Friday 6 June 2014

Masa Kini dalam Balutan Zaman

ceritanya ada seleksi penulisan puisi.. nah aku ikutan.. eh ternyata aku dan rahmad ridha gak ikut rapat teknis.. jadilah kami harus ke biro kemahasiswaan. di biro, kami dimarahi habis-habisan dan harus ke PD III fakultas. jadilah hari itu kami bolak-balik biro-fakultas supaya dapat no undian lomba. PD III buat surat dan harus kami kasih lagi ke biro, eh pas ketemu bapak itu lagi, ingat kali sama kata-katanya "saya jamin kalian gak bakalan menang, karena kalian gak ada nilai rapat teknis"......
yauda lah, niat aku dan rahmad dari awal memang untuk meramaikan, bukan untuk menang..
inilah puisi yg gak menang itu, temanya kalau gak salah tentang kebudayaan yang hilang gitu (tema baru diberi tahu saat lomba berlangsung)



Masa Kini dalam Balutan Zaman

Kelokan malam membawa sejumput keindahan yang kian lenyap
Langkah kaki kuda putih terdengar nyaring dalam lorong-lorong bisu
Saat itu sang surya telah habis berpendar dalam temaram
Tari-tarian yang diiringi lonceng kastil pun mulai tak terarah, bergerak tanpa aba-aba seolah meneriakkan sesuatu yang ingin keluar

Seperti seonggok arang kering yang butuh api agar berasap
Kebiasaan yang tertanam lama mulai terkikis
Seumpama oase tanpa hujan mengucur, ia kekeringan
Bahkan ornamen-ornamen menyanyikan lagu sendu dalam gubahannya
Ia berdebu, terganti dengan wajah-wajah westernisasi yang nyata

Dari ujung, tercium bubuk-bubuk mesiu yang merongrong waktu
Seolah meledakkan jembatan penghubung antara masa lampau dan kini
Semakin menyudutkan keberadaan tatanan masyarakat timur yang kian terhempas dalam balutan jubah globalisasi

Malam itu, satu kesaksian muncul, beginilah roda zaman yang terlindas modernisasi
Mati, tak peduli, tanpa strukturisasi yang terbungkus dalam topeng kefanaan bersama gelap yang berbayang
Hanya tinggal jelaga gersang yang menunggu penyepuhnya
Ia tertidur dalam harap anak bangsa untuk memurnikannya
Membawanya kembali sebagai wujud modalitas yang tereinkarnasi

0 komentar:

Post a Comment