1.
Pengertian
Leukemia
Leukemia
adalah neoplasma yang berasal dari sel hematopoitik yang pada awalnya
berproliferasi di sumsum tulang sebelum menyebar ke darah tepi, limpa, kelenjar
limfe, dan akhirnya jaringan lain (Harison, 2000).
Leukemia
adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang, yang
menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis
sel lain (Elizabeth J. Corwin, 2009).
Leukemia
adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi di
hati, limpa dan nodus limfatikus, invasi organ nonhematologis, seperti
meninges, traktus gastrointestinal, ginjal dan kulit (Brunner & Suddarth, 2002).
2. Etiologi Leukemia
Etiologi
leukemia tidak diketahui, tetapi cukup banyak bukti adanya pengaruh genetic dan
pathogenesis virus. Kerusakan sumsum tulang akibat pajanan radiasi atau bahan
kimia (benzene) dapat menyebabkan leukemia (Brunner & Suddarth, 2002).
3. Jenis-Jenis Leukemia
Secara
garis besar leukemia dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
a.
Leukemia
Akut
Leukemia ini ditandai
dengan perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan dan memburuk. Penderita
dapat meninggal dalam hitungan hari jika tidak segera diobati.
b.
Leukemia
Kronik
Kanker darah yang
memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan
hidup yang lebih lama
Leukemia juga
diklasifikasikan berdasarkan jenis sel darah putih yang terinvasi yaitu
limfosit atau myeloid. Ada 4 jenis leukemia umum, yaitu :
a.
Leukemia
Mielogenus Akut (AML)
Tipe leukemia ini lebih
sering terjadi pada orang dewasa dibandigkan anak-anak. AML mengenai sel stem
hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel myeloid : monosit,
granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit dan trombosit.
Tanda dan gejala
terjadi akibat berkurangnya produksi sel darah normal, yaitu :
-
Kepekaan terhadap infeksi terjadi akibat
granulositopenia, kekurangan granulosit
-
Kelelahan dan kelemahan terjadi karena
anemia
-
Kecenderungan perdarahan terjadi akibat
trombositopenia, kekurangan jumlah trombosit.
Proliferasi
sel lekemi dalam organ mengakibatkan berbagai gejala tambahan :
-
nyeri akibat pembesaran limpa atau hati
-
masalah kelenjar limfa
-
sakit kepala atau muntah akibat leukemia
meningeal (sering terjadi pada leukemia limfositik)
-
nyeri tulang akibat penyebaran sumsum
tulang
Penatalaksanaan
AML yaitu kemoterapi. Obat yang biasanya digunakan meliputi daunorubicinhydrochloride
(Cerubidine), cytarabine (Cytosar-U) dan mercaptopurine (Purinethol). Transplantasi sumsum tulang juga bisa
dilakukan \, setelah terlebih dahulu dilakukan penghancuran sumsum lekemik
dengan kemoterapi.
b.
Leukemia
Mielogenus Kronis (CML)
Merupakan jenis
leukemia yang sering terjadi pada orang dewasa dan sangat sedikit bagi
anak-anak. CML lebih banyak terdapat sel normal disbanding pada akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan.
Manifestasi klinis CML
mirip dengan AML, tetapi tanda dan gejalanya lebih ringan. Terdapat peningkatan
leukosit dan limpa sering membesar.
Terapi pilihan adalah
busulfan (Myleran), hydroxyurea, dan chlorambucil (Leukeran) sendiri atau
dengan kortikosteroid.
c.
Leukemia
Limfositik Akut (ALL)
ALL suatu proliferasi
ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan lelaki lebih
banyak dibandingkan perempuan.
Limfosit imatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer dan mengganggu
perkembangan sel normal. Akibatnya hematopoesis normal terhambat mengakibatkan
penurunan jumlah leukosit, sel darah merah dan trombosit.
Manifestasi ALL nyeri
karena pembesaran hati atau limpa, sakit kepala, muntah karena keterlibatan
meninges dan nyeri tulang.
