Saturday 13 December 2014

Melihat Hal Tersirat Saat Bakti Sosial




Kuliah dan mengikuti organisasi merupakan dua hal yang berbeda, namun sinkron jika dijalankan. Sebagai mahasiswi semester 3 di Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala, tidak ada salahnya saya mengikuti berbagai kegiatan di luar belajar formal untuk menambah pengalaman. 
Awal menjadi mahasiswi, saya masih berpikir untuk pindah jurusan. Masih terniat di benak saya untuk masuk di jurusan informatika. Bagaimanapun, menjadi seorang perawat bukanlah cita-cita saya. Sejak dulu, menjadi programmer adalah satu-satunya yang saya inginkan.
Sebagai mahasiswi baru, banyak hal wajib yang harus saya jalani. Salah satunya mengikuti kegiatan AKMK (Aksi Kemanusiaan Mahasiswa Kedokteran) yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Kegiatan ini merupakan bakti social yang dilakukan oleh mahasiswa/I kesehatan Unsyiah. Pada moment ini, hati saya belum tersentuh untuk melihat bagaimana fenomena yang terjadi di masyarakat. Banyak kegiatan yang saya lakukan tapi saya belum dapat menilai esensinya. Ketika acara bakti social sudah selesai, pengalaman baru yang saya dapatkan belum membuat saya yakin berada di jalan ini.
Akhir semester satu, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keperawatan (Setelah Program Studi Ilmu Keperawatan berpisah dari Fakultas Kedokteran) mengadakan bakti social dengan nama GEMPAR (Gerakan Mahasiswa Fakultas Keperawatan) di Kabupaten Bireun, tepatnya di daerah Juli. Acara bakti social ini sedikit banyaknya membuka mata hati saya tentang betapa mulianya profesi perawat ini. Saat pengobatan masal, saya melihat bagaimana pasien lansia dengan luka diabetes yang parah rela menunggu gilirannya untuk dilayani. Saya melihat bagaimana seorang kakek yang sudah tak mampu berjalan bahkan meminta kami jemput dari rumahnya hanya untuk mengikuti program pengobatan masal tersebut.
Banyak hal yang terjadi hari itu. Bagaimana saya, mahasiswi semester satu yang baru belajar mengukur tanda-tanda vital ikut andil pada kegiatan tersebut. Selalu tersenyum walau lelah, karena para pasien menanti uluran kasih dari perawat yang lembut, bukan dengan cara kasar, apalagi sampai membentak mereka.
Ketika kegiatan homevisit dilakukan, kita akan jauh lebih bersyukur dengan keadaan kita dibanding keadaan saudara kita yang kurang beruntung. Saat kita percaya bahwa kebaikan hati dapat merubah banyak hal, memang banyak hal terubah. Persepsi masyarakat yang selalu memikirkan perawat itu kasar, sedikit demi sedikit dapat terubah jika kami melakukan proses pelayanan dengan sepenuh hati, bukan dengan terpaksa. Inner Beauty yang dipancarkan oleh wanita sejati jauh lebih baik dari pada kecantikan wajah itu sendiri. Jangan pernah menyerah untuk berjuang.

0 komentar:

Post a Comment