Monday 7 April 2014

Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 2010). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasim secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.


1.2.       Rumusan Masalah
1.    Jelaskan jenis-jenis otot pada kerangka tubuh manusia!
2.    Bagaimana proses mobilisasi sesuai dengan tahap tumbuh kembang?
3.    Jelaskan prosedur tindakan keperawatan memindahkan pasien dengan menggunakan hydraulic lift!
4.    Jelaskan prosedur tindakan keperawatan berjalan dengan kruk lofstrand (kruk lengan bawah)!
5.    Jelaskan prosedur pengkajian “activity daily living” dengan menggunakan barthel index!
1.3.       Tujuan
1.    Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan aktivitas.
2.    Untuk mengetahui prosedur tindakan dengan baik dan benar dan terjadinya kesalahan.
3.    Untuk mendapatkan data yang benar saat menangani klien.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Otot
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika disaat  otot mengalami kediaman ataupun sengaja untuk tidak di gerakkan.
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
a.    Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari
ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b.       Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
c.       Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.





2.2. Fisiologi Otot Kerangka
Otot  merupakan  suatu  organ/alat  yang  memungkinkan  tubuh  dapat  bergerak.  Ini  adalah  suatu  sifat  penting  bagi  organisme.  Gerak  sel  terjadi  karena  sitoplasma  mengubah  bentuk.  Sitoplasma  ini  merupakan  benang-benang  halus  yang  panjang  di  sebut  miofibril.  Kalau  sel  otot  mendapat  rangsangan  maka  miofibril  akan  memendek.
Dalam  garis  besarnya  sel  otot  dapat  di  bagi  dalam  tiga  golongan,  yaitu  :
1.         Otot  motoritas,  di  sebut  juga  otot  serat  lintang  oleh  karena  di  dalamnya  proplasma  mempunyai  garis – garis  melintang.  Pada  umumnya  otot  ini  melekat  pada  kerangka  sehingga  di  sebut  juga  otot  kerangka.  Otot  ini  dapat  bergerak  menurut  kemauan  kita  ( otot  sadar ),  pergerakannya  cepat  tetapi  lekas  lelah,  rangsangan  di  alirkan  melalui  saraf  motoris.
2.         Otot  otonom,  di  sebut  juga  otot  polos  karena  protoplasmanya  licin  tidak  mempunyai  garis – garis  melintang.  Otot  ini  terdapat  di  alat – alat  dalam  seperti  ventrikulus,  usus,  kandung  kemih,  pembuluh  darah  dan  lain – lain,  dapat  bekerja  di  luar  kemauan  kita  ( otot  tidak  sadar )  oleh  karena  rangsangannya  melalui  saraf  otonom.


3.         Otot  jantung,  bentuknya  menyerupai  otot  serat  lintang  di  dalam  sel  proptoplasmanya  terdapat  serabut – serabut  melintang  yang  bercabang – cabang  tetapi  kalau  kita  melihat  fungsinya  seperti  otot  polos,  dapat  bergerak  sendiri  secara  otomatis  karena  ia  mendapat  rangsangan  dari  susunan  otonom.  Otot  semacam  ini  hanya  terdapat  pada  jantung  yang  mempunyai  fungsi  tersendiri.  Sebagian  besar  otot  tubuh  ini  melekat  pada  kerangka,  dapat  bergerak  secara  aktif  sehingga  dapat  menggerakkan  bagian -  bagian  kerangka  dalam  suatu  letak  yang  tertentu.  Jadi  otot  karangka  merupakan  sebuah  alat  yang  menguasai  gerak  aktif  dan  memelihara  sikap  tubuh.
Proses terjadinya pergerakan kontraksi pada otot:
Otot  dapat  mengadakan  kontraksi  dengan  cepat,  apabila  ia  mendapat  rangsangan  dari  luar  berupa  rangsangan  arus  listrik,  rangsangan  mekanis  panas,  dingin  dan  lain – lain.  Dalam  keadaan  sehari – hari  otot  ini  bekerja  atau  berkontraksi  menurut  pengaruh  atau  perintah  yang  datang  dari  susunan  saraf  motoris.
Tiap  otot  di  kelilingi  oleh  jaringan  yang  merupakan  selaput  pembungkus  yang  disebut  perimisium/fasia.  Fasia  ini  selain  sebagai  pembungkus  otot  juga  berfungsi  :
1.      Menahan  dan  melindungi  otot  supaya  otot  tetap  pada  tempatnya
2.      Tempat  asal/origo  dari  beberapa  otot
3.      Tempat  letaknya  pembuluh  darah  dan  saraf  untuk  jaringan  otot
Macam-macam dari jenis otot:
Menurut  bentuk  dan  serabutnya,  meliputi  otot  serabut  sejajar  atau  bentuk  kumparan,  otot  bentuk  kipas,  atau  bersirip  dan  otot  melingkar/sfingter. Menurut  jumlah  kepalanya,  meliputi:
1.    Otot  berkepala  dua
2.    Otot  berkepala  tiga (Trisep)
3.    Otot  berkepala  empat(Quadrise)
Menurut fungsinya dan kerjanya adalah sebagai berikut:
1.    Otot  sinergis,  otot  bekerja  sama
2.    Otot  antagonis,  otot  yang  bekerja  berlawanan
3.    Otot  abduktor,  otot  yang  menggerakkan  anggota  menjauhi  tubuh
4.    Otot  adduktor,  otot  yang  menngerakkan  anggota  mendekati  tubuh
5.    Otot  fleksor,  otot  yang  membengkokkan  sendi  tulang  atau  melipat  sendi
6.    Otot  ekstensor,  otot  yang  meluruskan  kembali  sendi  tulang  atau  melipat  sendi
7.    Otot  pronator,  ketika  ulna  dan  radial  dalam  keadaan  sejajar
8.    Otot  supinator, ketika ulna  dan  radial  dalam  keadaan  menyilang
9.    Endorotasi,  memutar  ke  dalam
10.               Eksorotasi,  memutar  keluar
11.               Dilatasi,  memanjangkan  otot
12.               Kontraksi,  memendekkan  otot
2.3. Otot Kerangka Tubuh
1.    Otot  kepala
a.       Otot  pundak  kepala,  berfungsi  membentuk  gales  aponeurotika  disebut  juga  muskulus  oksipitifrontalis,  terbagi  dua  bagian:
1)        Muskulus  frontalis,  berfungsi  mengerutkan  dahi  dan  menarik  dahi  mata
2)      Oksipitalis  frontalis,  menarik  kulit  kebelakang
b.      Otot  wajah  terbagi  atas:
1)        Muskulus  rektus  okuli  dan  Muskulus  oblikus  okuli  berfungsi  memutar  mata
2)        Muskulus  orbikularis  okuli,  berfungsi  sebagai  penutup  mata  atau  otot  sfingter  okuli
3)        Muskulus  levator  palpebra  superior,  berfungsi  menarik,  mengangkat  kelopak  mata  atas  ketika  membuka  mata
c.       Otot   mulut,  bibir,  dan  pipi  terbagi  atas:
1)        Muskulus  triangularis  dan  muskulus  orbikularis  oris,  berfungsi  menarik  sudut  nulut  ke  bawah
2)        Muskulus  quadratus  labii  superior,  berfungsi  menarik  bibir  ke  atas
3)        Muskulus  quadratus  labii  inferior,  berfungsi  menarik  bibir  ke  bawah   membentuk  mimik  muka  ke  bawah
4)        Muskulus  buksinator,  membentuk  dinding  samping  rongga  mulut  berfungsi  menahan  makanan  ketika  mengunyah.
5)        Muskulus  zigomatikus,  berfungsi  mengangkat  dagu  mulut  ke  atas  ketika  senyum.
d.      Otot  pengunyah,  terbagi  atas:
1)        Muskulus  maseter,  berfungsi  mengangkat  rahang  bawah  ketika  mulut  terbuka.
2)        Muskulus  temporalis,  berfungsi  menarik  rahang  bawah  ke  atas  dan  ke  belakang.
3)        Muskulus  pteregoid  internus  dan  eksternus,  berfungsi  menarik  rahang  bawah  ke  depan.
e.       Otot  lidah,  membantu  pancaindera  untuk  mengunyah,   terbagi  atas  :
1)        Muskulus  genioglosus,  berfungsi  mendorong  lidah  ke  depan
2)        Muskulus  stiloglosus,  berfungsi  menarik  lidah  ke  atas  dan  ke  belakang
3)        Muskulus  genioglosus,  berfungsi  mendorong  lidah  ke  depan




Description: H:\gambar otot\head_muscles.jpg





Gambar 2.1. Otot Pada Bagian Kepala
2.    Otot  leher
a.    Muskulus  platisma, terdapat di samping leher menutupi sampai bagian dada. berfungsi menekan mandibula, menarik bibir ke bawah dan mengerutkan  kulit bibir.
b.    Muskulus sternokleidomastoid disamping kiri kanan leher ada suatu tendo sangat kuat. Fungsinya menarik kepala ke samping, ke kiri, dan ke kanan, memutar kepala dan kalau keduannya bekerja sama merupakan fleksi kepala ke depan disamping itu sebagai alat bantu pernafasan.
c.    Muskulus longisimus kapitis, terdiri dari splenius dan semispinalis kapitis. Ketiga otot ini terdapat di belakang leher, terbentang dari belakang kepala ke prosesus spinalis korakoid. Fungsinya untuk menarik kepala belakang dan menggelengkan kepala.

Description: 707px-musculi_coli_base_svg.png




Gambar 2.2. Otot Pada Bagian Leher
3.    Otot  bahu
a.    M. Deltoid  (otot segitiga),  otot ini membentuk lengkung bahu dan berpangkal  di bagian  sisi  tulang  selangka  ujung  bahu,  balung tulang belikat dan diafise tulang pangkal lengan. Di antara  otot ini dan taju  besar   tulang   pangkal lengan terdapat  kandung lendir. Fungsinya  mengangkat lengan  sampai  mendatar.
b.    M. Subskapularis  ( otot  depan  tulang  belikat )  otot  ini  mulai  dari  bagian  depan  tulang  belikat,  menuju  taju  kecil  tulang  pangkal  lengan,  di  bawah uratnya  terdapat  kandung lendir.  Fungsinya  menengahkan  dan  memutar tulang  humerus  ke  dalam.
c.    M. Supraspinatus  (otot  atas  balung  tulang  belikat ).  Otot  ini  berpangkal  dilekuk  sebelah  atas  menuju  ke  taju  besar  tulang pangkal lengan. fungsinya  mengangkat  lengan.

d.   M. Infraspinatus  ( otot  bawah  balung  tulang  belikat ).  Otot  ini  berpangkal dilekuk  sebelah  bawah  balung  tulang  belikat  dan  menuju  ke  taju  besar tulang  pangkal  lengan.  Fungsinya  memutar  lengan  keluar.
1)   M. Teres  Mayor  ( otot  lengan  bulat  besar ).  Otot  ini  berpangkal  di siku  bawah  tulang  belikat  dan  menuju  ke  taju  kecil  tulang pangkal  lengan.  Di  antar  otot  lengan  bulat  kecil  dan  otot  lengan  lengan  bulat  besar  terdapat  kepala  yang  panjang  dari  muskulus triseps  brakii.  Fungsinya  bisa  memutar  lengan  ke  dalam.
2)   Description: sakit-pinggang.jpgM. Teres  Minor  ( otot  lengan  belikat  kecil ).  Otot  ini  berpangkal disiku  sebelah  luar  tulang  belikat  dan  menuju  ke  taju  besar  tulang  pangkal.  Fungsinya  memutar  lengan  ke  luar.