Terapi utama ALL adalah
kemoterapi dengan kombinasi vincristine, prednisone, daunorubicin, dan asparaginase
untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine,
methotrexate, vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radiasi untuk
daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu
mencegah kekambuhan pada system saraf pusat.
d.
Leukemia
Limfositik Kronis (CLL)
CLL cenderung merupakan
kelainan ringan yang mengenai individu 50-70 tahun. Gejala CLL sehubungan
dengan adanya anemia, infeksi atau pembesaran nodus limf dan organ abdominal.
Jumlah eritrosit dan trombosit mungkin normal atau menurun, tetapi limfosit
menurun.
Kemoterapi dengan
kortikosteroid dan Chlorambucil (leukeran) sering digunakan apabila gejalanya
berat. Jika pasien tidak berespons dengan terapi ini bisa dengan pemberian
fludarabine monofosfat, 2-chorodeoxyadenosien (2-CDA) atau pentostatin. Efek
samping obat ini penekanan sumsum tulang, dengan adanya infeksi seperti pneumocystis carinii, listeria, mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus.
4. Patofisiologi
5. Komplikasi
a.
Perdarahan
dan infeksi, merupakan penyebab utama kematian.
Risiko pendarahan berhubungan dengan
tingkat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit rendah ditandai
dengan memar (ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan
sebesar ujung jarum di permukaan kulit). Pasien dapat mengalami perdarahan
berat jika trombosit turun sampai dibawah 20.000/mm3 darah.
b.
Pembentukkan
batu ginjal, anemia dan masalah gastrointestinal merupakan komplikasi lain.
Penghancuran sel besar-besaran yang
terjadi selama pemberian kemoterapi akan meningkatkan kadar asam urat dan
membuat pasien rentan mengalami pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal. Maka
pasien memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah kristalisasi asam
urat dan pembentukan batu.
Masalah gastrointestinal sering terjadi
anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi mukosa mulut.
6. Manifestasi Klinis
Leukemia
akut memperlihatkan gejala yang mencolok dan leukemia kronis berkembang secara
lambat dan mungkin hanya memperlihatkan sedikit gejala sampai stadium lanjut.
a. Anemia
Kepucatatan, rasa lelah dan kadang
disertai sesak. Penderita sesak karena jumlah eritrosit dibawah normal sehingga
kadar oksigen di dalam tubuh berkurang.
b. Pendarahan
Perdarahan terjadi karena kadar
trombosit dalam darah yang rendah. Perdarahan seringkali terjadi pada gusi atau
dibawah jaringan kulit kadang kala disertai dengan mimisan. Perdarahan dan
memar akibat trombositopenia dan gangguan koagulasi.
c. Infeksi
Infeksi berulang akibat penurunan sel
darah putih.
d. Nyeri
tulang
Nyeri tulang akibat penumpukkan sel di
sumsum tulang, yang menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Nyeri
tulang berhubungan dengan leukemia biasanya bersifat progresif
e. Nyeri
perut dan penurunan nafsu makan
Sel leukemia dari sumsum tulang yang
keluar bersama aliran darah dapat bersarang di ginjal, hati dan limpa yang
mengakibatkan pembesaran organ sehingga timbul rasa nyeri. Karena rasa nyaman
di perut hilang, nafsu makan berkurang dan terjadinya penurunan berat.
f. Limfadenopati,
splenomegali dan hepatomegali akibat infiltrasi sel leukemik ke organ-organ
limfoid dapat terjadi
Sel leukemia juga dapat terkumpul
dikelenjar limfa misalnya dibawah leher, dada, ketiak, dan pangkal paha yang
menyebabkan kelenjar limfa menjadi besar. Jika menginvasi kelenjar limfa
menjadi membesar. Jika menginvasi sampai kelenjar getah bening di dada mungkin
anak akan kesulitan bernafas, mengeluhkan rasa sakit di dada atau batuk.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan
Darah Tepi
Pada ALL ditemukan
leukositosis (60%) dan kadang-kadang leucopenia (25%). Pada AML ditemukan
penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita CLL ditemukan limfositosis
lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada CML ditemukan leukositosis
lebih dari 50000/mm3.
