahap Tumbuh Kembang
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi.
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam rentan waktu 12 jam.
Berikut adalah mobilisasi sesuai dengan tahap tumbuh kembang:
1. Bayi
Tulang belakang bayi yang baru lahir lentur dan kurangnya garis antero posterior yang ada pada orang dewasa. Garis tulang belakang pertama kali muncul ketika bayi memanjangkan leher dari posisi prone. Sejalan dengan pertumbuhan dan peningkatan stabilitas, tulang belakang torakal menjadi tegak, dan garis tulang belakang lumbal muncul, sehingga memungkinkan duduk dan berdiri. Sistem muskuluskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstermitas lentur dan persendian memiliki rentang gerak lengkap. Pada bayi yang matang, sistem muskuluskeletal menjadi lebih kuat, bayi mampu melawan pergerakan, meraih dan menggenggam objek. Pada saat bayi tumbuh, perkembangan sistem muskuluskeletal membutuhkan dukungan berat badan untuk berdiri dan berjalan. Posturnya aneh kerena kepala dan tubuh bagian atas di bawa ke depan. Karena berat badan tidak tersebar sama rata sepanjang garris gravitasi, maka postur tidak seimbang dan sering terjadi jatuh.
2. Todler
akhir masa todler, penampakan postur berkurang keanehannya, yaitu garis pada tulang belakang serviks, dan lumbal menonjol serta eversi pada kaki menghilang.
3. Anak usia prasekolah dan sekolah
Pada usia 3 tahun, tubuh lebih ramping, lebih tinggi, dan lebih baik keseimbangan. Perut yang menonjol berkurang, kaki tidak terbuka berjauhan, lengan dan tungkai makin panjang. Anak juga tampak lebih terkoordinasi. Dari usia tiga tahun sampai permulaan remaja sistem muskuluskeletal terus berkembang. Tumbuh tulang panjang pada lengan dan tungkai. Otot, ligamen, dan tendon lebih kuat, mengakibatkan perbaikan postur dan peningkatan kekuatan otot. Koordinasi lebih baik memungkinkan anak melakukan tugasnya yang membutuhkan keterampilan motorik yang baik.
4. Remaja
Tahap remaja biasa di tandai dengan pertumbuhan yang pesat. Pertumbuhan terkadang tidak seimbang. Sehingga remaja tampak aneh dan tidak terrkoordinasi. Pertumbuhan dan perkembangan remaja putri biasa lebih dahulu dibandingkan dengan remaja putra. Pinggul membesar, lemak di simpan di lengan atas, paha, dan bokong. Perubahan bentuk pada remaja putra menghasilkan pertumbuhan tulang panjang dan peningkatan masa otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu dan tungkai atas.
5. Dewasa
Orang dewasa yang mempunyai postur dan kesejajaran tubuh yang benar merasa senang, terlihat bagus dan umumnya percaya diri. Orang dewasa sehat juga memerlukan perkembangan muskuluskeletal dan koordinasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Perubahan postur normal dan kesejajaran tubuh orang dewasa terjadi terutama pada wanita hamil. Perubahan tersebut akibat respons adaptif tubuh terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi berpindah ke bagian anterior. Wanita hamil bersandar ke belakang dan punggungnya agak lengkung. Wanita hamil biasanya mengeluh sakit punggung.
6. Lansia
Kehilangan total massa tulang progresif terjadi pada lansia. Beberapa kemungkinan untuk penyebab kehilangan ini meliputi aktivitas fisik, perubahan hormonal, dan resorpsi tulang aktual. Pengaruh kehilangan tulang adalah tulang menjadi lebih lemah, tulang belakang lebih linak dan tertekan, tulang panjang, kurang resisten untuk membungkuk.
Selain itu, lansia mengalami perubahan status fungsional sekunder akibat perubahan status mobilisasi. Lansia berjalan lebih lambat dan tampak kurang terkoordinasi. Lansia juga membuat langkah yang lebih pendek, menjaga kaki mereka lebih dekat bersamaan, yang mengurangi dasar dukungan. Sehingga keseimbangan tubuh tidak stabil, dan mereka sangat beresiko jatuh dan cedera.
2.5. Memindahkan Klien Dengan Hydraulic Lift
1. Pengertian
Hydraulic lift adalah menaikkan pasien bergerak dari telentang ke posisi duduk memungkinkan aman, transfer nyaman antara tempat tidur dan kursi. Meskipun sebagian besar model lift hidrolik dapat dioperasikan oleh satu orang, lebih baik untuk memiliki dua anggota staf hadir selama transfer untuk menstabilkan dan dukungan pasien.
Hoyer lift adalah alat yang menyerupai ayunan yang digunakan untuk memindahkan pasien yang terlalu berat. Hoyer lift terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Boom yaitu bagian seperti cabang yang berfungsi untuk mengangkat pasien dimana paien akan bergantung
b. Cradle yaitu bagian dimana selempang hoyer lift akan di gantungkan.
2. Tujuan
a. Membantu berpindah dan memindahkan klien yang berat yang tidak dapat berpindah sendiri.
b. Mencegah rgangn yang tidak perlu.
3. Jenis-jenis hoyer lift
a. Manual
Merupakan Hoyer lift yang cara penggunaanya masih menggunakan tuas. Dimana perawat akan menompa secara manual dengan tuas untuk mengangkut pasien ke atas dan menurunkan pasien ke bawah.
b. Mekanik
Merupakan hoyer lift yang menggunakan tenaga baterai atau listrik. Pada hoyer lift yanggunakan baterai , perawat tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga menompa namun dapat dengan mudah menaikkan dan menurunkan pasien dengan menggunakan control box. Dengan menekan salah satu tombol untuk mengangkat pasien dan tombol lain untuk menurunkan pasien tanpa mengeluarkan tenaga untuk menompa. Misalnya untuk memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi.
4. Prosedur
a. Cuci Tangan
Rasionalnya : mengurangi pemindahan mikroorganisme.
b. Jelaskan prosedur dan yakinkan klien bahwa kewaspadaan akan dilakukan untuk mencegah jatuh.
Rasionalnya : menurunkan ansietas
c. Berikan dan turunkan privasi selama prosedur.
Rasionalnya : menurunkan rasa malu.
d. Tempatkan kursi di samping tempat tidur klien yang akan didudukinya (kunci rodanya, jika menggunakan kursi roda).
Rasionalnya : menempatkan kursi pada jarak dekat.
e. Sesuaikan tinggi tempat tidur untuk kenyamanan kerja, jika menggunaka tempat tidur medis.
Rasionalnya : mencegah regangan otot dan punggung pada perawat
f. Kunci tempat tidur jika mungkin.
Rasionalnya : mencegah tempat tifur bergerak.
g. Tempatkan klien pada matras sebagai berikut :
Rasionalnya : memusatkan bagia tubuh yang paling berat di atas matras.
h. Gulingkan klien ke satu sisi dan tempatkan setengah dari matras di bawah klien dari bahu ke paha tengah.
Rasionalnya : memposisikan klien pada matras dengan gerakan minimal.
i. Gulingkan klien ke sisi lain dan selesaikan penarika matras di bawah klien.
j. Yakinkan salah satu atau kedua sisi pembatas tempat tidur di tinggikan pada saat anda berpindah dari satu sisi ke sisi lain, jika menggunakan tempat tidur medis.
Rasionalnya : mencegah jatuh yang tidak di sengaja.
k. Gulingkan dasar pengangkat hoyer di bawah sisi tempat tidur yang palig dekat dengan boom pada bagian tengah tubuh klien, kunci roda pengangkat.