Gambar 2.3. Otot Pada Bagian Bahu

4.    Otot  dada
Otot  dada  besar  ( muskulus  pektoralis  mayor ).  Pangkalnya  terdapat diujung  tengah  selangka,  tulang  dada  dan  rawan  iga.  Fungsinya  dapat memutar  lengan  ke dalam  dan  menengahkan  lengan,  menarik  lengan melalui  dada,  merapatkan  lengan  ke  dalam.
a.     Otot  dada  kecil  (muskulus  pektoralis  minor ). Terdapat  di  bawah  otot dada  besar,  berpangkal  di iga   III,  IV,   dan  V  menuju  ke  prosesus korakoid. Fungsinya  menaikkan  tulang  belikat  dan  menekan  bahu.
b.    Otot  bawah  selangka  ( muskulus sublavikula ) . Terdapat  di antar  tulang selangka dan ujung iga I, bagian  dada  atas  sebelah  bawah  os  klavikula. Fungsinya  menentapkan  tulang  selangka  disendi  sebelah  tulang  dada  dan menekan  sendi  bahu  ke  bawah  dan  kedepan.
c.     Otot  gergaji  depan  ( muskulus  seratus  anterior ).  Berpangkal  di  iga  I sampai  IX  dan  menuju  ke  sisi  tengah  tulang  belikat,  tetapi  yang terbanyak  menuju  ke  bawah.
d.    Otot  dada  sejati  yaitu  otot – otot  sela  iga  luar  dan  otot  sela – sela  iga dalam.  Fungsinya  mengangkat  dan  menurunkan  iga  waktu  bernapas.  Otot dada  bagian  dalam  disebut  juga  otot  dada  sejati,  yaitu  dada  yang membantu  pernapasan  terdiri  dari.
1)        Muskulus  interkostalis  eksternal  dan  internal  terdapat  diantara tulang – tulang  iga.  Fungsinya  mengangkat  dan  menurunkan  tulang iga  ke  atas  dan  ke  bawah  pada  waktu  bernapas.
2)        Description: mus7atl.jpgMuskulus  diafragmatikus,  merupakan alat istimewa yang ditengahnya  mempunyai aponeurosis yang disebut sentrum tendineum. Bentuknya melengkung ke atas mengahadap ke rongga toraks, mempunyai  lobang  tempat  lalu  aorta vena kava dan esofagus.  Fungsinya  menjadi  batas  antara  rongga  dada  dan  rongga perut. Kontraksi dan relaksasinya memperkecil serta memperbesar  rongga  dada  waktu  bernapas.




Gambar 2.4. Otot Pada Bagian Dada



5.        Otot  perut
a.     Muskulus  abdominis  inetrnal  ( dinding  perut ).  Garis  di  tengah  dinding perut  dinamakan  linea  alba, otot sebelah luar ( muskulus abdominis ekternal).  Otot  yang tebal dinamakan aponeurosis,  membentuk  kandung otot  yang  terdapat  disebelah  kiri  dan  kanan  linea  itu.
b.    Lapisan  sebelah  luar  sekali  di bentuk  otot  miring  luar  ( muskulus  obliqus eksternus  abdominasi ).  Berpangkal  pada  iga  V  yang  bawah  sekali. Serabut  ototnya  yang  sebelah  belakang  menuju  ke  tepi  tulang  panggul ( krista  iliaka ).  Serabut  yang  depan  menuju  linea  alba.  Serabut  yang tengah  membentuk  ikat  yang  terbentang  dari  spina  iliaka  anterior superior  ke  simfisis.
c.     Lapisan  kedua  dibawah  otot  di bentuk  oleh  otot  perut  dalam ( M.obliqua internus abdominis). Serabut miring menuju ke atas  dan ke tengah . Aponeurosis  terbagi 2 dan  ikut  membentuk  kandung  otot  perut  lurus mulai  dari  pedang  rawan iga  III  dibawah  dan  menuju  ke  simfisis.  Otot ini  mempunyai  4  urat  melintang.
d.    Muskulus  transversus  abdominis,  merupakan  xifoid  menuju  artikule  ke kosta  III  terus  ke  simfisis.  Otot  ini  membentuk  4  buah  urat  yang bentuknya  melintang  dibungkus  oleh  muskulus rektus abdominis otot vagina.
Otot  yang  masuk  ke  dalam  formasi  bagian  bawah  dinding  perut  atau dinding  abdominal  posterior:
1)      Muskulus Psoas, terletak di belakang difragma bagian bawah mediastinum, berhubungan  dengan  quadratus  lumborum  di  dalamnya terdapat  arteri,  vena  dan  kelenjar  limfe.
2)      Muskulus  Iliakus  terdapat  pada  sisi  tulang  ilium,  sebelah  belakang berfungsi  menopang  sekum,  dan  sebelah  depan  menyentuh  kolon  desendens.
Description: mid.jpg




Gambar 2.5. Otot Pada Bagian Perut




6.        Otot Punggung
a.    Otot  yang  menggerakkan  lengan
1)      Trapezius ( otot kerudung ).  Terdapat  di  semua  ruas – ruas  tulang punggung. Berpangkal di tulang kepala belakang. Fungsinya mengangkat  dan  menarik  sendi  bahu.  Bagian  atas  menarik  skapula  ke  bagian  medial  dan  yang  bawah  menarik  ke  bagian lateral.
2)      Muskulus  latisimus  dorsi  ( otot  punggung  lebar ),  berpangkal  pada ruas  tulang  punggung  yang  kelima  dari  bawah  fasia  lumboid,  tepi tulang  punggung dan iga III dibawah, gunanya menutupi ketiak bagian  belakang,  menengahkan  dan  memutar  tulang  pangkal lengan  kedalam.
3)      Muskulus  rumbhoid  ( otot  belah  ketupat ),  berpangkal  dari  taju  duri,  dari  tulang  leher  V,  ruas  tulang  punggung  V,  di  sini  menuju  ke  pinggir  tengah  tulang  belikat.  Gunanya  menggerakkan tulang  belikat  ke  atas  dan  ke  tengah.

Description: H:\Gambar anatomi\2012_03_15\IMG_0013.jpg
Description: H:\Gambar anatomi\2012_03_15\IMG_0014.jpg
Gambar 2.6. Otot Pada Bagian Lengan
b.    Otot  antara  ruang  tulang  belakang  dan  iga
Otot yang bekerja menggerakkan tulang iga atau otot bantu pernafasan terdiri dari  dua   otot yaitu :
1)      Muskulus Seratus posterior inferior atau otot gergaji belakang bawah  Terletak dibawah otot punggung lebar, berpanggal di fasia lumbodorsalis  dan  menuju  ke  iga  V  dari  bawah  berfungsi  menarik  tulang  iga  ke  bawah  pada  waktu  bernafas.
2)      Musklus  seratus  posterior,  terletak  di  bawah  otot  belah  ketupat dan  berpangkal  di  ruas  tulang  leher  ke  enam  dan  ke  tujuh  dari ruas  tulang  puggung  yang  ke 2. Gunanya menarik  tulang  iga ke atas waktu  inspirasi.
c.    Otot  punggung  sejati
1)   Muskulus  interspinalis  tranversi  dan  muskulus semispinalis, terdapat  antara  kiri  kanan  prosesus  tranversus  dan  prosesus  spina. Fungsinya  untuk  sikap  dan  pergerakan  tulang  belakang.
2)   Muskulus  sakrospinalis  ( muskulus  eroktor spina) terletak di samping  ruas  tulang  belakang  kiri dan kanan. Fungsinya memelihara  dan menjaga kedudukan kolumna vertebra dan pergerakan  dari  ruas  tulang  belakang.
3)   Muskulus  quadratus  luborum,  terletak  antara  krista  iliaka  dan  os kosta, terdiri dari dua lapisan; fleksi dari vertebra  lumbalis dan diamping  itu  juga  merupakan  dinding  bagian belakang rongga perut.




d.   Otot  pangkal  lengan  atas
1)   Otot – otot  ketul  atau  fleksor  terdiri  dari  :
a)    Muskulus  bisep  braki  (otot  lengan  berkepala  dua)  otot  ini meliputi  dua  buah  sendi  dan  mempunyai  dua  buah  kepala (kaput).  Berfungsi  membengkokkan  lengan bawah siku meratakan  hasta  dan  mengangkat  lengan.
b)   Muskulus  brakialis  (otot  lengan  dalam).  Otot  ini  berpangkal di bawah  otot  segi  tiga  di  tulang  pangkal  lengan  dan  menuju taju  di  pangkal  tulang  hasta  berfungsi  membengkokkan  lengan bawah  siku.
c)    Muskulus  korakobrakialis  otot ini berpangkal di prosesus korakoid dan menuju ke tulang pangkal lengan. Funginya mengangkat  lengan.
2)   Otot – otot  kedang  ( ekstensor )
Kepala  berpangkal  di  sebelah  belakang  tulang  pangkal  lengan dan  menuju  ke bawah  kemudian  bersatu  dengan  yang  lain.
a)    Kepala  dalam  di mulai  di  sebelah  dalam  tulang  pangkal  lengan.
b)   Kepala  panjang  di mulai  pada tulang dibawah sendi dan ketiganya  mempunyai  sebelah  urat  yang  melekat  di  olekrani.


e.    Otot  lengan  bawah
1)   Otot­ – otot   kedang  yang  memainkan  peranannya  dalam  pengetulan  di  atas  sendi  siku,  sendi – sendi  tangan,  sendi – jari,  dan  sebagian   dalam   gerak   silang   hasta,   yaitu  :
a)      Muskulus  ekstensor  karpi  radialis  longus (ekstensi lengan).
b)      Muskulus  ekstensor  karpi  radialis  brevis (ekstensi lengan).
c)      Muskulus  ekstensor  karpi  ulnaris (ekstensi lengan).
d)     Digitorum  karpi  radialis,  berfungsi  ekstensi  tangan  kecuali  ibu  jari.
e)      Muskulus  ekstensor  policis  longus,  berfungsi  ekstensi  ibu  jari.
2)   Otot – otot  ketul  yang  menedangkan  siku  dan  tangan  serta  ibu  jari  dan  meratakan  hasta  tangan,  otot  ini  berkumpul  sebagai  berikut  :
a)     Otot – otot  di  sebelah  telapak  tangan.  Otot  ini  ada  empat  lapis.  Lapis  ke-dua disebelah  luar  pangkal  tulang adalah  pangkal  lengan.  Di  dalam   lapisan   pertama  terdapat  otot-otot   yang  meliputi  sendi  siku,  sendi  antara  hasta  dan  tulang  pengumpil  sendi  di  pergelangan tangan.  Berfungsi  membengkokkan  jari  tangan.  Lapisan  yang  ke-empat  ialah  otot-otot  untuk  sendi-sendi  antara  tulang  hasta  dan  tulang  pengumpil.  Di  antara  otot – otot  ini  disebut  :
(1)     Otot  silang  hasta  bulat  ( muskilus  pronator  teres )  berfungsi  mengerjakan  silang  hasta  dan  membengkokkan  lengan  bawah  siku.
(2)     Otot-otot  ketul  untuk  tangan  dan  jari  tangan  (muskulus          palmaris  ulnaris)  berfungsi  mengetulkan  lengan.
(3)     Muskulus  palmaris  longus.
(4)     Muskulus  fleksor  karpi  radialis.
(5)     Muskulus  fleksor  digitor  sublimis. Berfungsi dalam proses fleksi  jari telunjuk  dan  kelingking.
(6)     Muskulus  fleksor  policis  longus  berfungsi  dalam proses fleksi  jari ke  1,  2,  3,  4.
(7)     Muskulus  fleksor  policis  longus  berfungsi  memfleksikan  ibu  jari
b)   Otot  yang  bekerja  memutar  radialis  (pronator  dan  supinator).
c)    Otot-otot  disebelah  tulang  pengumpil  berfungsi  membengkokkan  lengan  di  siku,  membengkokkan  tangan  ke  arah  tulang  pengumpil  atau  tulang  hasta.
d)    Otot-otot  di  sebelah  punggung  atas,  di  sebut  otot  kedang  jari  bersama  yang  meluruskan  jari  tangan.


7.        Otot Panggul
Otot  ini  berasal  dari  tulang  panggul  atau  kolumna  vertebralis  menuju  ke  pangkal  paha. Berikut adalah bagian-bagian dari otot panggul:
a.       Sebelah  depan  bagian  dalam  dari  panggul  terdapat  :
1)      Muskulus  psoas  mayor.  Terbentang  dari  prosesus  tranfersi lumbalis  menuju  trokantel  minor  dan  iliakus.
2)      Muskulus  iliakus,  berasal  dari  fosa  iliaka  menuju  trokanter  minorMuskulus  psoas  minor  yang  terletak  di  muka  psoas manyor. Ketiga  otot  ini di sebut juga otot iliopsoas, fungsinya mengangkat dan  memutar  tungkai  ke  bagian  luar.
b.      Sebelah  belakang  bagian  luar  terdapat :
1)      Muskulus  gluteos  maksimus  merupakan  otot  yang  terbesar  yang terdapat  di  sebelah  luar  panggul  membentuk  bokong.  Fungsinya, antagonis  dari  iliopsoas  yaitu  rotasi  fleksi  dan  endorotasi  femur.
2)      Muskulus  gluteos  medius  dan  minimus,  terdapat  di bagian belakang sendi panggul dibawah gluteos maksimus. Fungsinya, abduksi  dan endorotasi dari femur dan bagian medius eksorotasi femur.



