Demi menggapai impian masuk ke kampus impian, banyak hal yang dilakukan para calon mahasiswa sebelumnya. Belajar kreatif,
aktif dan dinamis telah dilakukan demi mencapai sasaran bisa masuk di perguruan
tinggi nantinya. Banyak para calon mahasiswa yang bergadang demi bisa mengejar
target tersebut, bahkan hingga sakit-sakitan.
Setelah lulus, tidak mudah untuk menjadi
seorang mahasiswa yang dulunya hidup bersama keluarga namun sekarang harus
kost. Apalagi, melihat keadaan Aceh yang dipenuhi dengan sejuta warung kopi
yang bertebaran di mana-mana. Banyak godaan untuk terus nongkrong setiap
harinya. Banyak statement buruk yang bertebaran seputar warung kopi di
Aceh. Salah satunya, warung kopi adalah pusat kelalaian. Bukan hanya untuk
mahasiswa, tetapi juga untuk semua elemen masyarakat yang notabenenya banyak
menghabiskan waktu di warung kopi. Intinya, just
waste their time there, kira-kira seperti itu.
Image Source: travellingsejati2014 |
Jika kita cermati, banyak hal yang
menarik yang bisa digali dengan adanya warung kopi di Aceh. Sudut pandang atau
perspektif yang buruk tentang warung kopi selama ini harus diubah. Minimal,
mahasiswa mampu menunjukkan fungsi warung kopi di Aceh dari segi education. Selain warung kopi banyak
memberikan peluang pekerjaan part time untuk
mahasiswa sehingga kebutuhan hidup perbulannya terpenuhi dan mahasiswa mampu
bersaing, warung kopi juga menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi
untuk diskusi sesama mahasiswa atau malah dengan dosen pembimbing mata kuliah
tertentu.
Di era globalisasi yang semakin canggih
ini, teknologi tidak ada batasnya lagi. Banyak kampus yang menerapkan kebebasan
berekspresi melalui penyediaan layanan wi-fi.
Tidak lama lagi, kampus-kampus cyber akan terbentuk di Indonesia. Kampus cyber
membuat mahasiswanya lebih aktif dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bermanfaat untuk mereka. Kampus cyber merupakan salah satu
jembatan membuat mahasiswa kreatif dengan memanfaatkan segala fasilitas yang
ada.
Kampus tidak melakukan kegiatan belajar
mengajar selama 24 jam. Untuk mendapatkan akses wi-fi gratis, para mahasiswa biasanya memilih datang ke warung kopi
untuk mengerjakan tugas. Dengan hanya memesan secangkir kopi, mahasiswa sudah
bisa menikmati layanan wi-fi gratis
yang disediakan si empunya warumg kopi. Dengan kecekatan, keterampilan dan
kerajinan mahasiswa mengakses sebuah informasi pembelajaran yang belum
diketahuinya, mahasiswa selangkah lebih maju dan lebih dekat untuk menjadi
mahasiswa berprestasi, terutama di bidang yang ditekuninya.
Selain itu, kemudahan akses informasi
dan teknologi yang disediakan oleh provider
membuat mahasiswa online lebih banyak sehingga karakter pekerja keras,
ingin tahu dan cekatan akan terbentuk. Etos kerja yang lebih baik dan mampu
bekerja dalam tim juga akan terbentuk karena biasanya para mahasiswa datang
bergerombol ke warung kopi untuk mengerjakan tugas mereka bersama-sama.
Seperti dua sisi koin yang berbeda, di sisi
lain, keberadaan ratusan warung kopi dan kemudahan akses internet yang
diberikan juga tidak selalu berbuah baik. Banyak mahasiswa dengan rasa
penasaran tinggi mencoba mengakses situs-situs tertentu yang kurang layak
diakses oleh kalangan yang terdidik dan berpendidikan. Untuk itu, perlu adanya
pengawasan dan pelatihan bimbingan karakter bagi mahasiswa di tingkat
universitas, minimal di tingkat fakultas yang menaungi mahasiswa tersebut
sehingga dengan kesadaran sendiri mahasiswa hanya akan mengakses informasi
mengenai tugas kuliah dan informasi yang bermanfaat untuk diterapkan di
kehidupan mahasiswa tersebut.
Pendidikan karakter juga penting
diberikan karena akan membentuk kesadaran mahasiswa untuk segera meninggalkan
warung kopi ketika waktu maghrib hampir tiba. Budaya islami di Aceh yang kental
harus diikuti. Seperti peribahasa yang sangat terkenal, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung sehingga pandangan
masyarakat terhadap mahasiswa dan warung kopi juga terstruktur lebih bagus. Dalam
artian, mahasiswa menghormati kebiasaan-kebiasaan yang ada di bumi Aceh ini.
Intinya, keberadaan warung kopi di Aceh
merupakan salah satu sarana yang membantu memenuhi kebutuhan mahasiswa akan
akses informasi dan terknologi. Artinya, kita tidak boleh memberikan pandangan
yang negative terkait banyaknya warung kopi di Aceh. Banyak sisi positif yang
bisa ditemukan dengan adanya warung kopi yang banyak ini. Semuanya hanya
tinggal bagaimana kebijaksanaan masyarakat secara umum dan mahasiswa secara
khusus untuk memanfaatkan sumber kemudahan akses IPTEK yang ada ini.
Note: Tulisan
ini diikutsertakan dalam blog contest yang diselenggarakan oleh Universitas Ubudiyah
Indonesia
0 komentar:
Post a Comment