Rasionalnya :
1). Menggerakkan bagian mekanis dari pengangkat ke sisi tempat tidur.
2). Mencegah pengangkat berguling.
l. Dengan menggunkan base-ad-justment lever, lebarkan jarak dasarnya.
Rasionalnya : memberikan stabilitas yang lebih besar untuk mengangkat.
m. Tinggikan dan kemudian dorong jack handle ke arah mast, untuk menurunkan bagian boom ( ini diselesaikan dengan tombol yang tepat atau alat control pada hoyer elektrik).
Rasionalnya : menurunkan boom cukup dekat untuk mengait cantelan.
n. Tempatkan tali pengikat atau cantelan rantai melalui lubang matras (pegangan tali pengikat pendek masuk ke lubang di belakang dan cantelan panjang mengikat masuk ke lubang pada ujung yang lain), untuk meyakinkan bahwa cantelan tidak menekan kulit klien.
Rasionalnya : menguatkan penempatan cantelan pada lubang matras, melekatkan seluruh alat pada matras.
o. Letakkan semua alat, jalur IV, dan drain dekat dengan klien sehingga tidak terjadi perubahan posisi dan matikan drain, jika perlu (ingat untuk membukanya kembali setelah memindahka klien).
Rasionalnya : mencegah perubahan posisi yang tidak disengaja dan cedera pada klien. Mencegah refluk drainase,
p. Intruksikan klien untuk melipat lengan berlawanan di atas dada.
Rasionalnya : mencegah cedera yang tidak di sengaja.
q. Dengan menggunakan jack handle, pompa jack sampe matras menutupi tempat tidur kira-kira 6 inci dan katup kencang.
Rasionalnya : dengan hati-hati mengkaji stabilitas klien dan memusat pada matras.
r. Tentukan apakah klien tersokong penuh dan dapat mempertahankan sokongan kepala. Berikan penyokong kepala sesuai kebutuhan selama prosedur.
Rasionalnya : mengkaji stabilitas berat dan penempatan.
s. Buka kunci roda dan tarik pengngkat hoyer lurus ke belakang dan menjauh dari tempat tidur, instruksikan asisten untuk memberikan sokongan pada peralatan dan kaki klien selama prosedur.
Rasionalnya : meningkatkan stabilitas.
t. Berpindah ke kursi dengan membuka ujung dasar pengangkat kursi, lanjutkan sampai punggung klien hampir rata dengan punggung kursi.
Rasionalnya : menggerakkan dan membimbing klien ke kursi.
u. Kunci roda pengangkat.
Rasionalnya : memberikan stabilitas hoyer.
v. Dengan perlahan angkat jack hamdle dan turunkan klien ke kursi sampai pegangan agak kendur dari matras, bombing klien ke kursi dengan tangan anda pada saat matras turun. Hindari menurunkan klien ke pegangan kursi.
Rasionalnya : menurunkan klien sampai ke kursi.
w. Pindahkan matras (kecuali sulit untuk memindahkan atau klien akan turun dari tempat tidur untuk pertama kali).
Rasionalnya : memudahkan kenyamanan.
x. Tempatkan slang, drain, dan alat penyokong untuk fungsi yang tepat, kenyamanan, dan keamanan :
Rasionalnya : mencegah perubahan posisi slang dan drain yang tidak di sengaja dan mempertahankan fungsi yang diperlukan.
y. Bantal di belakang kepala untuk menjamin stabilitas klien di kursi.
z. Sprei di atas lutut dan paha.
aa. Restrain, jika dioerlukan (mis.. posey vest, seprei, restrain lengan)
Rasionalnya : memudahkan dukungan adekuat terhadap bagian tubuh yang lain.
bb. Telepon dan barang-barang yang sering di gunakan dalam area terjangkau
Rasionalnya : menempatkan barang-barang yang diinginkan atau diperlukan klien dalam jangkauan, dan memudahkan komunikasi.
cc. Kateter di lengkungkan ke bagian bawah kursi.
dd. Penggantung IV di letakkan cukup dekat agar tidak tertarik.
ee. Kaji toleransi klien terhadap duduk.
Rasionalnya : mengurangi resiko jatuh.
ff. Biarkan pintu ruangan klien terbuka ketika meninggalkan ruangan, kecuali ada seseorang yang tinggal dengan klien.
Rasionalnya : memungkinkan obserasi visual terhadap klien yang sendirian.
gg. Jelaskan pada keluarga car untuk memantau klien sesuai interval.
Rasionalnya : mengurangi resiko jatuh.
hh. Kembalikan klien ke tempat tidur dengan menggunakan langkah-langkah di atas.
Rasionalnya : mencegah cedera dan ketidak nyamanan selama pemindahan.
ii. Cuci tangan dan simpan peralatan.
Rasionalnya : menurunkan perpindahan mikroorganisme, dan meningkatkan kebersihan lingkungan.
2.6. Melatih Berjalan Klien Dengan Kruk Lofstrand
1. Pengertian
Lofstrand (kruk lengan bawah) adalah alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan mobilisasi yang memiliki sebuah pegangan tangan dan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah yannnnnng keduanya diatur agar sesuai dengan tinggi klien.
2. Tujuan
a. Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.
b. Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.
3. Indikasi
a. Pasien dengan kerusakan ligamen di lutut atau tumit.
b. Pasien paralisis ekstermitas bawah.
c. Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi.
d. Klien amputasi kaki: di atas atau di bawah lutut.
e. Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhungan dengan nyeri dan kerusakan musculoskeletal.
4. Kontraindikasi
a. Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, insisi, dan drainase.
b. Klien yang potensial kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan turgor kulit.
5. Persiapan alat
a. Menyediakan kruk lofstrand.
b. Ghoniometer.
c. Melakukan pengukuran kruk yang meliputi area tinggi klien, jarak antara bantalan kruk dengan aksila atau siku dan sudut fleksi siku.
d. Pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metode berikut, dengan klien berada pada posisi supine atau berdiri.
6. Prosedur
a. Kaji toleransi aktifitas, kekuatan, nyeri, koordinasi, kemampuan fungsional, dan penyakit serta cedera.
b. Menjelaskan prosedur kepada klien dan keluarga.
c. Memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak adanya rintangan pada jalan klien.
d. Menentukan tempat istirahat klien setelah latihan.
e. Minta klien berdiri dengan posisi tripod, sebelum berjalan dengan kruk.
f. Atur kesejajaran kaki dan tubuh klien.
g. Berdiri dengan kedua kaki dan kruk tepat menyangga siku lengan.
h. Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan kaki yang berlawanan (misalnya kruk kanan dengan kaki kiri).
i. Klien mengulangi urutan cara ini dengan kruk dan kaki yang lain.
2.7. Pengkajian ADL Menggunakan Barthel Indek
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito & Setiabudi, 2009).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2013) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005).
a) Macam-Macam ADL
1) ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
2) ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
3) ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4) ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.
b) Cara Pengukuran ADL Menggunakan Indeks Barthel
Indeks Barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas. Mao dkk mengungkapkan bahwa IB dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan, terutama pada pasien pasca stroke.