Description: H:\Gambar anatomi\2012_03_15\IMG_0001.jpg









Gambar 2.7. Otot Pada Bagian Punggung

8.        Otot Ekstremitas Bawah
a.       Otot  tungkai  atas
Otot  tungkai  atas  (otot  paha),  memiliki  selaput pembugkus  yang  sangat  kuat  dan  disebut  fasia  lata  yang  di  bagi  atas  3  golongan  yaitu  :





1)      Muskulus  abduktor  terdiri  dari  :
a)      Muskulus  abduktor  maldanus  sebelah  dalam.
b)      Muskulus  abduktor   brevis  sebelah  tengah.
c)      Muskulus  abduktor    longus  sebelah  luar.
Ketiga  otot  ini  menjadi  satu  yang  di  sebut  muskulus  abduktor  femoralis.  Fungsinya  menyelenggarakan  gerak  abduksi  pada  femur.
2)      Muskulus  ekstensor  ( quadriseps  femoris )  otot  berkepala  empat.  Otot  ini  merupakan  otot  terbesar  dari  :
-          Muskulus  rektus  femoris
-          Muskulus  vastus  leteralis  eksternal
-          Muskulus  vastus  medialis  internal
-          Muskulus  vastus  intermedial
3)      Otot  fleksor  femori  ( Terdapat  di  bagian  belakang  bagian  paha )  terdiri  dari:
a)      Biseps  femoris  otot  berkepala  dua.  Fungsinya membengkokkan  paha  dan  meluruskan  tungkai  bawah.
b)      Muskulus  semi  membranosus,  otot  seperti  selaput.  Fungsinya  membengkokkan  tungkai  bawah.
c)      Muskulus  semi  tendinosus,  otot  seperti  urat,  fungsinya membengkokkan  urat  bawah  serta  memutar  kedalam.
d)     Muskulus  sartorius,  otot  penjahit,  bentuknya  panjang  seperti  pita,  terdapat  di  bagian  paha,  fungsi  :  eksorotasi  femur  memutar  memutar  ke luar  pada  waktu  lutut  mengetul,  serta  membantu  gerakan  fleksi  femur  dan  membengkok  keluar.
b.      Otot  tungkai  bawah
Terdiri  dari:
1)      Otot  tulang  kering  depan  muskulus  tibialis  anterior.  Fungsinya  mengangkat  pinggir  kaki  sebelah  tengah  dan  membengkokkan  kaki.
2)      Muskulus  ekstensor  talangus  longus.  Fungsinya   meluruskan  jari  telunjuk  ke tengah  jari,  jari  manis  dan  kelingking  kaki.
3)      Otot  kedang  jempol,  fungsinya  meluruskan  ibu  jari  kaki.  Urat-urat  tersebut  terpaut  oleh  ikat  melintang  dan  ikan  silang  sehingga  otot  itu  bisa  membengkokkan  kaki  ke  atas.  Otot-otot  yang  terdapat   di   belakang  mata  kaki  luar  dipaut  oleh  ikat  silang  dan  ikat  melintang.  Berfungsi   dapat  mengangkat  kaki  sebelah  luar.
4)      Otot  ketul  empu  kaki  panjang  ( muskulus  falangus  longus ).  Berpangkal  pada  betis,  uratnya  melewati  tulang  jari  dan  melekat  pad  ruas  jari  kaki.  Fungsinya  membengkokkan  empu  kaki.

5)      Otot  tulang  betis  belakang  ( muskulus  tibialis  posterior ).  Berpangkal  pada  selaput  antara  tulang  dan  melekat  pada  pangkal  tulang  kaki.  Fungsinya  dapat  membengkokkan  kaki  di  sendi  tumit  dan  telapak  kaki  dan  telapak  kaki  sebelah  ke  dalam.
6)      Otot  kedang  jari  bersama.  Letaknya  di  punggung  kaki,  fungsinya  dapat  meluruskan  kaki  ( muskulus  ekstensor  falangus ).
Sel  otot  dapat  dirangsang  secara  kimia,  listrik  dan  mekanik  untuk  menimbulkan  suatu  potensial  aksi  yang  di  hantarkan  sepanjang  membran  sel.  Sel  ini  mengandung  protein  kontraktil  dan  mempunyai  mekanisme  yang  di  aktivitasi  oleh  potensial  aksi.  Kira – kira  40%  dari  seluruh  tubuh  terdiri  dari  otot  rangka,  kontraksi  dapat  di  terapkan  pada  semua  jenis  otot.
Otot  kerangka  terdiri  dari  serabut  otot  tersendiri  yang  merupakan  komplek bangunan dari  susunan  saraf.  Kebanyakan  otot  kerangka  dimulai  dan  berakhir  dalam  tendo  serta  serabut  otot  yang  tersusun  sejajar  di  antara  ujung  tendinosa,  sehingga  tenaga  kontraktil  unit  bersifat  aditif.  Tiap  serabut  otot  merupakan  suatu  sel  tunggal,  multinoklear,  panjang  dan  silindris.  Serabut  otot  di  bentuk  dari  fibril  yang  di  bagi  ke  filamen  tersendiri  dan  di  bentuk  dari  protein  kontraktil.




2.4. Mobilisasi Sesuai Tahap Tumbuh Kembang
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi.
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam rentan waktu 12 jam.
Berikut adalah mobilisasi sesuai dengan tahap tumbuh kembang:
1.      Bayi
Tulang  belakang  bayi  yang  baru  lahir  lentur  dan  kurangnya  garis   antero  posterior  yang  ada  pada  orang  dewasa.  Garis  tulang  belakang  pertama  kali  muncul  ketika  bayi  memanjangkan  leher  dari  posisi  prone.  Sejalan  dengan  pertumbuhan  dan  peningkatan  stabilitas,  tulang  belakang  torakal  menjadi  tegak,  dan  garis  tulang  belakang  lumbal  muncul,  sehingga  memungkinkan  duduk  dan  berdiri.  Sistem  muskuluskeletal  bayi  bersifat  fleksibel.  Ekstermitas  lentur  dan  persendian  memiliki  rentang  gerak  lengkap.  Pada  bayi  yang  matang,  sistem  muskuluskeletal  menjadi  lebih  kuat,  bayi   mampu  melawan  pergerakan,  meraih  dan  menggenggam  objek.  Pada  saat  bayi  tumbuh,  perkembangan  sistem  muskuluskeletal  membutuhkan  dukungan  berat  badan  untuk  berdiri  dan  berjalan.  Posturnya  aneh  kerena  kepala  dan  tubuh  bagian  atas  di  bawa  ke  depan.  Karena  berat  badan  tidak  tersebar  sama  rata  sepanjang  garris  gravitasi,  maka  postur  tidak  seimbang  dan  sering  terjadi  jatuh.
2.        Todler
akhir  masa  todler,  penampakan  postur  berkurang  keanehannya,  yaitu  garis  pada  tulang  belakang  serviks,  dan  lumbal  menonjol  serta  eversi  pada  kaki  menghilang.
3.        Anak  usia  prasekolah  dan  sekolah
Pada  usia  3  tahun,  tubuh  lebih  ramping,  lebih  tinggi,  dan  lebih  baik  keseimbangan.  Perut  yang  menonjol  berkurang,  kaki  tidak  terbuka  berjauhan,  lengan  dan  tungkai  makin  panjang.  Anak  juga  tampak  lebih  terkoordinasi.  Dari  usia  tiga  tahun  sampai  permulaan  remaja  sistem  muskuluskeletal  terus  berkembang.  Tumbuh  tulang  panjang  pada  lengan  dan  tungkai.  Otot,  ligamen,  dan  tendon  lebih  kuat,  mengakibatkan  perbaikan  postur  dan  peningkatan  kekuatan  otot.  Koordinasi  lebih  baik  memungkinkan  anak  melakukan  tugasnya  yang  membutuhkan  keterampilan  motorik  yang  baik.





4.        Remaja
Tahap  remaja  biasa  di tandai  dengan  pertumbuhan  yang  pesat.  Pertumbuhan  terkadang  tidak  seimbang.  Sehingga  remaja  tampak  aneh  dan  tidak  terrkoordinasi.  Pertumbuhan  dan  perkembangan  remaja  putri  biasa  lebih  dahulu  dibandingkan  dengan  remaja  putra.  Pinggul  membesar,  lemak  di  simpan  di  lengan  atas,  paha,  dan  bokong.  Perubahan  bentuk pada   remaja  putra  menghasilkan  pertumbuhan  tulang  panjang  dan  peningkatan  masa  otot.  Tungkai  menjadi  lebih  panjang  dan  pinggul  lebih  sempit.  Perkembangan  otot  meningkat  di  dada,  lengan,  bahu  dan  tungkai  atas.
5.        Dewasa
Orang  dewasa  yang  mempunyai  postur  dan  kesejajaran  tubuh  yang  benar  merasa  senang,  terlihat  bagus  dan  umumnya  percaya  diri.  Orang  dewasa  sehat  juga  memerlukan  perkembangan  muskuluskeletal  dan  koordinasi  untuk  melakukan  aktivitas  sehari-hari.  Perubahan  postur  normal  dan  kesejajaran  tubuh  orang  dewasa  terjadi  terutama  pada  wanita  hamil.  Perubahan  tersebut  akibat  respons  adaptif  tubuh  terhadap  penambahan  berat  dan  pertumbuhan  fetus.  Pusat  gravitasi  berpindah  ke  bagian  anterior.  Wanita  hamil  bersandar  ke  belakang  dan  punggungnya  agak  lengkung.  Wanita  hamil  biasanya  mengeluh  sakit  punggung.

6.    Lansia
Kehilangan  total  massa  tulang  progresif  terjadi  pada  lansia.  Beberapa  kemungkinan  untuk  penyebab  kehilangan  ini  meliputi  aktivitas  fisik,  perubahan  hormonal,  dan  resorpsi  tulang  aktual.  Pengaruh  kehilangan   tulang  adalah  tulang  menjadi  lebih  lemah,  tulang  belakang  lebih  linak  dan  tertekan,  tulang  panjang,  kurang  resisten  untuk  membungkuk.
Selain  itu,  lansia  mengalami  perubahan  status  fungsional  sekunder  akibat  perubahan  status  mobilisasi.  Lansia  berjalan  lebih  lambat  dan  tampak  kurang  terkoordinasi.  Lansia  juga  membuat  langkah  yang  lebih  pendek,  menjaga  kaki  mereka  lebih  dekat  bersamaan,  yang  mengurangi  dasar  dukungan.  Sehingga  keseimbangan  tubuh  tidak  stabil,  dan  mereka  sangat  beresiko  jatuh  dan  cedera.










2.5. Memindahkan Klien Dengan Hydraulic Lift
1.    Pengertian
Hydraulic lift adalah  menaikkan pasien bergerak dari telentang ke posisi duduk memungkinkan aman, transfer nyaman antara tempat tidur dan kursiMeskipun sebagian besar model lift hidrolik dapat dioperasikan oleh satu orang, lebih baik untuk memiliki dua anggota staf hadir selama transfer untuk menstabilkan dan dukungan pasien.
Hoyer lift adalah alat yang menyerupai ayunan yang digunakan untuk memindahkan pasien yang terlalu berat. Hoyer lift terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a.     Boom  yaitu bagian seperti cabang yang berfungsi untuk mengangkat  pasien dimana paien akan bergantung
b.         Cradle yaitu bagian dimana selempang hoyer lift akan di gantungkan.
2.    Tujuan
a.         Membantu berpindah dan memindahkan klien yang berat yang tidak dapat berpindah sendiri.
b.         Mencegah rgangn yang tidak perlu.