b. Pemeriksaan
Sumsum Tulang
Pemeriksaan Sumsum
Tulang atau bone marrow puncture adalah suatu tindakan untuk mengambil sampel
massa dari sumsum tulang belakang dengan cara mengebor pada ruas tulang
tertentu di vertebrae. Hasil pemeriksaan sumsum tulang pasien leukemia akut
ditemukan keadaan hiperselular dengan gambaran hampir semua sel sumsum tulang
diganti sel leukemia (blast). Jumlah sel blast minimal 30% dari sel berinti
dalam sumsum tulang.
8. Pemeriksaan Fisik
Pembesaran
limfa ditemukan di hampir semua jenis leukemia. Anemia, gejala-gejala
hipermetabolisme (penurunan berat badan berkeringat) menunjukkan taha lanjut
dari penyakit ini. Pada AML ditemukan hipertrofi gusi yang mudah berdarah
kadang-kadang disertai gangguan penglihatan yang disebabkan karena pendarahan
fundus okuli.
9. Penanganan Leukemia
a. Kemoterapi
Kemoterapi adalah
pengobatan kanker yang menggunakan obat-obatan anti kanker. Lima kelompok besar
obat-obatan anti kanker, yaitu alkaloid vinca, antimetabolit, antibiotic, enzim
dan miscellaneous agent. Obat-obat ini dapat diberikan dengan cara ditelan
maupun disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah, otot, di bawah kulit, di
ruang antara dua ruas tulang belakang, maupun langsung ke organ tubuh yang
terkena kanker. Kerugian kemoterapi adalah obat-obatan tersebut tidak bisa
membedakan antara sel kanker dan sehat.
b. Radiasi
Radiasi digunakan untuk
membunuh sel leukemia yang berakumulasi di berbagai bagian tubuh, seperti otak
dan saraf (leukemia akut) dan saluran limfa (leukemia kronik). Radiasi
menggunakan sinar gamma dengan dosis tinggi yang dilokalisasikan pada tempat
berkumpulnya sel leukemia.
c. Transplantasi
stem cell
Pada pasien yang masih
muda bila kemoterapi tidak berhasil, maka dapat dilakukan transplantasi sel
dengan donor sumsum dari saudara kandung atau keluarga dekat.
10. Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Leukemia
a.
Pengkajian
Pemeriksaan umum : - kesadaran :
composmentis sampai koma
-
Tekanan darah : hipotensi
-
Nadi : takikardi dan filiformis
-
Suhu demam sampai dengan hiperpireksia
-
Pernafasan : takipnea, sesak nafas
Pemeriksaan fisik : -
wajah : pucat
-
Mata : conjungtiva pucat, perdarahan
retina, pupil odema
-
Hidung : epitaksis
-
Mulut : gusi berdarah, bibir pucat,
hipertrofi gusi, stomatitis
-
Leher : pembesaran kelenjar getah
bening, faringitis
-
Dada : nyeri tekan pada tulang dada,
terdapat efusi pleura
-
Abdomen : hepatomegali, spenomegali,
limfodenopati
-
Skeletal : nyeri tulang dan sendi
-
Integument : purpura, ekimosis, ptekie,
mudah memar
Pemeriksaan
klinis : - kelemahan dan kelelahan
-
Kecenderungan perdarahan
-
Petekia dan ekimosis
-
Nyeri
-
Sakit kepala
-
Muntah
-
Demam
-
Infeksi
Pemeriksaan
darah : - menunjukkan perubahan sel darah putih
-
Anemia
-
Jumlah trombosit rendah
(trombositopenia)
b.