Tabel 2.2.Indeks Barthel
No.
|
Item yang dinilai
|
Dibantu
|
Mandiri
|
1.
|
Makan (bila makanan harus dipotong-potong dulu=dibantu)
|
5
|
10
|
2.
|
transfer dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali (termasuk duduk di bed)
|
5-10
|
15
|
3.
|
Higieni personal (cuci muka, menyisir, bercukur jenggot, gosok gigi)
|
0
|
5
|
4.
|
Naik & turun kloset/ WC (melepas/memakai pakaian, cawik, menyiram WC)
|
5
|
10
|
5.
|
Mandi
|
0
|
5
|
6.
|
Berjalan di permukaaan datar
(atau bila tidak dapat berjalan, dapat mengayuh kursi roda sendiri)
|
10
0
|
15
5
|
7.
|
Naik & turun tangga
|
5
|
10
|
8.
|
Berpakaian(termasuk memakai tali sepatu, menutup resleting)
|
5
|
10
|
9.
|
Mengontrol anus
|
5
|
10
|
10.
|
Mengontrol kandung kemih
|
5
|
10
|
Sumber : Sugiarto,2005
IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial. Item-item dalam IB dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien. IB merupakan skala yang diambil dari catatan medik penderita, pengamatan langsung atau dicatat sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 10 menit (Sugiarto,2005).
IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang berkisar antara 0-100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih mandiri.
Tabel 2.3.Penilaian Skor IB
Penulis
|
Interpretasi
|
Shah dkk
|
0-20 Dependen Total
21-60 Dependen Berat
61-90 Dependen Sedang
91-99 Dependen Ringan
100 Independen/Mandiri
|
Lazar dkk
|
10-19 Dependen Perawatan
20-59 Perawatan diri, dibantu
60-79 Kursi roda, dibantu
80-89 Kursi roda, independen/mandiri
90-99 Ambulatori, dibantu
100 Independen/Mandiri
|
Granger
|
0-20 Dependen Total
21-40 Dependen Berat
41-60 Dependen Sedang
61-90 Dependen Ringan
91-100 Mandiri
|
Sumber : Sugiarto,2005.
IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi. Shah melaporkan koefisien konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang menunjukkan kehandalan intra dan inter-rater yang sangat baik. Wartski dan Green menguji 41 pasien dengan interval 3 minggu, ternyata hasilnya sangat konsisten. Ada 35 pasien yang skornya turun 10 poin. Collin dkk meneliti konsistensi laporan sendiri dan laporan perawat, didasarkan pengamatan klinis, pemeriksaaan dari perawat dan pemeriksaan dari fisioterapis. Ternyata koefisien konkordasi (kesesuaian) dari Kendall menunjukkan angka 0,93 yang berarti pengamatan berulang dari orang yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai (Sugiarto,2005).
Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73 dan 0,77 dengan kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB juga terbukti baik. Pada penelitian dengan stroke, persentase meninggal dalam 6 bulan masuk rumah sakit turun secara bermakna bila skor IB tinggi saat masuk rumah sakit (Sugiarto,2005).
Intepretasi yang paling banyak digunakan adalah menurut Shah dkk karena telah dikenal luas dan cukup rinci untuk mengetahui tingkat kemandirian seseorang dalam melakukan ADL (Sugiarto,2005).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Kebutuhan aktivitas dan mobilisasi merupakan pembelajaran tentang konsep kebutuhan aktivitas dan mobilisasi yang meliputi anatomi fisiologi muskuluskeletal.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi.
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.
Saran:
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan laporan ini, meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita dapat mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan laporan saya, karena saya manusia yang adalah tempat salah dan dosa, dan saya juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2010). Teknik Prosedural Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Kozier, dkk. (2010). Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, dan Praktikum). Jakarta: EGC
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan ed. 7th . Jakarta: EGC
Saratun, dkk. (2011). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, ed. 6. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ed. 8, vol. 1. Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2013). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: EGC
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 2010). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasim secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan jenis-jenis otot pada kerangka tubuh manusia!
2. Bagaimana proses mobilisasi sesuai dengan tahap tumbuh kembang?
3. Jelaskan prosedur tindakan keperawatan memindahkan pasien dengan menggunakan hydraulic lift!
4. Jelaskan prosedur tindakan keperawatan berjalan dengan kruk lofstrand (kruk lengan bawah)!
5. Jelaskan prosedur pengkajian “activity daily living” dengan menggunakan barthel index!
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan aktivitas.
2. Untuk mengetahui prosedur tindakan dengan baik dan benar dan terjadinya kesalahan.
3. Untuk mendapatkan data yang benar saat menangani klien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Otot
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika disaat otot mengalami kediaman ataupun sengaja untuk tidak di gerakkan.
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari
ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.
2.2. Fisiologi Otot Kerangka
Otot merupakan suatu organ/alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma mengubah bentuk. Sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang di sebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek.
Dalam garis besarnya sel otot dapat di bagi dalam tiga golongan, yaitu :
1. Otot motoritas, di sebut juga otot serat lintang oleh karena di dalamnya proplasma mempunyai garis – garis melintang. Pada umumnya otot ini melekat pada kerangka sehingga di sebut juga otot kerangka. Otot ini dapat bergerak menurut kemauan kita ( otot sadar ), pergerakannya cepat tetapi lekas lelah, rangsangan di alirkan melalui saraf motoris.
2. Otot otonom, di sebut juga otot polos karena protoplasmanya licin tidak mempunyai garis – garis melintang. Otot ini terdapat di alat – alat dalam seperti ventrikulus, usus, kandung kemih, pembuluh darah dan lain – lain, dapat bekerja di luar kemauan kita ( otot tidak sadar ) oleh karena rangsangannya melalui saraf otonom.
3. Otot jantung, bentuknya menyerupai otot serat lintang di dalam sel proptoplasmanya terdapat serabut – serabut melintang yang bercabang – cabang tetapi kalau kita melihat fungsinya seperti otot polos, dapat bergerak sendiri secara otomatis karena ia mendapat rangsangan dari susunan otonom. Otot semacam ini hanya terdapat pada jantung yang mempunyai fungsi tersendiri. Sebagian besar otot tubuh ini melekat pada kerangka, dapat bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian - bagian kerangka dalam suatu letak yang tertentu. Jadi otot karangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh.
Proses terjadinya pergerakan kontraksi pada otot:
Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila ia mendapat rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik, rangsangan mekanis panas, dingin dan lain – lain. Dalam keadaan sehari – hari otot ini bekerja atau berkontraksi menurut pengaruh atau perintah yang datang dari susunan saraf motoris.
Tiap otot di kelilingi oleh jaringan yang merupakan selaput pembungkus yang disebut perimisium/fasia. Fasia ini selain sebagai pembungkus otot juga berfungsi :
1. Menahan dan melindungi otot supaya otot tetap pada tempatnya
2. Tempat asal/origo dari beberapa otot
3. Tempat letaknya pembuluh darah dan saraf untuk jaringan otot
Macam-macam dari jenis otot:
Menurut bentuk dan serabutnya, meliputi otot serabut sejajar atau bentuk kumparan, otot bentuk kipas, atau bersirip dan otot melingkar/sfingter. Menurut jumlah kepalanya, meliputi:
1. Otot berkepala dua
2. Otot berkepala tiga (Trisep)
3. Otot berkepala empat(Quadrise)
Menurut fungsinya dan kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Otot sinergis, otot bekerja sama
2. Otot antagonis, otot yang bekerja berlawanan
3. Otot abduktor, otot yang menggerakkan anggota menjauhi tubuh
4. Otot adduktor, otot yang menngerakkan anggota mendekati tubuh
5. Otot fleksor, otot yang membengkokkan sendi tulang atau melipat sendi
6. Otot ekstensor, otot yang meluruskan kembali sendi tulang atau melipat sendi
7. Otot pronator, ketika ulna dan radial dalam keadaan sejajar
8. Otot supinator, ketika ulna dan radial dalam keadaan menyilang
9. Endorotasi, memutar ke dalam
10. Eksorotasi, memutar keluar
11. Dilatasi, memanjangkan otot
12. Kontraksi, memendekkan otot
2.3. Otot Kerangka Tubuh
1. Otot kepala
a. Otot pundak kepala, berfungsi membentuk gales aponeurotika disebut juga muskulus oksipitifrontalis, terbagi dua bagian:
1) Muskulus frontalis, berfungsi mengerutkan dahi dan menarik dahi mata
2) Oksipitalis frontalis, menarik kulit kebelakang
b. Otot wajah terbagi atas:
1) Muskulus rektus okuli dan Muskulus oblikus okuli berfungsi memutar mata
2) Muskulus orbikularis okuli, berfungsi sebagai penutup mata atau otot sfingter okuli
3) Muskulus levator palpebra superior, berfungsi menarik, mengangkat kelopak mata atas ketika membuka mata
c. Otot mulut, bibir, dan pipi terbagi atas:
1) Muskulus triangularis dan muskulus orbikularis oris, berfungsi menarik sudut nulut ke bawah
2) Muskulus quadratus labii superior, berfungsi menarik bibir ke atas
3) Muskulus quadratus labii inferior, berfungsi menarik bibir ke bawah membentuk mimik muka ke bawah
4) Muskulus buksinator, membentuk dinding samping rongga mulut berfungsi menahan makanan ketika mengunyah.