3.    Jenis-jenis hoyer lift
a.          Manual
Merupakan  Hoyer lift yang cara penggunaanya masih menggunakan tuas. Dimana perawat akan menompa secara manual dengan tuas untuk mengangkut pasien ke atas dan menurunkan pasien ke bawah.
b.         Mekanik
Merupakan hoyer lift yang menggunakan tenaga baterai atau listrik.  Pada hoyer lift yanggunakan baterai , perawat tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga menompa namun dapat dengan mudah menaikkan dan menurunkan pasien dengan menggunakan control box. Dengan menekan salah satu tombol untuk mengangkat pasien dan tombol lain untuk menurunkan pasien tanpa mengeluarkan tenaga untuk menompa. Misalnya untuk memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi.
4.    Prosedur
a.          Cuci Tangan
Rasionalnya : mengurangi pemindahan mikroorganisme.
b.         Jelaskan prosedur dan yakinkan klien bahwa kewaspadaan akan dilakukan untuk mencegah jatuh.
Rasionalnya : menurunkan ansietas



c.          Berikan dan turunkan privasi selama prosedur.
Rasionalnya : menurunkan rasa malu.
d.        Tempatkan kursi di samping tempat tidur klien yang akan didudukinya (kunci rodanya, jika menggunakan kursi roda).
Rasionalnya : menempatkan kursi pada jarak dekat.
e.         Sesuaikan tinggi tempat tidur untuk kenyamanan kerja, jika menggunaka tempat tidur medis.
Rasionalnya : mencegah regangan otot dan punggung pada perawat
f.          Kunci tempat tidur jika mungkin.
Rasionalnya : mencegah tempat tifur bergerak.
g.         Tempatkan klien pada matras sebagai berikut :
Rasionalnya : memusatkan bagia tubuh yang paling berat di atas matras.
h.         Gulingkan klien ke satu sisi dan tempatkan setengah dari matras di bawah klien dari bahu ke paha tengah.
Rasionalnya : memposisikan klien pada matras dengan gerakan minimal.
i.           Gulingkan klien ke sisi lain dan selesaikan penarika matras di bawah klien.


j.           Yakinkan salah satu atau kedua sisi pembatas tempat tidur di tinggikan pada saat anda berpindah dari satu sisi ke sisi lain, jika menggunakan tempat tidur medis.
Rasionalnya : mencegah jatuh yang tidak di sengaja.
k.         Gulingkan dasar pengangkat hoyer di bawah sisi tempat tidur yang palig dekat dengan boom  pada bagian tengah tubuh klien, kunci roda pengangkat.
Rasionalnya :
1).       Menggerakkan bagian mekanis dari pengangkat ke sisi tempat tidur.
2).       Mencegah pengangkat berguling.
l.            Dengan menggunkan base-ad-justment lever, lebarkan jarak dasarnya.
Rasionalnya : memberikan stabilitas yang lebih besar untuk mengangkat.
m.       Tinggikan dan kemudian dorong jack handle ke arah mast, untuk menurunkan bagian boom ( ini diselesaikan dengan tombol yang tepat atau alat control pada hoyer elektrik).
Rasionalnya : menurunkan boom cukup dekat untuk mengait cantelan.
n.         Tempatkan tali pengikat atau cantelan rantai melalui lubang matras (pegangan tali pengikat pendek masuk ke lubang di belakang dan cantelan panjang mengikat masuk ke lubang pada ujung yang lain), untuk meyakinkan bahwa cantelan tidak menekan kulit klien.
Rasionalnya : menguatkan penempatan cantelan pada lubang matras, melekatkan seluruh alat pada matras.
o.         Letakkan semua alat, jalur IV, dan drain dekat dengan klien sehingga tidak terjadi perubahan posisi dan matikan drain, jika perlu (ingat untuk membukanya kembali setelah memindahka klien).
Rasionalnya : mencegah perubahan posisi yang tidak disengaja dan cedera pada klien. Mencegah refluk drainase,
p.         Intruksikan klien untuk melipat lengan berlawanan di atas dada.
Rasionalnya : mencegah cedera yang tidak di sengaja.
q.         Dengan menggunakan jack handle, pompa jack sampe matras menutupi tempat tidur kira-kira 6 inci dan katup kencang.
Rasionalnya : dengan hati-hati mengkaji stabilitas klien dan memusat pada matras.
r.          Tentukan apakah klien tersokong penuh dan dapat mempertahankan sokongan kepala. Berikan penyokong kepala sesuai kebutuhan selama prosedur.
Rasionalnya : mengkaji stabilitas berat dan penempatan.
s.          Buka kunci roda dan tarik pengngkat hoyer lurus ke belakang dan menjauh dari tempat tidur, instruksikan asisten untuk memberikan sokongan pada peralatan dan kaki klien selama prosedur.
Rasionalnya : meningkatkan stabilitas.


t.          Berpindah ke kursi dengan membuka ujung dasar pengangkat kursi, lanjutkan sampai punggung klien hampir rata dengan punggung kursi.
Rasionalnya : menggerakkan dan membimbing klien ke kursi.
u.         Kunci roda pengangkat.
Rasionalnya : memberikan stabilitas hoyer.
v.         Dengan perlahan angkat jack hamdle dan turunkan klien ke kursi sampai pegangan agak kendur dari matras, bombing klien ke kursi dengan tangan anda pada saat matras turun. Hindari menurunkan klien ke pegangan kursi.
Rasionalnya : menurunkan klien sampai ke kursi.
w.       Pindahkan matras (kecuali sulit untuk memindahkan atau klien akan turun dari tempat tidur untuk pertama kali).
Rasionalnya : memudahkan kenyamanan.
x.         Tempatkan slang, drain, dan alat penyokong untuk fungsi yang tepat, kenyamanan, dan keamanan :
Rasionalnya : mencegah perubahan posisi slang dan drain yang tidak di sengaja dan mempertahankan fungsi yang diperlukan.
y.         Bantal di belakang kepala untuk menjamin stabilitas klien di kursi.
z.          Sprei di atas lutut dan paha.


aa.      Restrain, jika dioerlukan (mis.. posey vest, seprei, restrain lengan)
Rasionalnya : memudahkan dukungan adekuat terhadap bagian tubuh yang lain.
bb.     Telepon dan barang-barang yang sering di gunakan dalam area terjangkau
Rasionalnya : menempatkan barang-barang yang diinginkan atau diperlukan klien dalam jangkauan, dan memudahkan komunikasi.
cc.      Kateter di lengkungkan ke bagian bawah kursi.
dd.    Penggantung IV di letakkan cukup dekat agar tidak tertarik.
ee.      Kaji toleransi klien terhadap duduk.
Rasionalnya : mengurangi resiko jatuh.
ff.       Biarkan pintu ruangan klien terbuka ketika meninggalkan ruangan, kecuali ada seseorang yang tinggal dengan klien.
Rasionalnya : memungkinkan obserasi visual terhadap klien yang sendirian.
gg.     Jelaskan pada keluarga car untuk memantau klien sesuai interval.
Rasionalnya : mengurangi resiko jatuh.
hh.     Kembalikan klien ke tempat tidur dengan menggunakan langkah-langkah di atas.
Rasionalnya : mencegah cedera dan ketidak nyamanan selama pemindahan.

ii.         Cuci tangan dan simpan peralatan.
Rasionalnya : menurunkan perpindahan mikroorganisme, dan meningkatkan kebersihan lingkungan.
2.6. Melatih Berjalan Klien Dengan Kruk Lofstrand
1.    Pengertian
Lofstrand (kruk lengan bawah) adalah alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan mobilisasi yang memiliki sebuah pegangan tangan dan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah yannnnnng keduanya diatur agar sesuai dengan tinggi klien.
2.    Tujuan
a.         Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.
b.         Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.
3.    Indikasi
a.         Pasien dengan kerusakan ligamen di lutut atau tumit.
b.         Pasien paralisis ekstermitas bawah.
c.         Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi.
d.         Klien amputasi kaki: di atas atau di bawah lutut.
e.         Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhungan dengan nyeri dan kerusakan musculoskeletal.

4.    Kontraindikasi      
a.  Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, insisi, dan drainase.
b.  Klien yang potensial kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan turgor kulit.
5.    Persiapan alat
a.  Menyediakan kruk lofstrand.
b.   Ghoniometer.
c.  Melakukan pengukuran kruk yang meliputi area tinggi klien, jarak antara bantalan kruk dengan aksila atau siku dan sudut fleksi siku.
d. Pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metode berikut, dengan klien berada pada posisi supine atau berdiri.
6.    Prosedur
a.  Kaji toleransi aktifitas, kekuatan, nyeri, koordinasi, kemampuan fungsional, dan penyakit serta cedera.
b.  Menjelaskan prosedur kepada klien dan keluarga.
c.   Memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak adanya rintangan pada jalan klien.
d.  Menentukan tempat istirahat klien setelah latihan.
e.  Minta klien berdiri dengan posisi tripod, sebelum berjalan dengan kruk.
f.    Atur kesejajaran kaki dan tubuh klien.

g.  Berdiri dengan kedua kaki dan kruk tepat menyangga siku lengan.
h.  Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan kaki yang berlawanan (misalnya kruk kanan dengan kaki kiri).
i.    Klien mengulangi urutan cara ini dengan kruk dan kaki yang lain.

2.7. Pengkajian ADL Menggunakan Barthel Indek
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito &  Setiabudi, 2009).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2013) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005).
a)         Macam-Macam ADL
1)           ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
2)          ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
3)           ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4)           ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.
b)        Cara Pengukuran ADL Menggunakan Indeks Barthel
Indeks Barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas. Mao dkk mengungkapkan bahwa IB dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan, terutama pada pasien pasca stroke.


Tabel 2.2.Indeks Barthel
No.
Item yang dinilai
Dibantu
Mandiri
1.
Makan (bila makanan harus dipotong-potong dulu=dibantu)
5
10
2.
transfer dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali (termasuk duduk di bed)
5-10
15
3.
Higieni personal (cuci muka, menyisir, bercukur jenggot, gosok gigi)
0
5
4.
Naik & turun kloset/ WC (melepas/memakai pakaian, cawik, menyiram WC)
5
10
5.
Mandi
0
5
6.
Berjalan di permukaaan datar
(atau bila tidak dapat berjalan, dapat mengayuh kursi roda sendiri)
10
0
15
5
7.
Naik & turun tangga
5
10
8.
Berpakaian(termasuk memakai tali sepatu, menutup resleting)
5
10
9.
Mengontrol anus
5
10
10.
Mengontrol kandung kemih
5
10
Sumber : Sugiarto,2005
IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial. Item-item dalam IB dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien. IB merupakan skala yang diambil dari catatan medik penderita, pengamatan langsung atau dicatat sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 10 menit (Sugiarto,2005).
IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang berkisar antara 0-100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih mandiri.
Tabel 2.3.Penilaian Skor IB
Penulis
Interpretasi
Shah dkk

0-20 Dependen Total
21-60 Dependen Berat
61-90 Dependen Sedang
91-99 Dependen Ringan
100     Independen/Mandiri
Lazar dkk
10-19 Dependen Perawatan
20-59 Perawatan diri, dibantu
60-79 Kursi roda, dibantu
80-89 Kursi roda, independen/mandiri
90-99 Ambulatori, dibantu
100     Independen/Mandiri
Granger
0-20 Dependen Total
21-40 Dependen Berat
41-60 Dependen Sedang
61-90 Dependen Ringan
91-100 Mandiri
Sumber : Sugiarto,2005.
IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi. Shah melaporkan koefisien konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang menunjukkan kehandalan intra dan inter-rater yang sangat baik. Wartski dan Green menguji 41 pasien dengan interval 3 minggu, ternyata hasilnya sangat konsisten. Ada 35 pasien yang skornya turun 10 poin. Collin dkk meneliti konsistensi laporan sendiri dan laporan perawat, didasarkan pengamatan klinis, pemeriksaaan dari perawat dan pemeriksaan dari fisioterapis. Ternyata koefisien konkordasi (kesesuaian) dari Kendall menunjukkan angka 0,93 yang berarti pengamatan berulang dari orang yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai (Sugiarto,2005).
Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73 dan 0,77 dengan kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB juga terbukti baik. Pada penelitian dengan stroke, persentase  meninggal dalam 6 bulan masuk rumah sakit turun secara bermakna bila skor IB tinggi saat masuk rumah sakit (Sugiarto,2005).
Intepretasi yang paling banyak digunakan adalah menurut Shah dkk karena telah dikenal luas dan cukup rinci untuk mengetahui tingkat kemandirian seseorang dalam melakukan ADL (Sugiarto,2005).












BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Kebutuhan aktivitas dan mobilisasi merupakan pembelajaran tentang konsep kebutuhan aktivitas dan mobilisasi yang meliputi anatomi fisiologi muskuluskeletal.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi.
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.

Saran:
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan laporan ini, meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita dapat mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan  laporan saya, karena saya manusia yang adalah tempat salah dan dosadan saya juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.  

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2010). Teknik Prosedural Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Kozier, dkk. (2010). Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, dan Praktikum). Jakarta: EGC
Potter & Perry. (2009).  Fundamental Keperawatan ed. 7th . Jakarta: EGC
Saratun, dkk. (2011). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, ed. 6. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ed. 8, vol. 1. Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2013). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: EGC





BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 2010). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasim secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.