Diagnose
Keperawatan
-
Nyeri berhubungan dengan infiltrasi
leukosit jaringan sistemik
-
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh, berhubungan dengan perubahan proliferative gastrointestinal dan efek
toksik obat kemoterapi
-
Kelemahan dan tidak toleran tehadap
aktivitas berhubungan dengan anemia
-
Berduka berhubungan dengan kehilangan
yang kemungkinan terjadi dan perubahan peran fungsi
-
Gangguan integritas kulit : alopesia
berhubungan dengan efek toksik kemoterapi
-
Gangguan gambaran diri berhubungan
dengan perubahan penampilan, dalam fungsi dan peran
-
Resiko infeksi sehubungan dengan
ketidakefektivan system imun
c.
Intervensi
Tujuan utama pasien meliputi :
-
Pencapaian dan pemeliharaan kenyamanan
-
Pencapaian atau pemeliharaan kecukupan
nutrisi
-
Toleransi aktivitas
-
Kemampuan menghadapi diagnose dan
prognosis
-
Promosi gambaran diri yang positif
-
Tidak adanya komplikasi
Intervensi
:
-
Pemantauan dan penatalaksanaan
komplikasi potensial
Kriteria hasil :
·
Menunjukkan tidak adanya infeksi
·
Mencegah perdarahan
Intervensi :
·
Monitor ttv
Rasional : deteksi dini terhadap tanda
dan gejala infeksi
·
Ambil darah melalui ibu jari tidak
dengan jarum suntik
Rasional : mencegah perdarahan
·
Inspeksi kulit setiap hari pada daerah
yang rusak
Rasional : kulit yang baik sebagai
pertahanan pertama melawan organisme
·
Inspeksi rongga mulut apakah ada candida
dan kerusakkan pada lapisan mukosa oral
Rasional : kesehatan mukosa oral adalah
sebagai pertahanan melawan serangan organisme
·
Instruksi keluarga tentang tanda infeksi
dan langkah yang diambil jika ada dugaan infeksi
Rasional : keluarga kooperatif dan mampu
melakukan tindakan terhadap pencegahan infeksi
·
Beri semangat untuk hygiene oral
Rasional : kebersihan oral yang buruk
merupakan medium utama untuk pertumbuhan organisme
·
Beri pasien analgetik
Rasional : membantu mengurangi nyeri
akibat infiltrasi dan pembesaran organ abdominal, nodus limf, tulang dan sendi
-
Peningkatan intoleransi aktivitas pasien
Kriteria hasil :
·
Keluarga mengerti tanda-tanda dan
penyebab anemia
·
Membentuk ADL yang tepat tanpa bantuan
Intervensi
:
·
Kaji urine setiap 4 jam
Rasional : memonitor transport oksigen
dalam toleransi aktivitas
·
Diskusikan dengan keluarga atau pasien
tanda anemia dan tindakan pilihan
Rasional : keluarga kooperatif dan mampu
melakukan tindakan pilihan
·
Berikan transfuse RBC
Rasional : menormalkan jumlah sel darah
merah dan kapasitas oksigen
·
Susunlah periode istirahat
Rasional : memberikan energy untuk
penyembuhan dan regenerasi sel
d.
Implementasi
Lakukan sesuai dengan intervensi diatas
e.
Evaluasi
Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610)
hasil yang diharapkan pada pasien leukemia adalah :
-
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
-
Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari
sesuai tingkat kemampuan dan adanya laporan peningkatan toleransi aktivitas
-
Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti
perdarahan
-
Pasien menyerap makanan dan cairan,
tidak mengalami mual dan muntah
-
Membrane mukosa tetap utuh, ulkus
menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
-
Kulit tetap bersih dan utuh
-
Pasien mengungkapkan masalah kerontokkan
rambut, serta membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokkan
rambut dan menerapkan metode ini sehingga pasien tampak rapi, bersih dan
berpakaian menarik
-
Pasien dan keluarga menunjukkan
pemahaman tentang prosedur dan pengetahuan tentang penyakit dan tindakannya.
Referensi
:
-
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta
: EGC
-
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
-
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
-
penyakitleukemia.com/jenis-jenis-penyakit-leukemia/