5) Muskulus zigomatikus, berfungsi mengangkat dagu mulut ke atas ketika senyum.
d. Otot pengunyah, terbagi atas:
1) Muskulus maseter, berfungsi mengangkat rahang bawah ketika mulut terbuka.
2) Muskulus temporalis, berfungsi menarik rahang bawah ke atas dan ke belakang.
3) Muskulus pteregoid internus dan eksternus, berfungsi menarik rahang bawah ke depan.
e. Otot lidah, membantu pancaindera untuk mengunyah, terbagi atas :
1) Muskulus genioglosus, berfungsi mendorong lidah ke depan
2) Muskulus stiloglosus, berfungsi menarik lidah ke atas dan ke belakang
3) Muskulus genioglosus, berfungsi mendorong lidah ke depan
Gambar 2.1. Otot Pada Bagian Kepala
2. Otot leher
a. Muskulus platisma, terdapat di samping leher menutupi sampai bagian dada. berfungsi menekan mandibula, menarik bibir ke bawah dan mengerutkan kulit bibir.
b. Muskulus sternokleidomastoid disamping kiri kanan leher ada suatu tendo sangat kuat. Fungsinya menarik kepala ke samping, ke kiri, dan ke kanan, memutar kepala dan kalau keduannya bekerja sama merupakan fleksi kepala ke depan disamping itu sebagai alat bantu pernafasan.
c. Muskulus longisimus kapitis, terdiri dari splenius dan semispinalis kapitis. Ketiga otot ini terdapat di belakang leher, terbentang dari belakang kepala ke prosesus spinalis korakoid. Fungsinya untuk menarik kepala belakang dan menggelengkan kepala.
Gambar 2.2. Otot Pada Bagian Leher
3. Otot bahu
a. M. Deltoid (otot segitiga), otot ini membentuk lengkung bahu dan berpangkal di bagian sisi tulang selangka ujung bahu, balung tulang belikat dan diafise tulang pangkal lengan. Di antara otot ini dan taju besar tulang pangkal lengan terdapat kandung lendir. Fungsinya mengangkat lengan sampai mendatar.
b. M. Subskapularis ( otot depan tulang belikat ) otot ini mulai dari bagian depan tulang belikat, menuju taju kecil tulang pangkal lengan, di bawah uratnya terdapat kandung lendir. Fungsinya menengahkan dan memutar tulang humerus ke dalam.
c. M. Supraspinatus (otot atas balung tulang belikat ). Otot ini berpangkal dilekuk sebelah atas menuju ke taju besar tulang pangkal lengan. fungsinya mengangkat lengan.
d. M. Infraspinatus ( otot bawah balung tulang belikat ). Otot ini berpangkal dilekuk sebelah bawah balung tulang belikat dan menuju ke taju besar tulang pangkal lengan. Fungsinya memutar lengan keluar.
1) M. Teres Mayor ( otot lengan bulat besar ). Otot ini berpangkal di siku bawah tulang belikat dan menuju ke taju kecil tulang pangkal lengan. Di antar otot lengan bulat kecil dan otot lengan lengan bulat besar terdapat kepala yang panjang dari muskulus triseps brakii. Fungsinya bisa memutar lengan ke dalam.
2) M. Teres Minor ( otot lengan belikat kecil ). Otot ini berpangkal disiku sebelah luar tulang belikat dan menuju ke taju besar tulang pangkal. Fungsinya memutar lengan ke luar.
Gambar 2.3. Otot Pada Bagian Bahu
4. Otot dada
Otot dada besar ( muskulus pektoralis mayor ). Pangkalnya terdapat diujung tengah selangka, tulang dada dan rawan iga. Fungsinya dapat memutar lengan ke dalam dan menengahkan lengan, menarik lengan melalui dada, merapatkan lengan ke dalam.
a. Otot dada kecil (muskulus pektoralis minor ). Terdapat di bawah otot dada besar, berpangkal di iga III, IV, dan V menuju ke prosesus korakoid. Fungsinya menaikkan tulang belikat dan menekan bahu.
b. Otot bawah selangka ( muskulus sublavikula ) . Terdapat di antar tulang selangka dan ujung iga I, bagian dada atas sebelah bawah os klavikula. Fungsinya menentapkan tulang selangka disendi sebelah tulang dada dan menekan sendi bahu ke bawah dan kedepan.
c. Otot gergaji depan ( muskulus seratus anterior ). Berpangkal di iga I sampai IX dan menuju ke sisi tengah tulang belikat, tetapi yang terbanyak menuju ke bawah.
d. Otot dada sejati yaitu otot – otot sela iga luar dan otot sela – sela iga dalam. Fungsinya mengangkat dan menurunkan iga waktu bernapas. Otot dada bagian dalam disebut juga otot dada sejati, yaitu dada yang membantu pernapasan terdiri dari.
1) Muskulus interkostalis eksternal dan internal terdapat diantara tulang – tulang iga. Fungsinya mengangkat dan menurunkan tulang iga ke atas dan ke bawah pada waktu bernapas.
2) Muskulus diafragmatikus, merupakan alat istimewa yang ditengahnya mempunyai aponeurosis yang disebut sentrum tendineum. Bentuknya melengkung ke atas mengahadap ke rongga toraks, mempunyai lobang tempat lalu aorta vena kava dan esofagus. Fungsinya menjadi batas antara rongga dada dan rongga perut. Kontraksi dan relaksasinya memperkecil serta memperbesar rongga dada waktu bernapas.
Gambar 2.4. Otot Pada Bagian Dada
5. Otot perut
a. Muskulus abdominis inetrnal ( dinding perut ). Garis di tengah dinding perut dinamakan linea alba, otot sebelah luar ( muskulus abdominis ekternal). Otot yang tebal dinamakan aponeurosis, membentuk kandung otot yang terdapat disebelah kiri dan kanan linea itu.
b. Lapisan sebelah luar sekali di bentuk otot miring luar ( muskulus obliqus eksternus abdominasi ). Berpangkal pada iga V yang bawah sekali. Serabut ototnya yang sebelah belakang menuju ke tepi tulang panggul ( krista iliaka ). Serabut yang depan menuju linea alba. Serabut yang tengah membentuk ikat yang terbentang dari spina iliaka anterior superior ke simfisis.
c. Lapisan kedua dibawah otot di bentuk oleh otot perut dalam ( M.obliqua internus abdominis). Serabut miring menuju ke atas dan ke tengah . Aponeurosis terbagi 2 dan ikut membentuk kandung otot perut lurus mulai dari pedang rawan iga III dibawah dan menuju ke simfisis. Otot ini mempunyai 4 urat melintang.
d. Muskulus transversus abdominis, merupakan xifoid menuju artikule ke kosta III terus ke simfisis. Otot ini membentuk 4 buah urat yang bentuknya melintang dibungkus oleh muskulus rektus abdominis otot vagina.