1.2.       Rumusan Masalah
1.    Jelaskan jenis-jenis otot pada kerangka tubuh manusia!
2.    Bagaimana proses mobilisasi sesuai dengan tahap tumbuh kembang?
3.    Jelaskan prosedur tindakan keperawatan memindahkan pasien dengan menggunakan hydraulic lift!
4.    Jelaskan prosedur tindakan keperawatan berjalan dengan kruk lofstrand (kruk lengan bawah)!
5.    Jelaskan prosedur pengkajian “activity daily living” dengan menggunakan barthel index!
1.3.       Tujuan
1.    Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan aktivitas.
2.    Untuk mengetahui prosedur tindakan dengan baik dan benar dan terjadinya kesalahan.
3.    Untuk mendapatkan data yang benar saat menangani klien.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Otot
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika disaat  otot mengalami kediaman ataupun sengaja untuk tidak di gerakkan.
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
a.    Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari
ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b.       Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
c.       Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.





2.2. Fisiologi Otot Kerangka
Otot  merupakan  suatu  organ/alat  yang  memungkinkan  tubuh  dapat  bergerak.  Ini  adalah  suatu  sifat  penting  bagi  organisme.  Gerak  sel  terjadi  karena  sitoplasma  mengubah  bentuk.  Sitoplasma  ini  merupakan  benang-benang  halus  yang  panjang  di  sebut  miofibril.  Kalau  sel  otot  mendapat  rangsangan  maka  miofibril  akan  memendek.
Dalam  garis  besarnya  sel  otot  dapat  di  bagi  dalam  tiga  golongan,  yaitu  :
1.         Otot  motoritas,  di  sebut  juga  otot  serat  lintang  oleh  karena  di  dalamnya  proplasma  mempunyai  garis – garis  melintang.  Pada  umumnya  otot  ini  melekat  pada  kerangka  sehingga  di  sebut  juga  otot  kerangka.  Otot  ini  dapat  bergerak  menurut  kemauan  kita  ( otot  sadar ),  pergerakannya  cepat  tetapi  lekas  lelah,  rangsangan  di  alirkan  melalui  saraf  motoris.
2.         Otot  otonom,  di  sebut  juga  otot  polos  karena  protoplasmanya  licin  tidak  mempunyai  garis – garis  melintang.  Otot  ini  terdapat  di  alat – alat  dalam  seperti  ventrikulus,  usus,  kandung  kemih,  pembuluh  darah  dan  lain – lain,  dapat  bekerja  di  luar  kemauan  kita  ( otot  tidak  sadar )  oleh  karena  rangsangannya  melalui  saraf  otonom.


3.         Otot  jantung,  bentuknya  menyerupai  otot  serat  lintang  di  dalam  sel  proptoplasmanya  terdapat  serabut – serabut  melintang  yang  bercabang – cabang  tetapi  kalau  kita  melihat  fungsinya  seperti  otot  polos,  dapat  bergerak  sendiri  secara  otomatis  karena  ia  mendapat  rangsangan  dari  susunan  otonom.  Otot  semacam  ini  hanya  terdapat  pada  jantung  yang  mempunyai  fungsi  tersendiri.  Sebagian  besar  otot  tubuh  ini  melekat  pada  kerangka,  dapat  bergerak  secara  aktif  sehingga  dapat  menggerakkan  bagian -  bagian  kerangka  dalam  suatu  letak  yang  tertentu.  Jadi  otot  karangka  merupakan  sebuah  alat  yang  menguasai  gerak  aktif  dan  memelihara  sikap  tubuh.
Proses terjadinya pergerakan kontraksi pada otot:
Otot  dapat  mengadakan  kontraksi  dengan  cepat,  apabila  ia  mendapat  rangsangan  dari  luar  berupa  rangsangan  arus  listrik,  rangsangan  mekanis  panas,  dingin  dan  lain – lain.  Dalam  keadaan  sehari – hari  otot  ini  bekerja  atau  berkontraksi  menurut  pengaruh  atau  perintah  yang  datang  dari  susunan  saraf  motoris.
Tiap  otot  di  kelilingi  oleh  jaringan  yang  merupakan  selaput  pembungkus  yang  disebut  perimisium/fasia.  Fasia  ini  selain  sebagai  pembungkus  otot  juga  berfungsi  :
1.      Menahan  dan  melindungi  otot  supaya  otot  tetap  pada  tempatnya
2.      Tempat  asal/origo  dari  beberapa  otot
3.      Tempat  letaknya  pembuluh  darah  dan  saraf  untuk  jaringan  otot
Macam-macam dari jenis otot:
Menurut  bentuk  dan  serabutnya,  meliputi  otot  serabut  sejajar  atau  bentuk  kumparan,  otot  bentuk  kipas,  atau  bersirip  dan  otot  melingkar/sfingter. Menurut  jumlah  kepalanya,  meliputi:
1.    Otot  berkepala  dua
2.    Otot  berkepala  tiga (Trisep)
3.    Otot  berkepala  empat(Quadrise)
Menurut fungsinya dan kerjanya adalah sebagai berikut:
1.    Otot  sinergis,  otot  bekerja  sama
2.    Otot  antagonis,  otot  yang  bekerja  berlawanan
3.    Otot  abduktor,  otot  yang  menggerakkan  anggota  menjauhi  tubuh
4.    Otot  adduktor,  otot  yang  menngerakkan  anggota  mendekati  tubuh
5.    Otot  fleksor,  otot  yang  membengkokkan  sendi  tulang  atau  melipat  sendi
6.    Otot  ekstensor,  otot  yang  meluruskan  kembali  sendi  tulang  atau  melipat  sendi
7.    Otot  pronator,  ketika  ulna  dan  radial  dalam  keadaan  sejajar
8.    Otot  supinator, ketika ulna  dan  radial  dalam  keadaan  menyilang
9.    Endorotasi,  memutar  ke  dalam
10.               Eksorotasi,  memutar  keluar
11.               Dilatasi,  memanjangkan  otot
12.               Kontraksi,  memendekkan  otot
2.3. Otot Kerangka Tubuh
1.    Otot  kepala
a.       Otot  pundak  kepala,  berfungsi  membentuk  gales  aponeurotika  disebut  juga  muskulus  oksipitifrontalis,  terbagi  dua  bagian:
1)        Muskulus  frontalis,  berfungsi  mengerutkan  dahi  dan  menarik  dahi  mata
2)      Oksipitalis  frontalis,  menarik  kulit  kebelakang
b.      Otot  wajah  terbagi  atas:
1)        Muskulus  rektus  okuli  dan  Muskulus  oblikus  okuli  berfungsi  memutar  mata
2)        Muskulus  orbikularis  okuli,  berfungsi  sebagai  penutup  mata  atau  otot  sfingter  okuli
3)        Muskulus  levator  palpebra  superior,  berfungsi  menarik,  mengangkat  kelopak  mata  atas  ketika  membuka  mata
c.       Otot   mulut,  bibir,  dan  pipi  terbagi  atas:
1)        Muskulus  triangularis  dan  muskulus  orbikularis  oris,  berfungsi  menarik  sudut  nulut  ke  bawah
2)        Muskulus  quadratus  labii  superior,  berfungsi  menarik  bibir  ke  atas
3)        Muskulus  quadratus  labii  inferior,  berfungsi  menarik  bibir  ke  bawah   membentuk  mimik  muka  ke  bawah
4)        Muskulus  buksinator,  membentuk  dinding  samping  rongga  mulut  berfungsi  menahan  makanan  ketika  mengunyah.
5)        Muskulus  zigomatikus,  berfungsi  mengangkat  dagu  mulut  ke  atas  ketika  senyum.
d.      Otot  pengunyah,  terbagi  atas:
1)        Muskulus  maseter,  berfungsi  mengangkat  rahang  bawah  ketika  mulut  terbuka.
2)        Muskulus  temporalis,  berfungsi  menarik  rahang  bawah  ke  atas  dan  ke  belakang.
3)        Muskulus  pteregoid  internus  dan  eksternus,  berfungsi  menarik  rahang  bawah  ke  depan.
e.       Otot  lidah,  membantu  pancaindera  untuk  mengunyah,   terbagi  atas  :
1)        Muskulus  genioglosus,  berfungsi  mendorong  lidah  ke  depan
2)        Muskulus  stiloglosus,  berfungsi  menarik  lidah  ke  atas  dan  ke  belakang
3)        Muskulus  genioglosus,  berfungsi  mendorong  lidah  ke  depan




Description: H:\gambar otot\head_muscles.jpg





Gambar 2.1. Otot Pada Bagian Kepala
2.    Otot  leher
a.    Muskulus  platisma, terdapat di samping leher menutupi sampai bagian dada. berfungsi menekan mandibula, menarik bibir ke bawah dan mengerutkan  kulit bibir.
b.    Muskulus sternokleidomastoid disamping kiri kanan leher ada suatu tendo sangat kuat. Fungsinya menarik kepala ke samping, ke kiri, dan ke kanan, memutar kepala dan kalau keduannya bekerja sama merupakan fleksi kepala ke depan disamping itu sebagai alat bantu pernafasan.
c.    Muskulus longisimus kapitis, terdiri dari splenius dan semispinalis kapitis. Ketiga otot ini terdapat di belakang leher, terbentang dari belakang kepala ke prosesus spinalis korakoid. Fungsinya untuk menarik kepala belakang dan menggelengkan kepala.

Description: 707px-musculi_coli_base_svg.png




Gambar 2.2. Otot Pada Bagian Leher
3.    Otot  bahu
a.    M. Deltoid  (otot segitiga),  otot ini membentuk lengkung bahu dan berpangkal  di bagian  sisi  tulang  selangka  ujung  bahu,  balung tulang belikat dan diafise tulang pangkal lengan. Di antara  otot ini dan taju  besar   tulang   pangkal lengan terdapat  kandung lendir. Fungsinya  mengangkat lengan  sampai  mendatar.
b.    M. Subskapularis  ( otot  depan  tulang  belikat )  otot  ini  mulai  dari  bagian  depan  tulang  belikat,  menuju  taju  kecil  tulang  pangkal  lengan,  di  bawah uratnya  terdapat  kandung lendir.  Fungsinya  menengahkan  dan  memutar tulang  humerus  ke  dalam.
c.    M. Supraspinatus  (otot  atas  balung  tulang  belikat ).  Otot  ini  berpangkal  dilekuk  sebelah  atas  menuju  ke  taju  besar  tulang pangkal lengan. fungsinya  mengangkat  lengan.

d.   M. Infraspinatus  ( otot  bawah  balung  tulang  belikat ).  Otot  ini  berpangkal dilekuk  sebelah  bawah  balung  tulang  belikat  dan  menuju  ke  taju  besar tulang  pangkal  lengan.  Fungsinya  memutar  lengan  keluar.
1)   M. Teres  Mayor  ( otot  lengan  bulat  besar ).  Otot  ini  berpangkal  di siku  bawah  tulang  belikat  dan  menuju  ke  taju  kecil  tulang pangkal  lengan.  Di  antar  otot  lengan  bulat  kecil  dan  otot  lengan  lengan  bulat  besar  terdapat  kepala  yang  panjang  dari  muskulus triseps  brakii.  Fungsinya  bisa  memutar  lengan  ke  dalam.
2)   Description: sakit-pinggang.jpgM. Teres  Minor  ( otot  lengan  belikat  kecil ).  Otot  ini  berpangkal disiku  sebelah  luar  tulang  belikat  dan  menuju  ke  taju  besar  tulang  pangkal.  Fungsinya  memutar  lengan  ke  luar.