Otot yang masuk ke dalam formasi bagian bawah dinding perut atau dinding abdominal posterior:
1) Muskulus Psoas, terletak di belakang difragma bagian bawah mediastinum, berhubungan dengan quadratus lumborum di dalamnya terdapat arteri, vena dan kelenjar limfe.
2) Muskulus Iliakus terdapat pada sisi tulang ilium, sebelah belakang berfungsi menopang sekum, dan sebelah depan menyentuh kolon desendens.
Gambar 2.5. Otot Pada Bagian Perut
6. Otot Punggung
a. Otot yang menggerakkan lengan
1) Trapezius ( otot kerudung ). Terdapat di semua ruas – ruas tulang punggung. Berpangkal di tulang kepala belakang. Fungsinya mengangkat dan menarik sendi bahu. Bagian atas menarik skapula ke bagian medial dan yang bawah menarik ke bagian lateral.
2) Muskulus latisimus dorsi ( otot punggung lebar ), berpangkal pada ruas tulang punggung yang kelima dari bawah fasia lumboid, tepi tulang punggung dan iga III dibawah, gunanya menutupi ketiak bagian belakang, menengahkan dan memutar tulang pangkal lengan kedalam.
3) Muskulus rumbhoid ( otot belah ketupat ), berpangkal dari taju duri, dari tulang leher V, ruas tulang punggung V, di sini menuju ke pinggir tengah tulang belikat. Gunanya menggerakkan tulang belikat ke atas dan ke tengah.
Gambar 2.6. Otot Pada Bagian Lengan
b. Otot antara ruang tulang belakang dan iga
Otot yang bekerja menggerakkan tulang iga atau otot bantu pernafasan terdiri dari dua otot yaitu :
1) Muskulus Seratus posterior inferior atau otot gergaji belakang bawah Terletak dibawah otot punggung lebar, berpanggal di fasia lumbodorsalis dan menuju ke iga V dari bawah berfungsi menarik tulang iga ke bawah pada waktu bernafas.
2) Musklus seratus posterior, terletak di bawah otot belah ketupat dan berpangkal di ruas tulang leher ke enam dan ke tujuh dari ruas tulang puggung yang ke 2. Gunanya menarik tulang iga ke atas waktu inspirasi.
c. Otot punggung sejati
1) Muskulus interspinalis tranversi dan muskulus semispinalis, terdapat antara kiri kanan prosesus tranversus dan prosesus spina. Fungsinya untuk sikap dan pergerakan tulang belakang.
2) Muskulus sakrospinalis ( muskulus eroktor spina) terletak di samping ruas tulang belakang kiri dan kanan. Fungsinya memelihara dan menjaga kedudukan kolumna vertebra dan pergerakan dari ruas tulang belakang.
3) Muskulus quadratus luborum, terletak antara krista iliaka dan os kosta, terdiri dari dua lapisan; fleksi dari vertebra lumbalis dan diamping itu juga merupakan dinding bagian belakang rongga perut.
d. Otot pangkal lengan atas
1) Otot – otot ketul atau fleksor terdiri dari :
a) Muskulus bisep braki (otot lengan berkepala dua) otot ini meliputi dua buah sendi dan mempunyai dua buah kepala (kaput). Berfungsi membengkokkan lengan bawah siku meratakan hasta dan mengangkat lengan.
b) Muskulus brakialis (otot lengan dalam). Otot ini berpangkal di bawah otot segi tiga di tulang pangkal lengan dan menuju taju di pangkal tulang hasta berfungsi membengkokkan lengan bawah siku.
c) Muskulus korakobrakialis otot ini berpangkal di prosesus korakoid dan menuju ke tulang pangkal lengan. Funginya mengangkat lengan.
2) Otot – otot kedang ( ekstensor )
Kepala berpangkal di sebelah belakang tulang pangkal lengan dan menuju ke bawah kemudian bersatu dengan yang lain.
a) Kepala dalam di mulai di sebelah dalam tulang pangkal lengan.
b) Kepala panjang di mulai pada tulang dibawah sendi dan ketiganya mempunyai sebelah urat yang melekat di olekrani.
e. Otot lengan bawah
1) Otot – otot kedang yang memainkan peranannya dalam pengetulan di atas sendi siku, sendi – sendi tangan, sendi – jari, dan sebagian dalam gerak silang hasta, yaitu :
a) Muskulus ekstensor karpi radialis longus (ekstensi lengan).
b) Muskulus ekstensor karpi radialis brevis (ekstensi lengan).
c) Muskulus ekstensor karpi ulnaris (ekstensi lengan).
d) Digitorum karpi radialis, berfungsi ekstensi tangan kecuali ibu jari.
e) Muskulus ekstensor policis longus, berfungsi ekstensi ibu jari.
2) Otot – otot ketul yang menedangkan siku dan tangan serta ibu jari dan meratakan hasta tangan, otot ini berkumpul sebagai berikut :
a) Otot – otot di sebelah telapak tangan. Otot ini ada empat lapis. Lapis ke-dua disebelah luar pangkal tulang adalah pangkal lengan. Di dalam lapisan pertama terdapat otot-otot yang meliputi sendi siku, sendi antara hasta dan tulang pengumpil sendi di pergelangan tangan. Berfungsi membengkokkan jari tangan. Lapisan yang ke-empat ialah otot-otot untuk sendi-sendi antara tulang hasta dan tulang pengumpil. Di antara otot – otot ini disebut :
(1) Otot silang hasta bulat ( muskilus pronator teres ) berfungsi mengerjakan silang hasta dan membengkokkan lengan bawah siku.
(2) Otot-otot ketul untuk tangan dan jari tangan (muskulus palmaris ulnaris) berfungsi mengetulkan lengan.
(3) Muskulus palmaris longus.
(4) Muskulus fleksor karpi radialis.
(5) Muskulus fleksor digitor sublimis. Berfungsi dalam proses fleksi jari telunjuk dan kelingking.
(6) Muskulus fleksor policis longus berfungsi dalam proses fleksi jari ke 1, 2, 3, 4.
(7) Muskulus fleksor policis longus berfungsi memfleksikan ibu jari
b) Otot yang bekerja memutar radialis (pronator dan supinator).
c) Otot-otot disebelah tulang pengumpil berfungsi membengkokkan lengan di siku, membengkokkan tangan ke arah tulang pengumpil atau tulang hasta.
d) Otot-otot di sebelah punggung atas, di sebut otot kedang jari bersama yang meluruskan jari tangan.
7. Otot Panggul
Otot ini berasal dari tulang panggul atau kolumna vertebralis menuju ke pangkal paha. Berikut adalah bagian-bagian dari otot panggul:
a. Sebelah depan bagian dalam dari panggul terdapat :
1) Muskulus psoas mayor. Terbentang dari prosesus tranfersi lumbalis menuju trokantel minor dan iliakus.
2) Muskulus iliakus, berasal dari fosa iliaka menuju trokanter minorMuskulus psoas minor yang terletak di muka psoas manyor. Ketiga otot ini di sebut juga otot iliopsoas, fungsinya mengangkat dan memutar tungkai ke bagian luar.
b. Sebelah belakang bagian luar terdapat :
1) Muskulus gluteos maksimus merupakan otot yang terbesar yang terdapat di sebelah luar panggul membentuk bokong. Fungsinya, antagonis dari iliopsoas yaitu rotasi fleksi dan endorotasi femur.
2) Muskulus gluteos medius dan minimus, terdapat di bagian belakang sendi panggul dibawah gluteos maksimus. Fungsinya, abduksi dan endorotasi dari femur dan bagian medius eksorotasi femur.
Gambar 2.7. Otot Pada Bagian Punggung
8. Otot Ekstremitas Bawah
a. Otot tungkai atas
Otot tungkai atas (otot paha), memiliki selaput pembugkus yang sangat kuat dan disebut fasia lata yang di bagi atas 3 golongan yaitu :
1) Muskulus abduktor terdiri dari :
a) Muskulus abduktor maldanus sebelah dalam.
b) Muskulus abduktor brevis sebelah tengah.
c) Muskulus abduktor longus sebelah luar.
Ketiga otot ini menjadi satu yang di sebut muskulus abduktor femoralis. Fungsinya menyelenggarakan gerak abduksi pada femur.
2) Muskulus ekstensor ( quadriseps femoris ) otot berkepala empat. Otot ini merupakan otot terbesar dari :
- Muskulus rektus femoris
- Muskulus vastus leteralis eksternal
- Muskulus vastus medialis internal
- Muskulus vastus intermedial
3) Otot fleksor femori ( Terdapat di bagian belakang bagian paha ) terdiri dari:
a) Biseps femoris otot berkepala dua. Fungsinya membengkokkan paha dan meluruskan tungkai bawah.
b) Muskulus semi membranosus, otot seperti selaput. Fungsinya membengkokkan tungkai bawah.
c) Muskulus semi tendinosus, otot seperti urat, fungsinya membengkokkan urat bawah serta memutar kedalam.
d) Muskulus sartorius, otot penjahit, bentuknya panjang seperti pita, terdapat di bagian paha, fungsi : eksorotasi femur memutar memutar ke luar pada waktu lutut mengetul, serta membantu gerakan fleksi femur dan membengkok keluar.
b. Otot tungkai bawah
Terdiri dari:
1) Otot tulang kering depan muskulus tibialis anterior. Fungsinya mengangkat pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki.
2) Muskulus ekstensor talangus longus. Fungsinya meluruskan jari telunjuk ke tengah jari, jari manis dan kelingking kaki.
3) Otot kedang jempol, fungsinya meluruskan ibu jari kaki. Urat-urat tersebut terpaut oleh ikat melintang dan ikan silang sehingga otot itu bisa membengkokkan kaki ke atas. Otot-otot yang terdapat di belakang mata kaki luar dipaut oleh ikat silang dan ikat melintang. Berfungsi dapat mengangkat kaki sebelah luar.
4) Otot ketul empu kaki panjang ( muskulus falangus longus ). Berpangkal pada betis, uratnya melewati tulang jari dan melekat pad ruas jari kaki. Fungsinya membengkokkan empu kaki.
5) Otot tulang betis belakang ( muskulus tibialis posterior ). Berpangkal pada selaput antara tulang dan melekat pada pangkal tulang kaki. Fungsinya dapat membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki dan telapak kaki sebelah ke dalam.
6) Otot kedang jari bersama. Letaknya di punggung kaki, fungsinya dapat meluruskan kaki ( muskulus ekstensor falangus ).
Sel otot dapat dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu potensial aksi yang di hantarkan sepanjang membran sel. Sel ini mengandung protein kontraktil dan mempunyai mekanisme yang di aktivitasi oleh potensial aksi. Kira – kira 40% dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka, kontraksi dapat di terapkan pada semua jenis otot.
Otot kerangka terdiri dari serabut otot tersendiri yang merupakan komplek bangunan dari susunan saraf. Kebanyakan otot kerangka dimulai dan berakhir dalam tendo serta serabut otot yang tersusun sejajar di antara ujung tendinosa, sehingga tenaga kontraktil unit bersifat aditif. Tiap serabut otot merupakan suatu sel tunggal, multinoklear, panjang dan silindris. Serabut otot di bentuk dari fibril yang di bagi ke filamen tersendiri dan di bentuk dari protein kontraktil.
2.4. Mobilisasi Sesuai Tahap Tumbuh Kembang
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi.
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam rentan waktu 12 jam.
Berikut adalah mobilisasi sesuai dengan tahap tumbuh kembang:
1. Bayi
Tulang belakang bayi yang baru lahir lentur dan kurangnya garis antero posterior yang ada pada orang dewasa. Garis tulang belakang pertama kali muncul ketika bayi memanjangkan leher dari posisi prone. Sejalan dengan pertumbuhan dan peningkatan stabilitas, tulang belakang torakal menjadi tegak, dan garis tulang belakang lumbal muncul, sehingga memungkinkan duduk dan berdiri. Sistem muskuluskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstermitas lentur dan persendian memiliki rentang gerak lengkap. Pada bayi yang matang, sistem muskuluskeletal menjadi lebih kuat, bayi mampu melawan pergerakan, meraih dan menggenggam objek. Pada saat bayi tumbuh, perkembangan sistem muskuluskeletal membutuhkan dukungan berat badan untuk berdiri dan berjalan. Posturnya aneh kerena kepala dan tubuh bagian atas di bawa ke depan. Karena berat badan tidak tersebar sama rata sepanjang garris gravitasi, maka postur tidak seimbang dan sering terjadi jatuh.
2. Todler
akhir masa todler, penampakan postur berkurang keanehannya, yaitu garis pada tulang belakang serviks, dan lumbal menonjol serta eversi pada kaki menghilang.
3. Anak usia prasekolah dan sekolah
Pada usia 3 tahun, tubuh lebih ramping, lebih tinggi, dan lebih baik keseimbangan. Perut yang menonjol berkurang, kaki tidak terbuka berjauhan, lengan dan tungkai makin panjang. Anak juga tampak lebih terkoordinasi. Dari usia tiga tahun sampai permulaan remaja sistem muskuluskeletal terus berkembang. Tumbuh tulang panjang pada lengan dan tungkai. Otot, ligamen, dan tendon lebih kuat, mengakibatkan perbaikan postur dan peningkatan kekuatan otot. Koordinasi lebih baik memungkinkan anak melakukan tugasnya yang membutuhkan keterampilan motorik yang baik.
4. Remaja
Tahap remaja biasa di tandai dengan pertumbuhan yang pesat. Pertumbuhan terkadang tidak seimbang. Sehingga remaja tampak aneh dan tidak terrkoordinasi. Pertumbuhan dan perkembangan remaja putri biasa lebih dahulu dibandingkan dengan remaja putra. Pinggul membesar, lemak di simpan di lengan atas, paha, dan bokong. Perubahan bentuk pada remaja putra menghasilkan pertumbuhan tulang panjang dan peningkatan masa otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu dan tungkai atas.
5. Dewasa
Orang dewasa yang mempunyai postur dan kesejajaran tubuh yang benar merasa senang, terlihat bagus dan umumnya percaya diri. Orang dewasa sehat juga memerlukan perkembangan muskuluskeletal dan koordinasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Perubahan postur normal dan kesejajaran tubuh orang dewasa terjadi terutama pada wanita hamil. Perubahan tersebut akibat respons adaptif tubuh terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi berpindah ke bagian anterior. Wanita hamil bersandar ke belakang dan punggungnya agak lengkung. Wanita hamil biasanya mengeluh sakit punggung.