Gambar 2.3. Otot Pada Bagian Bahu

4.    Otot  dada
Otot  dada  besar  ( muskulus  pektoralis  mayor ).  Pangkalnya  terdapat diujung  tengah  selangka,  tulang  dada  dan  rawan  iga.  Fungsinya  dapat memutar  lengan  ke dalam  dan  menengahkan  lengan,  menarik  lengan melalui  dada,  merapatkan  lengan  ke  dalam.
a.     Otot  dada  kecil  (muskulus  pektoralis  minor ). Terdapat  di  bawah  otot dada  besar,  berpangkal  di iga   III,  IV,   dan  V  menuju  ke  prosesus korakoid. Fungsinya  menaikkan  tulang  belikat  dan  menekan  bahu.
b.    Otot  bawah  selangka  ( muskulus sublavikula ) . Terdapat  di antar  tulang selangka dan ujung iga I, bagian  dada  atas  sebelah  bawah  os  klavikula. Fungsinya  menentapkan  tulang  selangka  disendi  sebelah  tulang  dada  dan menekan  sendi  bahu  ke  bawah  dan  kedepan.
c.     Otot  gergaji  depan  ( muskulus  seratus  anterior ).  Berpangkal  di  iga  I sampai  IX  dan  menuju  ke  sisi  tengah  tulang  belikat,  tetapi  yang terbanyak  menuju  ke  bawah.
d.    Otot  dada  sejati  yaitu  otot – otot  sela  iga  luar  dan  otot  sela – sela  iga dalam.  Fungsinya  mengangkat  dan  menurunkan  iga  waktu  bernapas.  Otot dada  bagian  dalam  disebut  juga  otot  dada  sejati,  yaitu  dada  yang membantu  pernapasan  terdiri  dari.
1)        Muskulus  interkostalis  eksternal  dan  internal  terdapat  diantara tulang – tulang  iga.  Fungsinya  mengangkat  dan  menurunkan  tulang iga  ke  atas  dan  ke  bawah  pada  waktu  bernapas.
2)        Description: mus7atl.jpgMuskulus  diafragmatikus,  merupakan alat istimewa yang ditengahnya  mempunyai aponeurosis yang disebut sentrum tendineum. Bentuknya melengkung ke atas mengahadap ke rongga toraks, mempunyai  lobang  tempat  lalu  aorta vena kava dan esofagus.  Fungsinya  menjadi  batas  antara  rongga  dada  dan  rongga perut. Kontraksi dan relaksasinya memperkecil serta memperbesar  rongga  dada  waktu  bernapas.




Gambar 2.4. Otot Pada Bagian Dada



5.        Otot  perut
a.     Muskulus  abdominis  inetrnal  ( dinding  perut ).  Garis  di  tengah  dinding perut  dinamakan  linea  alba, otot sebelah luar ( muskulus abdominis ekternal).  Otot  yang tebal dinamakan aponeurosis,  membentuk  kandung otot  yang  terdapat  disebelah  kiri  dan  kanan  linea  itu.
b.    Lapisan  sebelah  luar  sekali  di bentuk  otot  miring  luar  ( muskulus  obliqus eksternus  abdominasi ).  Berpangkal  pada  iga  V  yang  bawah  sekali. Serabut  ototnya  yang  sebelah  belakang  menuju  ke  tepi  tulang  panggul ( krista  iliaka ).  Serabut  yang  depan  menuju  linea  alba.  Serabut  yang tengah  membentuk  ikat  yang  terbentang  dari  spina  iliaka  anterior superior  ke  simfisis.
c.     Lapisan  kedua  dibawah  otot  di bentuk  oleh  otot  perut  dalam ( M.obliqua internus abdominis). Serabut miring menuju ke atas  dan ke tengah . Aponeurosis  terbagi 2 dan  ikut  membentuk  kandung  otot  perut  lurus mulai  dari  pedang  rawan iga  III  dibawah  dan  menuju  ke  simfisis.  Otot ini  mempunyai  4  urat  melintang.
d.    Muskulus  transversus  abdominis,  merupakan  xifoid  menuju  artikule  ke kosta  III  terus  ke  simfisis.  Otot  ini  membentuk  4  buah  urat  yang bentuknya  melintang  dibungkus  oleh  muskulus rektus abdominis otot vagina.
Otot  yang  masuk  ke  dalam  formasi  bagian  bawah  dinding  perut  atau dinding  abdominal  posterior:
1)      Muskulus Psoas, terletak di belakang difragma bagian bawah mediastinum, berhubungan  dengan  quadratus  lumborum  di  dalamnya terdapat  arteri,  vena  dan  kelenjar  limfe.
2)      Muskulus  Iliakus  terdapat  pada  sisi  tulang  ilium,  sebelah  belakang berfungsi  menopang  sekum,  dan  sebelah  depan  menyentuh  kolon  desendens.
Description: mid.jpg




Gambar 2.5. Otot Pada Bagian Perut




6.        Otot Punggung
a.    Otot  yang  menggerakkan  lengan
1)      Trapezius ( otot kerudung ).  Terdapat  di  semua  ruas – ruas  tulang punggung. Berpangkal di tulang kepala belakang. Fungsinya mengangkat  dan  menarik  sendi  bahu.  Bagian  atas  menarik  skapula  ke  bagian  medial  dan  yang  bawah  menarik  ke  bagian lateral.
2)      Muskulus  latisimus  dorsi  ( otot  punggung  lebar ),  berpangkal  pada ruas  tulang  punggung  yang  kelima  dari  bawah  fasia  lumboid,  tepi tulang  punggung dan iga III dibawah, gunanya menutupi ketiak bagian  belakang,  menengahkan  dan  memutar  tulang  pangkal lengan  kedalam.
3)      Muskulus  rumbhoid  ( otot  belah  ketupat ),  berpangkal  dari  taju  duri,  dari  tulang  leher  V,  ruas  tulang  punggung  V,  di  sini  menuju  ke  pinggir  tengah  tulang  belikat.  Gunanya  menggerakkan tulang  belikat  ke  atas  dan  ke  tengah.

Description: H:\Gambar anatomi\2012_03_15\IMG_0013.jpg
Description: H:\Gambar anatomi\2012_03_15\IMG_0014.jpg
Gambar 2.6. Otot Pada Bagian Lengan
b.    Otot  antara  ruang  tulang  belakang  dan  iga
Otot yang bekerja menggerakkan tulang iga atau otot bantu pernafasan terdiri dari  dua   otot yaitu :
1)      Muskulus Seratus posterior inferior atau otot gergaji belakang bawah  Terletak dibawah otot punggung lebar, berpanggal di fasia lumbodorsalis  dan  menuju  ke  iga  V  dari  bawah  berfungsi  menarik  tulang  iga  ke  bawah  pada  waktu  bernafas.
2)      Musklus  seratus  posterior,  terletak  di  bawah  otot  belah  ketupat dan  berpangkal  di  ruas  tulang  leher  ke  enam  dan  ke  tujuh  dari ruas  tulang  puggung  yang  ke 2. Gunanya menarik  tulang  iga ke atas waktu  inspirasi.
c.    Otot  punggung  sejati
1)   Muskulus  interspinalis  tranversi  dan  muskulus semispinalis, terdapat  antara  kiri  kanan  prosesus  tranversus  dan  prosesus  spina. Fungsinya  untuk  sikap  dan  pergerakan  tulang  belakang.
2)   Muskulus  sakrospinalis  ( muskulus  eroktor spina) terletak di samping  ruas  tulang  belakang  kiri dan kanan. Fungsinya memelihara  dan menjaga kedudukan kolumna vertebra dan pergerakan  dari  ruas  tulang  belakang.
3)   Muskulus  quadratus  luborum,  terletak  antara  krista  iliaka  dan  os kosta, terdiri dari dua lapisan; fleksi dari vertebra  lumbalis dan diamping  itu  juga  merupakan  dinding  bagian belakang rongga perut.




d.   Otot  pangkal  lengan  atas
1)   Otot – otot  ketul  atau  fleksor  terdiri  dari  :
a)    Muskulus  bisep  braki  (otot  lengan  berkepala  dua)  otot  ini meliputi  dua  buah  sendi  dan  mempunyai  dua  buah  kepala (kaput).  Berfungsi  membengkokkan  lengan bawah siku meratakan  hasta  dan  mengangkat  lengan.
b)   Muskulus  brakialis  (otot  lengan  dalam).  Otot  ini  berpangkal di bawah  otot  segi  tiga  di  tulang  pangkal  lengan  dan  menuju taju  di  pangkal  tulang  hasta  berfungsi  membengkokkan  lengan bawah  siku.
c)    Muskulus  korakobrakialis  otot ini berpangkal di prosesus korakoid dan menuju ke tulang pangkal lengan. Funginya mengangkat  lengan.
2)   Otot – otot  kedang  ( ekstensor )
Kepala  berpangkal  di  sebelah  belakang  tulang  pangkal  lengan dan  menuju  ke bawah  kemudian  bersatu  dengan  yang  lain.
a)    Kepala  dalam  di mulai  di  sebelah  dalam  tulang  pangkal  lengan.
b)   Kepala  panjang  di mulai  pada tulang dibawah sendi dan ketiganya  mempunyai  sebelah  urat  yang  melekat  di  olekrani.


e.    Otot  lengan  bawah
1)   Otot­ – otot   kedang  yang  memainkan  peranannya  dalam  pengetulan  di  atas  sendi  siku,  sendi – sendi  tangan,  sendi – jari,  dan  sebagian   dalam   gerak   silang   hasta,   yaitu  :
a)      Muskulus  ekstensor  karpi  radialis  longus (ekstensi lengan).
b)      Muskulus  ekstensor  karpi  radialis  brevis (ekstensi lengan).
c)      Muskulus  ekstensor  karpi  ulnaris (ekstensi lengan).
d)     Digitorum  karpi  radialis,  berfungsi  ekstensi  tangan  kecuali  ibu  jari.
e)      Muskulus  ekstensor  policis  longus,  berfungsi  ekstensi  ibu  jari.
2)   Otot – otot  ketul  yang  menedangkan  siku  dan  tangan  serta  ibu  jari  dan  meratakan  hasta  tangan,  otot  ini  berkumpul  sebagai  berikut  :
a)     Otot – otot  di  sebelah  telapak  tangan.  Otot  ini  ada  empat  lapis.  Lapis  ke-dua disebelah  luar  pangkal  tulang adalah  pangkal  lengan.  Di  dalam   lapisan   pertama  terdapat  otot-otot   yang  meliputi  sendi  siku,  sendi  antara  hasta  dan  tulang  pengumpil  sendi  di  pergelangan tangan.  Berfungsi  membengkokkan  jari  tangan.  Lapisan  yang  ke-empat  ialah  otot-otot  untuk  sendi-sendi  antara  tulang  hasta  dan  tulang  pengumpil.  Di  antara  otot – otot  ini  disebut  :
(1)     Otot  silang  hasta  bulat  ( muskilus  pronator  teres )  berfungsi  mengerjakan  silang  hasta  dan  membengkokkan  lengan  bawah  siku.
(2)     Otot-otot  ketul  untuk  tangan  dan  jari  tangan  (muskulus          palmaris  ulnaris)  berfungsi  mengetulkan  lengan.
(3)     Muskulus  palmaris  longus.
(4)     Muskulus  fleksor  karpi  radialis.
(5)     Muskulus  fleksor  digitor  sublimis. Berfungsi dalam proses fleksi  jari telunjuk  dan  kelingking.
(6)     Muskulus  fleksor  policis  longus  berfungsi  dalam proses fleksi  jari ke  1,  2,  3,  4.
(7)     Muskulus  fleksor  policis  longus  berfungsi  memfleksikan  ibu  jari
b)   Otot  yang  bekerja  memutar  radialis  (pronator  dan  supinator).
c)    Otot-otot  disebelah  tulang  pengumpil  berfungsi  membengkokkan  lengan  di  siku,  membengkokkan  tangan  ke  arah  tulang  pengumpil  atau  tulang  hasta.
d)    Otot-otot  di  sebelah  punggung  atas,  di  sebut  otot  kedang  jari  bersama  yang  meluruskan  jari  tangan.


7.        Otot Panggul
Otot  ini  berasal  dari  tulang  panggul  atau  kolumna  vertebralis  menuju  ke  pangkal  paha. Berikut adalah bagian-bagian dari otot panggul:
a.       Sebelah  depan  bagian  dalam  dari  panggul  terdapat  :
1)      Muskulus  psoas  mayor.  Terbentang  dari  prosesus  tranfersi lumbalis  menuju  trokantel  minor  dan  iliakus.
2)      Muskulus  iliakus,  berasal  dari  fosa  iliaka  menuju  trokanter  minorMuskulus  psoas  minor  yang  terletak  di  muka  psoas manyor. Ketiga  otot  ini di sebut juga otot iliopsoas, fungsinya mengangkat dan  memutar  tungkai  ke  bagian  luar.
b.      Sebelah  belakang  bagian  luar  terdapat :
1)      Muskulus  gluteos  maksimus  merupakan  otot  yang  terbesar  yang terdapat  di  sebelah  luar  panggul  membentuk  bokong.  Fungsinya, antagonis  dari  iliopsoas  yaitu  rotasi  fleksi  dan  endorotasi  femur.
2)      Muskulus  gluteos  medius  dan  minimus,  terdapat  di bagian belakang sendi panggul dibawah gluteos maksimus. Fungsinya, abduksi  dan endorotasi dari femur dan bagian medius eksorotasi femur.



Description: H:\Gambar anatomi\2012_03_15\IMG_0001.jpg









Gambar 2.7. Otot Pada Bagian Punggung

8.        Otot Ekstremitas Bawah
a.       Otot  tungkai  atas
Otot  tungkai  atas  (otot  paha),  memiliki  selaput pembugkus  yang  sangat  kuat  dan  disebut  fasia  lata  yang  di  bagi  atas  3  golongan  yaitu  :





1)      Muskulus  abduktor  terdiri  dari  :
a)      Muskulus  abduktor  maldanus  sebelah  dalam.
b)      Muskulus  abduktor   brevis  sebelah  tengah.
c)      Muskulus  abduktor    longus  sebelah  luar.
Ketiga  otot  ini  menjadi  satu  yang  di  sebut  muskulus  abduktor  femoralis.  Fungsinya  menyelenggarakan  gerak  abduksi  pada  femur.
2)      Muskulus  ekstensor  ( quadriseps  femoris )  otot  berkepala  empat.  Otot  ini  merupakan  otot  terbesar  dari  :
-          Muskulus  rektus  femoris
-          Muskulus  vastus  leteralis  eksternal
-          Muskulus  vastus  medialis  internal
-          Muskulus  vastus  intermedial
3)      Otot  fleksor  femori  ( Terdapat  di  bagian  belakang  bagian  paha )  terdiri  dari:
a)      Biseps  femoris  otot  berkepala  dua.  Fungsinya membengkokkan  paha  dan  meluruskan  tungkai  bawah.
b)      Muskulus  semi  membranosus,  otot  seperti  selaput.  Fungsinya  membengkokkan  tungkai  bawah.
c)      Muskulus  semi  tendinosus,  otot  seperti  urat,  fungsinya membengkokkan  urat  bawah  serta  memutar  kedalam.
d)     Muskulus  sartorius,  otot  penjahit,  bentuknya  panjang  seperti  pita,  terdapat  di  bagian  paha,  fungsi  :  eksorotasi  femur  memutar  memutar  ke luar  pada  waktu  lutut  mengetul,  serta  membantu  gerakan  fleksi  femur  dan  membengkok  keluar.
b.      Otot  tungkai  bawah
Terdiri  dari:
1)      Otot  tulang  kering  depan  muskulus  tibialis  anterior.  Fungsinya  mengangkat  pinggir  kaki  sebelah  tengah  dan  membengkokkan  kaki.
2)      Muskulus  ekstensor  talangus  longus.  Fungsinya   meluruskan  jari  telunjuk  ke tengah  jari,  jari  manis  dan  kelingking  kaki.
3)      Otot  kedang  jempol,  fungsinya  meluruskan  ibu  jari  kaki.  Urat-urat  tersebut  terpaut  oleh  ikat  melintang  dan  ikan  silang  sehingga  otot  itu  bisa  membengkokkan  kaki  ke  atas.  Otot-otot  yang  terdapat   di   belakang  mata  kaki  luar  dipaut  oleh  ikat  silang  dan  ikat  melintang.  Berfungsi   dapat  mengangkat  kaki  sebelah  luar.
4)      Otot  ketul  empu  kaki  panjang  ( muskulus  falangus  longus ).  Berpangkal  pada  betis,  uratnya  melewati  tulang  jari  dan  melekat  pad  ruas  jari  kaki.  Fungsinya  membengkokkan  empu  kaki.

5)      Otot  tulang  betis  belakang  ( muskulus  tibialis  posterior ).  Berpangkal  pada  selaput  antara  tulang  dan  melekat  pada  pangkal  tulang  kaki.  Fungsinya  dapat  membengkokkan  kaki  di  sendi  tumit  dan  telapak  kaki  dan  telapak  kaki  sebelah  ke  dalam.
6)      Otot  kedang  jari  bersama.  Letaknya  di  punggung  kaki,  fungsinya  dapat  meluruskan  kaki  ( muskulus  ekstensor  falangus ).
Sel  otot  dapat  dirangsang  secara  kimia,  listrik  dan  mekanik  untuk  menimbulkan  suatu  potensial  aksi  yang  di  hantarkan  sepanjang  membran  sel.  Sel  ini  mengandung  protein  kontraktil  dan  mempunyai  mekanisme  yang  di  aktivitasi  oleh  potensial  aksi.  Kira – kira  40%  dari  seluruh  tubuh  terdiri  dari  otot  rangka,  kontraksi  dapat  di  terapkan  pada  semua  jenis  otot.
Otot  kerangka  terdiri  dari  serabut  otot  tersendiri  yang  merupakan  komplek bangunan dari  susunan  saraf.  Kebanyakan  otot  kerangka  dimulai  dan  berakhir  dalam  tendo  serta  serabut  otot  yang  tersusun  sejajar  di  antara  ujung  tendinosa,  sehingga  tenaga  kontraktil  unit  bersifat  aditif.  Tiap  serabut  otot  merupakan  suatu  sel  tunggal,  multinoklear,  panjang  dan  silindris.  Serabut  otot  di  bentuk  dari  fibril  yang  di  bagi  ke  filamen  tersendiri  dan  di  bentuk  dari  protein  kontraktil.




2.4. Mobilisasi Sesuai Tahap Tumbuh Kembang
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi.
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam rentan waktu 12 jam.
Berikut adalah mobilisasi sesuai dengan tahap tumbuh kembang:
1.      Bayi
Tulang  belakang  bayi  yang  baru  lahir  lentur  dan  kurangnya  garis   antero  posterior  yang  ada  pada  orang  dewasa.  Garis  tulang  belakang  pertama  kali  muncul  ketika  bayi  memanjangkan  leher  dari  posisi  prone.  Sejalan  dengan  pertumbuhan  dan  peningkatan  stabilitas,  tulang  belakang  torakal  menjadi  tegak,  dan  garis  tulang  belakang  lumbal  muncul,  sehingga  memungkinkan  duduk  dan  berdiri.  Sistem  muskuluskeletal  bayi  bersifat  fleksibel.  Ekstermitas  lentur  dan  persendian  memiliki  rentang  gerak  lengkap.  Pada  bayi  yang  matang,  sistem  muskuluskeletal  menjadi  lebih  kuat,  bayi   mampu  melawan  pergerakan,  meraih  dan  menggenggam  objek.  Pada  saat  bayi  tumbuh,  perkembangan  sistem  muskuluskeletal  membutuhkan  dukungan  berat  badan  untuk  berdiri  dan  berjalan.  Posturnya  aneh  kerena  kepala  dan  tubuh  bagian  atas  di  bawa  ke  depan.  Karena  berat  badan  tidak  tersebar  sama  rata  sepanjang  garris  gravitasi,  maka  postur  tidak  seimbang  dan  sering  terjadi  jatuh.
2.        Todler
akhir  masa  todler,  penampakan  postur  berkurang  keanehannya,  yaitu  garis  pada  tulang  belakang  serviks,  dan  lumbal  menonjol  serta  eversi  pada  kaki  menghilang.
3.        Anak  usia  prasekolah  dan  sekolah
Pada  usia  3  tahun,  tubuh  lebih  ramping,  lebih  tinggi,  dan  lebih  baik  keseimbangan.  Perut  yang  menonjol  berkurang,  kaki  tidak  terbuka  berjauhan,  lengan  dan  tungkai  makin  panjang.  Anak  juga  tampak  lebih  terkoordinasi.  Dari  usia  tiga  tahun  sampai  permulaan  remaja  sistem  muskuluskeletal  terus  berkembang.  Tumbuh  tulang  panjang  pada  lengan  dan  tungkai.  Otot,  ligamen,  dan  tendon  lebih  kuat,  mengakibatkan  perbaikan  postur  dan  peningkatan  kekuatan  otot.  Koordinasi  lebih  baik  memungkinkan  anak  melakukan  tugasnya  yang  membutuhkan  keterampilan  motorik  yang  baik.





4.        Remaja
Tahap  remaja  biasa  di tandai  dengan  pertumbuhan  yang  pesat.  Pertumbuhan  terkadang  tidak  seimbang.  Sehingga  remaja  tampak  aneh  dan  tidak  terrkoordinasi.  Pertumbuhan  dan  perkembangan  remaja  putri  biasa  lebih  dahulu  dibandingkan  dengan  remaja  putra.  Pinggul  membesar,  lemak  di  simpan  di  lengan  atas,  paha,  dan  bokong.  Perubahan  bentuk pada   remaja  putra  menghasilkan  pertumbuhan  tulang  panjang  dan  peningkatan  masa  otot.  Tungkai  menjadi  lebih  panjang  dan  pinggul  lebih  sempit.  Perkembangan  otot  meningkat  di  dada,  lengan,  bahu  dan  tungkai  atas.
5.        Dewasa
Orang  dewasa  yang  mempunyai  postur  dan  kesejajaran  tubuh  yang  benar  merasa  senang,  terlihat  bagus  dan  umumnya  percaya  diri.  Orang  dewasa  sehat  juga  memerlukan  perkembangan  muskuluskeletal  dan  koordinasi  untuk  melakukan  aktivitas  sehari-hari.  Perubahan  postur  normal  dan  kesejajaran  tubuh  orang  dewasa  terjadi  terutama  pada  wanita  hamil.  Perubahan  tersebut  akibat  respons  adaptif  tubuh  terhadap  penambahan  berat  dan  pertumbuhan  fetus.  Pusat  gravitasi  berpindah  ke  bagian  anterior.  Wanita  hamil  bersandar  ke  belakang  dan  punggungnya  agak  lengkung.  Wanita  hamil  biasanya  mengeluh  sakit  punggung.

6.    Lansia
Kehilangan  total  massa  tulang  progresif  terjadi  pada  lansia.  Beberapa  kemungkinan  untuk  penyebab  kehilangan  ini  meliputi  aktivitas  fisik,  perubahan  hormonal,  dan  resorpsi  tulang  aktual.  Pengaruh  kehilangan   tulang  adalah  tulang  menjadi  lebih  lemah,  tulang  belakang  lebih  linak  dan  tertekan,  tulang  panjang,  kurang  resisten  untuk  membungkuk.
Selain  itu,  lansia  mengalami  perubahan  status  fungsional  sekunder  akibat  perubahan  status  mobilisasi.  Lansia  berjalan  lebih  lambat  dan  tampak  kurang  terkoordinasi.  Lansia  juga  membuat  langkah  yang  lebih  pendek,  menjaga  kaki  mereka  lebih  dekat  bersamaan,  yang  mengurangi  dasar  dukungan.  Sehingga  keseimbangan  tubuh  tidak  stabil,  dan  mereka  sangat  beresiko  jatuh  dan  cedera.










2.5. Memindahkan Klien Dengan Hydraulic Lift
1.    Pengertian
Hydraulic lift adalah  menaikkan pasien bergerak dari telentang ke posisi duduk memungkinkan aman, transfer nyaman antara tempat tidur dan kursiMeskipun sebagian besar model lift hidrolik dapat dioperasikan oleh satu orang, lebih baik untuk memiliki dua anggota staf hadir selama transfer untuk menstabilkan dan dukungan pasien.
Hoyer lift adalah alat yang menyerupai ayunan yang digunakan untuk memindahkan pasien yang terlalu berat. Hoyer lift terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a.     Boom  yaitu bagian seperti cabang yang berfungsi untuk mengangkat  pasien dimana paien akan bergantung
b.         Cradle yaitu bagian dimana selempang hoyer lift akan di gantungkan.
2.    Tujuan
a.         Membantu berpindah dan memindahkan klien yang berat yang tidak dapat berpindah sendiri.
b.         Mencegah rgangn yang tidak perlu.