6. Lansia
Kehilangan total massa tulang progresif terjadi pada lansia. Beberapa kemungkinan untuk penyebab kehilangan ini meliputi aktivitas fisik, perubahan hormonal, dan resorpsi tulang aktual. Pengaruh kehilangan tulang adalah tulang menjadi lebih lemah, tulang belakang lebih linak dan tertekan, tulang panjang, kurang resisten untuk membungkuk.
Selain itu, lansia mengalami perubahan status fungsional sekunder akibat perubahan status mobilisasi. Lansia berjalan lebih lambat dan tampak kurang terkoordinasi. Lansia juga membuat langkah yang lebih pendek, menjaga kaki mereka lebih dekat bersamaan, yang mengurangi dasar dukungan. Sehingga keseimbangan tubuh tidak stabil, dan mereka sangat beresiko jatuh dan cedera.
2.5. Memindahkan Klien Dengan Hydraulic Lift
1. Pengertian
Hydraulic lift adalah menaikkan pasien bergerak dari telentang ke posisi duduk memungkinkan aman, transfer nyaman antara tempat tidur dan kursi. Meskipun sebagian besar model lift hidrolik dapat dioperasikan oleh satu orang, lebih baik untuk memiliki dua anggota staf hadir selama transfer untuk menstabilkan dan dukungan pasien.
Hoyer lift adalah alat yang menyerupai ayunan yang digunakan untuk memindahkan pasien yang terlalu berat. Hoyer lift terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Boom yaitu bagian seperti cabang yang berfungsi untuk mengangkat pasien dimana paien akan bergantung
b. Cradle yaitu bagian dimana selempang hoyer lift akan di gantungkan.
2. Tujuan
a. Membantu berpindah dan memindahkan klien yang berat yang tidak dapat berpindah sendiri.
b. Mencegah rgangn yang tidak perlu.
3. Jenis-jenis hoyer lift
a. Manual
Merupakan Hoyer lift yang cara penggunaanya masih menggunakan tuas. Dimana perawat akan menompa secara manual dengan tuas untuk mengangkut pasien ke atas dan menurunkan pasien ke bawah.
b. Mekanik
Merupakan hoyer lift yang menggunakan tenaga baterai atau listrik. Pada hoyer lift yanggunakan baterai , perawat tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga menompa namun dapat dengan mudah menaikkan dan menurunkan pasien dengan menggunakan control box. Dengan menekan salah satu tombol untuk mengangkat pasien dan tombol lain untuk menurunkan pasien tanpa mengeluarkan tenaga untuk menompa. Misalnya untuk memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi.
4. Prosedur
a. Cuci Tangan
Rasionalnya : mengurangi pemindahan mikroorganisme.
b. Jelaskan prosedur dan yakinkan klien bahwa kewaspadaan akan dilakukan untuk mencegah jatuh.
Rasionalnya : menurunkan ansietas
c. Berikan dan turunkan privasi selama prosedur.
Rasionalnya : menurunkan rasa malu.
d. Tempatkan kursi di samping tempat tidur klien yang akan didudukinya (kunci rodanya, jika menggunakan kursi roda).
Rasionalnya : menempatkan kursi pada jarak dekat.
e. Sesuaikan tinggi tempat tidur untuk kenyamanan kerja, jika menggunaka tempat tidur medis.
Rasionalnya : mencegah regangan otot dan punggung pada perawat
f. Kunci tempat tidur jika mungkin.
Rasionalnya : mencegah tempat tifur bergerak.
g. Tempatkan klien pada matras sebagai berikut :
Rasionalnya : memusatkan bagia tubuh yang paling berat di atas matras.
h. Gulingkan klien ke satu sisi dan tempatkan setengah dari matras di bawah klien dari bahu ke paha tengah.
Rasionalnya : memposisikan klien pada matras dengan gerakan minimal.
i. Gulingkan klien ke sisi lain dan selesaikan penarika matras di bawah klien.
j. Yakinkan salah satu atau kedua sisi pembatas tempat tidur di tinggikan pada saat anda berpindah dari satu sisi ke sisi lain, jika menggunakan tempat tidur medis.
Rasionalnya : mencegah jatuh yang tidak di sengaja.
k. Gulingkan dasar pengangkat hoyer di bawah sisi tempat tidur yang palig dekat dengan boom pada bagian tengah tubuh klien, kunci roda pengangkat.
Rasionalnya :
1). Menggerakkan bagian mekanis dari pengangkat ke sisi tempat tidur.
2). Mencegah pengangkat berguling.
l. Dengan menggunkan base-ad-justment lever, lebarkan jarak dasarnya.
Rasionalnya : memberikan stabilitas yang lebih besar untuk mengangkat.
m. Tinggikan dan kemudian dorong jack handle ke arah mast, untuk menurunkan bagian boom ( ini diselesaikan dengan tombol yang tepat atau alat control pada hoyer elektrik).
Rasionalnya : menurunkan boom cukup dekat untuk mengait cantelan.
n. Tempatkan tali pengikat atau cantelan rantai melalui lubang matras (pegangan tali pengikat pendek masuk ke lubang di belakang dan cantelan panjang mengikat masuk ke lubang pada ujung yang lain), untuk meyakinkan bahwa cantelan tidak menekan kulit klien.
Rasionalnya : menguatkan penempatan cantelan pada lubang matras, melekatkan seluruh alat pada matras.
o. Letakkan semua alat, jalur IV, dan drain dekat dengan klien sehingga tidak terjadi perubahan posisi dan matikan drain, jika perlu (ingat untuk membukanya kembali setelah memindahka klien).
Rasionalnya : mencegah perubahan posisi yang tidak disengaja dan cedera pada klien. Mencegah refluk drainase,
p. Intruksikan klien untuk melipat lengan berlawanan di atas dada.
Rasionalnya : mencegah cedera yang tidak di sengaja.
q. Dengan menggunakan jack handle, pompa jack sampe matras menutupi tempat tidur kira-kira 6 inci dan katup kencang.
Rasionalnya : dengan hati-hati mengkaji stabilitas klien dan memusat pada matras.
r. Tentukan apakah klien tersokong penuh dan dapat mempertahankan sokongan kepala. Berikan penyokong kepala sesuai kebutuhan selama prosedur.
Rasionalnya : mengkaji stabilitas berat dan penempatan.
s. Buka kunci roda dan tarik pengngkat hoyer lurus ke belakang dan menjauh dari tempat tidur, instruksikan asisten untuk memberikan sokongan pada peralatan dan kaki klien selama prosedur.
Rasionalnya : meningkatkan stabilitas.
t. Berpindah ke kursi dengan membuka ujung dasar pengangkat kursi, lanjutkan sampai punggung klien hampir rata dengan punggung kursi.
Rasionalnya : menggerakkan dan membimbing klien ke kursi.
u. Kunci roda pengangkat.
Rasionalnya : memberikan stabilitas hoyer.
v. Dengan perlahan angkat jack hamdle dan turunkan klien ke kursi sampai pegangan agak kendur dari matras, bombing klien ke kursi dengan tangan anda pada saat matras turun. Hindari menurunkan klien ke pegangan kursi.
Rasionalnya : menurunkan klien sampai ke kursi.
w. Pindahkan matras (kecuali sulit untuk memindahkan atau klien akan turun dari tempat tidur untuk pertama kali).