3.    Jenis-jenis hoyer lift
a.          Manual
Merupakan  Hoyer lift yang cara penggunaanya masih menggunakan tuas. Dimana perawat akan menompa secara manual dengan tuas untuk mengangkut pasien ke atas dan menurunkan pasien ke bawah.
b.         Mekanik
Merupakan hoyer lift yang menggunakan tenaga baterai atau listrik.  Pada hoyer lift yanggunakan baterai , perawat tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga menompa namun dapat dengan mudah menaikkan dan menurunkan pasien dengan menggunakan control box. Dengan menekan salah satu tombol untuk mengangkat pasien dan tombol lain untuk menurunkan pasien tanpa mengeluarkan tenaga untuk menompa. Misalnya untuk memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi.
4.    Prosedur
a.          Cuci Tangan
Rasionalnya : mengurangi pemindahan mikroorganisme.
b.         Jelaskan prosedur dan yakinkan klien bahwa kewaspadaan akan dilakukan untuk mencegah jatuh.
Rasionalnya : menurunkan ansietas



c.          Berikan dan turunkan privasi selama prosedur.
Rasionalnya : menurunkan rasa malu.
d.        Tempatkan kursi di samping tempat tidur klien yang akan didudukinya (kunci rodanya, jika menggunakan kursi roda).
Rasionalnya : menempatkan kursi pada jarak dekat.
e.         Sesuaikan tinggi tempat tidur untuk kenyamanan kerja, jika menggunaka tempat tidur medis.
Rasionalnya : mencegah regangan otot dan punggung pada perawat
f.          Kunci tempat tidur jika mungkin.
Rasionalnya : mencegah tempat tifur bergerak.
g.         Tempatkan klien pada matras sebagai berikut :
Rasionalnya : memusatkan bagia tubuh yang paling berat di atas matras.
h.         Gulingkan klien ke satu sisi dan tempatkan setengah dari matras di bawah klien dari bahu ke paha tengah.
Rasionalnya : memposisikan klien pada matras dengan gerakan minimal.
i.           Gulingkan klien ke sisi lain dan selesaikan penarika matras di bawah klien.


j.           Yakinkan salah satu atau kedua sisi pembatas tempat tidur di tinggikan pada saat anda berpindah dari satu sisi ke sisi lain, jika menggunakan tempat tidur medis.
Rasionalnya : mencegah jatuh yang tidak di sengaja.
k.         Gulingkan dasar pengangkat hoyer di bawah sisi tempat tidur yang palig dekat dengan boom  pada bagian tengah tubuh klien, kunci roda pengangkat.
Rasionalnya :
1).       Menggerakkan bagian mekanis dari pengangkat ke sisi tempat tidur.
2).       Mencegah pengangkat berguling.
l.            Dengan menggunkan base-ad-justment lever, lebarkan jarak dasarnya.
Rasionalnya : memberikan stabilitas yang lebih besar untuk mengangkat.
m.       Tinggikan dan kemudian dorong jack handle ke arah mast, untuk menurunkan bagian boom ( ini diselesaikan dengan tombol yang tepat atau alat control pada hoyer elektrik).
Rasionalnya : menurunkan boom cukup dekat untuk mengait cantelan.
n.         Tempatkan tali pengikat atau cantelan rantai melalui lubang matras (pegangan tali pengikat pendek masuk ke lubang di belakang dan cantelan panjang mengikat masuk ke lubang pada ujung yang lain), untuk meyakinkan bahwa cantelan tidak menekan kulit klien.
Rasionalnya : menguatkan penempatan cantelan pada lubang matras, melekatkan seluruh alat pada matras.
o.         Letakkan semua alat, jalur IV, dan drain dekat dengan klien sehingga tidak terjadi perubahan posisi dan matikan drain, jika perlu (ingat untuk membukanya kembali setelah memindahka klien).
Rasionalnya : mencegah perubahan posisi yang tidak disengaja dan cedera pada klien. Mencegah refluk drainase,
p.         Intruksikan klien untuk melipat lengan berlawanan di atas dada.
Rasionalnya : mencegah cedera yang tidak di sengaja.
q.         Dengan menggunakan jack handle, pompa jack sampe matras menutupi tempat tidur kira-kira 6 inci dan katup kencang.
Rasionalnya : dengan hati-hati mengkaji stabilitas klien dan memusat pada matras.
r.          Tentukan apakah klien tersokong penuh dan dapat mempertahankan sokongan kepala. Berikan penyokong kepala sesuai kebutuhan selama prosedur.
Rasionalnya : mengkaji stabilitas berat dan penempatan.
s.          Buka kunci roda dan tarik pengngkat hoyer lurus ke belakang dan menjauh dari tempat tidur, instruksikan asisten untuk memberikan sokongan pada peralatan dan kaki klien selama prosedur.
Rasionalnya : meningkatkan stabilitas.


t.          Berpindah ke kursi dengan membuka ujung dasar pengangkat kursi, lanjutkan sampai punggung klien hampir rata dengan punggung kursi.
Rasionalnya : menggerakkan dan membimbing klien ke kursi.
u.         Kunci roda pengangkat.
Rasionalnya : memberikan stabilitas hoyer.
v.         Dengan perlahan angkat jack hamdle dan turunkan klien ke kursi sampai pegangan agak kendur dari matras, bombing klien ke kursi dengan tangan anda pada saat matras turun. Hindari menurunkan klien ke pegangan kursi.
Rasionalnya : menurunkan klien sampai ke kursi.
w.       Pindahkan matras (kecuali sulit untuk memindahkan atau klien akan turun dari tempat tidur untuk pertama kali).
Rasionalnya : memudahkan kenyamanan.
x.         Tempatkan slang, drain, dan alat penyokong untuk fungsi yang tepat, kenyamanan, dan keamanan :
Rasionalnya : mencegah perubahan posisi slang dan drain yang tidak di sengaja dan mempertahankan fungsi yang diperlukan.
y.         Bantal di belakang kepala untuk menjamin stabilitas klien di kursi.
z.          Sprei di atas lutut dan paha.


aa.      Restrain, jika dioerlukan (mis.. posey vest, seprei, restrain lengan)
Rasionalnya : memudahkan dukungan adekuat terhadap bagian tubuh yang lain.
bb.     Telepon dan barang-barang yang sering di gunakan dalam area terjangkau
Rasionalnya : menempatkan barang-barang yang diinginkan atau diperlukan klien dalam jangkauan, dan memudahkan komunikasi.
cc.      Kateter di lengkungkan ke bagian bawah kursi.
dd.    Penggantung IV di letakkan cukup dekat agar tidak tertarik.
ee.      Kaji toleransi klien terhadap duduk.
Rasionalnya : mengurangi resiko jatuh.
ff.       Biarkan pintu ruangan klien terbuka ketika meninggalkan ruangan, kecuali ada seseorang yang tinggal dengan klien.
Rasionalnya : memungkinkan obserasi visual terhadap klien yang sendirian.
gg.     Jelaskan pada keluarga car untuk memantau klien sesuai interval.
Rasionalnya : mengurangi resiko jatuh.
hh.     Kembalikan klien ke tempat tidur dengan menggunakan langkah-langkah di atas.
Rasionalnya : mencegah cedera dan ketidak nyamanan selama pemindahan.

ii.         Cuci tangan dan simpan peralatan.
Rasionalnya : menurunkan perpindahan mikroorganisme, dan meningkatkan kebersihan lingkungan.
2.6. Melatih Berjalan Klien Dengan Kruk Lofstrand
1.    Pengertian
Lofstrand (kruk lengan bawah) adalah alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan mobilisasi yang memiliki sebuah pegangan tangan dan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah yannnnnng keduanya diatur agar sesuai dengan tinggi klien.
2.    Tujuan
a.         Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.
b.         Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.
3.    Indikasi
a.         Pasien dengan kerusakan ligamen di lutut atau tumit.
b.         Pasien paralisis ekstermitas bawah.
c.         Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi.
d.         Klien amputasi kaki: di atas atau di bawah lutut.
e.         Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhungan dengan nyeri dan kerusakan musculoskeletal.

4.    Kontraindikasi      
a.  Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, insisi, dan drainase.
b.  Klien yang potensial kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan turgor kulit.
5.    Persiapan alat
a.  Menyediakan kruk lofstrand.
b.   Ghoniometer.
c.  Melakukan pengukuran kruk yang meliputi area tinggi klien, jarak antara bantalan kruk dengan aksila atau siku dan sudut fleksi siku.
d. Pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metode berikut, dengan klien berada pada posisi supine atau berdiri.
6.    Prosedur
a.  Kaji toleransi aktifitas, kekuatan, nyeri, koordinasi, kemampuan fungsional, dan penyakit serta cedera.
b.  Menjelaskan prosedur kepada klien dan keluarga.
c.   Memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak adanya rintangan pada jalan klien.
d.  Menentukan tempat istirahat klien setelah latihan.
e.  Minta klien berdiri dengan posisi tripod, sebelum berjalan dengan kruk.
f.    Atur kesejajaran kaki dan tubuh klien.

g.  Berdiri dengan kedua kaki dan kruk tepat menyangga siku lengan.
h.  Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan kaki yang berlawanan (misalnya kruk kanan dengan kaki kiri).
i.    Klien mengulangi urutan cara ini dengan kruk dan kaki yang lain.

2.7. Pengkajian ADL Menggunakan Barthel Indek
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito &  Setiabudi, 2009).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2013) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005).
a)         Macam-Macam ADL
1)           ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
2)          ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
3)           ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4)           ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.
b)        Cara Pengukuran ADL Menggunakan Indeks Barthel
Indeks Barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas. Mao dkk mengungkapkan bahwa IB dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan, terutama pada pasien pasca stroke.


Tabel 2.2.Indeks Barthel
No.
Item yang dinilai
Dibantu
Mandiri
1.
Makan (bila makanan harus dipotong-potong dulu=dibantu)
5
10
2.
transfer dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali (termasuk duduk di bed)
5-10
15
3.
Higieni personal (cuci muka, menyisir, bercukur jenggot, gosok gigi)
0
5
4.
Naik & turun kloset/ WC (melepas/memakai pakaian, cawik, menyiram WC)
5
10
5.
Mandi
0
5
6.
Berjalan di permukaaan datar
(atau bila tidak dapat berjalan, dapat mengayuh kursi roda sendiri)
10
0
15
5
7.
Naik & turun tangga
5
10
8.
Berpakaian(termasuk memakai tali sepatu, menutup resleting)
5
10
9.
Mengontrol anus
5
10
10.
Mengontrol kandung kemih
5
10
Sumber : Sugiarto,2005
IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial. Item-item dalam IB dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien. IB merupakan skala yang diambil dari catatan medik penderita, pengamatan langsung atau dicatat sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 10 menit (Sugiarto,2005).
IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang berkisar antara 0-100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih mandiri.
Tabel 2.3.Penilaian Skor IB
Penulis
Interpretasi
Shah dkk

0-20 Dependen Total
21-60 Dependen Berat
61-90 Dependen Sedang
91-99 Dependen Ringan
100     Independen/Mandiri
Lazar dkk
10-19 Dependen Perawatan
20-59 Perawatan diri, dibantu
60-79 Kursi roda, dibantu
80-89 Kursi roda, independen/mandiri
90-99 Ambulatori, dibantu
100     Independen/Mandiri
Granger
0-20 Dependen Total
21-40 Dependen Berat
41-60 Dependen Sedang
61-90 Dependen Ringan
91-100 Mandiri
Sumber : Sugiarto,2005.
IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi. Shah melaporkan koefisien konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang menunjukkan kehandalan intra dan inter-rater yang sangat baik. Wartski dan Green menguji 41 pasien dengan interval 3 minggu, ternyata hasilnya sangat konsisten. Ada 35 pasien yang skornya turun 10 poin. Collin dkk meneliti konsistensi laporan sendiri dan laporan perawat, didasarkan pengamatan klinis, pemeriksaaan dari perawat dan pemeriksaan dari fisioterapis. Ternyata koefisien konkordasi (kesesuaian) dari Kendall menunjukkan angka 0,93 yang berarti pengamatan berulang dari orang yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai (Sugiarto,2005).
Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73 dan 0,77 dengan kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB juga terbukti baik. Pada penelitian dengan stroke, persentase  meninggal dalam 6 bulan masuk rumah sakit turun secara bermakna bila skor IB tinggi saat masuk rumah sakit (Sugiarto,2005).
Intepretasi yang paling banyak digunakan adalah menurut Shah dkk karena telah dikenal luas dan cukup rinci untuk mengetahui tingkat kemandirian seseorang dalam melakukan ADL (Sugiarto,2005).












BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Kebutuhan aktivitas dan mobilisasi merupakan pembelajaran tentang konsep kebutuhan aktivitas dan mobilisasi yang meliputi anatomi fisiologi muskuluskeletal.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi.
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.

Saran:
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan laporan ini, meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita dapat mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan  laporan saya, karena saya manusia yang adalah tempat salah dan dosadan saya juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.  

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2010). Teknik Prosedural Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Kozier, dkk. (2010). Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, dan Praktikum). Jakarta: EGC
Potter & Perry. (2009).  Fundamental Keperawatan ed. 7th . Jakarta: EGC
Saratun, dkk. (2011). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, ed. 6. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ed. 8, vol. 1. Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2013). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: EGC





0 komentar:

Post a Comment