Rasionalnya : memudahkan kenyamanan.
x. Tempatkan slang, drain, dan alat penyokong untuk fungsi yang tepat, kenyamanan, dan keamanan :
Rasionalnya : mencegah perubahan posisi slang dan drain yang tidak di sengaja dan mempertahankan fungsi yang diperlukan.
y. Bantal di belakang kepala untuk menjamin stabilitas klien di kursi.
z. Sprei di atas lutut dan paha.
aa. Restrain, jika dioerlukan (mis.. posey vest, seprei, restrain lengan)
Rasionalnya : memudahkan dukungan adekuat terhadap bagian tubuh yang lain.
bb. Telepon dan barang-barang yang sering di gunakan dalam area terjangkau
Rasionalnya : menempatkan barang-barang yang diinginkan atau diperlukan klien dalam jangkauan, dan memudahkan komunikasi.
cc. Kateter di lengkungkan ke bagian bawah kursi.
dd. Penggantung IV di letakkan cukup dekat agar tidak tertarik.
ee. Kaji toleransi klien terhadap duduk.
Rasionalnya : mengurangi resiko jatuh.
ff. Biarkan pintu ruangan klien terbuka ketika meninggalkan ruangan, kecuali ada seseorang yang tinggal dengan klien.
Rasionalnya : memungkinkan obserasi visual terhadap klien yang sendirian.
gg. Jelaskan pada keluarga car untuk memantau klien sesuai interval.
Rasionalnya : mengurangi resiko jatuh.
hh. Kembalikan klien ke tempat tidur dengan menggunakan langkah-langkah di atas.
Rasionalnya : mencegah cedera dan ketidak nyamanan selama pemindahan.
ii. Cuci tangan dan simpan peralatan.
Rasionalnya : menurunkan perpindahan mikroorganisme, dan meningkatkan kebersihan lingkungan.
2.6. Melatih Berjalan Klien Dengan Kruk Lofstrand
1. Pengertian
Lofstrand (kruk lengan bawah) adalah alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan mobilisasi yang memiliki sebuah pegangan tangan dan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah yannnnnng keduanya diatur agar sesuai dengan tinggi klien.
2. Tujuan
a. Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.
b. Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.
3. Indikasi
a. Pasien dengan kerusakan ligamen di lutut atau tumit.
b. Pasien paralisis ekstermitas bawah.
c. Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi.
d. Klien amputasi kaki: di atas atau di bawah lutut.
e. Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhungan dengan nyeri dan kerusakan musculoskeletal.
4. Kontraindikasi
a. Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, insisi, dan drainase.
b. Klien yang potensial kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan turgor kulit.
5. Persiapan alat
a. Menyediakan kruk lofstrand.
b. Ghoniometer.
c. Melakukan pengukuran kruk yang meliputi area tinggi klien, jarak antara bantalan kruk dengan aksila atau siku dan sudut fleksi siku.
d. Pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metode berikut, dengan klien berada pada posisi supine atau berdiri.
6. Prosedur
a. Kaji toleransi aktifitas, kekuatan, nyeri, koordinasi, kemampuan fungsional, dan penyakit serta cedera.
b. Menjelaskan prosedur kepada klien dan keluarga.
c. Memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak adanya rintangan pada jalan klien.
d. Menentukan tempat istirahat klien setelah latihan.
e. Minta klien berdiri dengan posisi tripod, sebelum berjalan dengan kruk.
f. Atur kesejajaran kaki dan tubuh klien.
g. Berdiri dengan kedua kaki dan kruk tepat menyangga siku lengan.
h. Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan kaki yang berlawanan (misalnya kruk kanan dengan kaki kiri).
i. Klien mengulangi urutan cara ini dengan kruk dan kaki yang lain.
2.7. Pengkajian ADL Menggunakan Barthel Indek
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito & Setiabudi, 2009).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2013) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005).
a) Macam-Macam ADL
1) ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
2) ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
3) ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4) ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.
b) Cara Pengukuran ADL Menggunakan Indeks Barthel
Indeks Barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas. Mao dkk mengungkapkan bahwa IB dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan, terutama pada pasien pasca stroke.
Tabel 2.2.Indeks Barthel
No.
|
Item yang dinilai
|
Dibantu
|
Mandiri
|
1.
|
Makan (bila makanan harus dipotong-potong dulu=dibantu)
|
5
|
10
|
2.
|
transfer dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali (termasuk duduk di bed)
|
5-10
|
15
|
3.
|
Higieni personal (cuci muka, menyisir, bercukur jenggot, gosok gigi)
|
0
|
5
|
4.
|
Naik & turun kloset/ WC (melepas/memakai pakaian, cawik, menyiram WC)
|
5
|
10
|
5.
|
Mandi
|
0
|
5
|
6.
|
Berjalan di permukaaan datar
(atau bila tidak dapat berjalan, dapat mengayuh kursi roda sendiri)
|
10
0
|
15
5
|
7.
|
Naik & turun tangga
|
5
|
10
|
8.
|
Berpakaian(termasuk memakai tali sepatu, menutup resleting)
|
5
|
10
|
9.
|
Mengontrol anus
|
5
|
10
|
10.
|
Mengontrol kandung kemih
|
5
|
10
|
Sumber : Sugiarto,2005
IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial. Item-item dalam IB dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien. IB merupakan skala yang diambil dari catatan medik penderita, pengamatan langsung atau dicatat sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 10 menit (Sugiarto,2005).
IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang berkisar antara 0-100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih mandiri.
Tabel 2.3.Penilaian Skor IB
Penulis
|
Interpretasi
|
Shah dkk
|
0-20 Dependen Total
21-60 Dependen Berat
61-90 Dependen Sedang
91-99 Dependen Ringan
100 Independen/Mandiri
|
Lazar dkk
|
10-19 Dependen Perawatan
20-59 Perawatan diri, dibantu
60-79 Kursi roda, dibantu
80-89 Kursi roda, independen/mandiri
90-99 Ambulatori, dibantu
100 Independen/Mandiri
|
Granger
|
0-20 Dependen Total
21-40 Dependen Berat
41-60 Dependen Sedang
61-90 Dependen Ringan
91-100 Mandiri
|
Sumber : Sugiarto,2005.
IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi. Shah melaporkan koefisien konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang menunjukkan kehandalan intra dan inter-rater yang sangat baik. Wartski dan Green menguji 41 pasien dengan interval 3 minggu, ternyata hasilnya sangat konsisten. Ada 35 pasien yang skornya turun 10 poin. Collin dkk meneliti konsistensi laporan sendiri dan laporan perawat, didasarkan pengamatan klinis, pemeriksaaan dari perawat dan pemeriksaan dari fisioterapis. Ternyata koefisien konkordasi (kesesuaian) dari Kendall menunjukkan angka 0,93 yang berarti pengamatan berulang dari orang yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai (Sugiarto,2005).
Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73 dan 0,77 dengan kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB juga terbukti baik. Pada penelitian dengan stroke, persentase meninggal dalam 6 bulan masuk rumah sakit turun secara bermakna bila skor IB tinggi saat masuk rumah sakit (Sugiarto,2005).
Intepretasi yang paling banyak digunakan adalah menurut Shah dkk karena telah dikenal luas dan cukup rinci untuk mengetahui tingkat kemandirian seseorang dalam melakukan ADL (Sugiarto,2005).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Kebutuhan aktivitas dan mobilisasi merupakan pembelajaran tentang konsep kebutuhan aktivitas dan mobilisasi yang meliputi anatomi fisiologi muskuluskeletal.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi.
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.
Saran:
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan laporan ini, meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita dapat mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan laporan saya, karena saya manusia yang adalah tempat salah dan dosa, dan saya juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2010). Teknik Prosedural Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Kozier, dkk. (2010). Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, dan Praktikum). Jakarta: EGC
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan ed. 7th . Jakarta: EGC
Saratun, dkk. (2011). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, ed. 6. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ed. 8, vol. 1. Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2013). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: EGC
0 komentar:
Post a Comment